TUGAS MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN KEADAAN LINGKUNGAN TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA (TPS) DI Jl. KH. MASHKUR, DEKAT RUSUNAWA JURUG SOLO 1

PENDAHULUAN

Timbunan sampah yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya populasi penduduk adalah suatu hal yang harus ditangani secara serius. Sampah menjadi masalah karena mengotori dan mengganggu keindahan serta kenyamanan manusia dan karena ditimbulkan oleh kegiatan manusia akibatnya sampah akan selalu muncul dalam keseharian hidup manusia. Sampah memang wajar ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketidakwajaran terjadi ketika volume sampah berada di atas batas toleransi, terlebih pada  tempat-tempat umum (Maramis, 2005).

Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) merupakan tempat dimana sampah mencapaitahap pengumpulan sementara dari sumber (domestik) sebelum dilakukan pengelolaan terkait pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPS seharusnya merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan  penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPS yang lebih sering dianggap  hanya merupakan tempat penampungan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPS yang dirasakan kurang prioritas dibanding dengan  pembangunan sektor lainnya.

Sebagai contoh TPS yang berada di Jl. Kh. Mashkur, Dekat Rusunawa Jurug Solo memberikan gambaran bahwa kurangnya kepedulian pemerintah terkait pengaruhnya pada lingkungan, hal ini dikarenakan TPS tersebut masih terdapat proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan serta menimbulkan berbagai jenis penyakit, mulai dari penyakit ringan hingga yang berbahaya.

Pencemaran karena sampah juga dapat membawa akibat-akibat negatif, baik terhadap kehidupan di sekitarnya, maupun terhadap kehidupan manusia. Pencemaran tersebut mungkin dapat berbentuk rusaknya tanah-tanah pertanian, perikanan, gangguan kehidupan mikroorganisme dan organisme-organisme lainnya di sekitar lokasi sampah.

Keberadaan berbagai organisme di dalam sampah biasanya berasal dari tercemarnya sampah oleh kotoran manusia maupun ternak, atau karena vector pembawa penyakit yang dapat menjadi sumber penyakit menular atau sumber patogen yang terdiri atas bakteri, virus, protozoa, dan cacing. Penyakit-penyakit yang diakibatkannya antara lain diare, disentri, kolera, tifus, hepatitis, taeniasis dan sebagainya.

Selain itu, pencemaran sumber air oleh sampah terjadi karena sampah yang dibuang dengan cara  open dumping   dan tertimbun di TPA mengalami dekomposisi bersama air hujan menghasilkan cairan lindi (leachate). Lindi adalah bahan pencemar yang berpotensial mengganggu lingkungan dan kesehatan manusia. Air lindi dapat merembes ke dalam tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Air lindi selalu menyertai pembuangan akhir sampah  padat. Air  lindi yang mengandung  senyawa- senyawa organik dan anorganik dengan konsentrasi 5000 kali lebih tinggi dari pada air tanah, masuk dan mencemari air tanah atau air sungai (Maramis, 2005).


Air lindi  perlu pengelolaan terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan/sungai  agar tidak menyebabkan pencemaran yang berdampak buruk pada makhluk hidup. Oleh karena itu, Air lindi hasil pengendapan pada bak penampungan di TPA dapat dimanfaatkan antara lain sebagai bahan tambahan dalam proses pengomposan sampah organik. Penambahan air lindi diharapkan dapat mempercepat dekomposisi sampah organik dan tidak lagi mencemari lingkungan setempat.

Cari

Copyright Text