BAB IV
DESCRIPTIO
A.
Organum
Nutrivum
1. Folium
(daun)
Daun kebanyakan bersilang berhadapan,
bertangkai, bulat telur lebar hingga bentuk oval, kebanyakan dengan ujung
runcing. Permukaan daun licin dengan warna hijau tua. Daun muda berwarna lebih
muda dan lebih tipis. Pada permukaannya tidak terdapat bulu-bulu atau gundul.
Panjang daun mencapai 20-45 cm, lebar mencapai 7-25 cm. Tangkai daunnya
memiliki panjang 1-1,2 cm. tulang daunnya menyirip. Daun yang dikeringkan lalu
dihancurkan dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik. Selain itu
dapat juga digunakan sebagai sumber makanan (Nelson, 2006).
2. Caulis
(batang)
Termasuk
dalam tanaman berkayu. Tinggi batang mencapai 3-8 meter. Diameter batang dapat
mencapai 13 cm. Batang berbentuk silinder dengan warna kulit coklat keabu-abuan
atau kekuningan. Permukaan batang kasar dan tidak berbulu. Anak cabang dari
batang berbentuk segi empat. Tipe percabangannya monopodial. Arah tumbuh batang
adalah erectus (tegak lurus). Batang dalam keadaan kering sangat mudah dibelah
dan dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan peralatan lain. Pada batangnya terdapat
pigmen berwarna merah yang dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna (Nelson,
2006).
3. Radix
(akar)
Akar
bertipe tunggang, bercabang, berbentuk bulat dan berwarna coklat kekuningan.
Memiliki sistem akar lateral. Akar tumbuh menancap sangat dalam dan sangat
kuat. Akarnya yang sangat kuat memungkinkan tumbuh pada batuan yang keras. Bagian
akar ini dapat dimanfaatkan sebagai obat dan bahan dasar pembuatan ukiran
(Nelson, 2006).
B. Organum
Reproductivum
1. Flos
(bunga)
Bunga tumbuh pada ketiak daun penumpu
yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunga bongkol bertangkai,
rapat, berbunga banyak di ketiak. Bunga berbilangan 5-6 dan berbau harum.
Mahkota bentuk tabung bentuk terompet, berjumlah 5 buah, berwarna putih, dalam
lehernya berambut wol, tabung panjangnya 1 cm dan taju sempit. Benang sari
berjumlah 5 buah, panjang mencapai 15 mm, tumbuh jadi satu dengan tabung
mahkota hingga tinggi, tangkai sari berambut wol dan berwarna kuning. Tangkai
bunga memiliki panjang 10-30 mm. Tabung mahkota memiliki panjang 7-9 mm. Bakal
buah pada ujungnya dengan kelopak yang tetap tinggal yang berwarna hijau
kekuningan (Nelson, 2006).
2. Fructus
(buah)
Buah bongkol berbenjol-benjol tidak
teratur. Jika masak berdaging dan berair, berwarna kuning kotor atau putih
kuning dan jika masih muda berwarna hijau. Panjangnya 5-10 cm diameternya 3-4
cm. Intinya keras seperti tulang, coklat merah bentuk memanjang segitiga. Permukaannya
seperti terbagi-bagi berbentuk polygonal dengan titik ditengahnya yang
merupakan bekas dari tangkai bunga yang telah gugur. Daging buahnya berair dan
berwarna putih teksturnya memiliki serat. Bagian buah memiliki kegunaan yang
lebih banyak dibanding dengan bagian lain. Buah banyak dimanfaatkan sebagai
obat dan makanan (Nelson, 2006).
3. Semen
(biji)
Biji
berukuran kecil, berwarna coklat, berbentuk lonjong dengan ujung meruncing pada
salah satu ujungnya. Pada satu buah terdapat banyak biji yang terletak
disela-sela daging buah. Biji dilapisi oleh kulit yang berambut berwarna putih.
Biji ini dapat mempertahankan viabilitas dan dapat bertahan walau telah
mengambang pada permukaan air selama berbula-bulan. Biji ini dapat diolah
menjadi minyak yang dapat dimanfaatkan sebagai anti serangga (Rukmana, 2001).
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Morinda
citrifolia L. atau yang sering disebut dengan
mengkudu termasuk dalam Famili Rubiaceae
(suku kopi-kopian). Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang umumnya tumbuh
secara liar. Tanaman ini dapat dengan mudah ditemukan. Semua bagian tanaman
(seperti daun, batang, bunga, buah, biji dan akar) selain memiliki manfaat
nutrisi tetapi juga memiliki efek neutraceutikal.
Kandungan yang terdapat pada mengkudu bermacam-macam. Kandungan tersebut
sebagian besar dimanfaatkan sebagai obat. Bagian buah memiliki kegunaan yang
lebih banyak jika dibandingkan bagian tanaman lainnya. Daunnya dapat
dimanfaatkan sebagai sumber makanan, bahan dasar kosmetik dan obat. Batangnya
dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan peralatan lain. Akarnya dimanfaatkan
sebagai obat dan bahan dasar pembuatan ukiran.
B.
Saran
Dengan
ditulisnya werkstuk ini, penulis menyarankan kepada pembaca untuk menggunakan
obat tradisional sebagai obat untuk mengobati penyakit. Hal ini karena obat
tradisional lebih aman dikonsumsi jika dibandingkan dengan obat-obatan kimia.