Dalam Kuliner Indonesia tak ada cabai tak akan
lengkap untuk menambah rasa terutama daerah Sumatera dan Jawa. Banyak sekali
makanan yang diciptakan didaerah ini yang menggunakan bahan tambahan berupa
sambal dengan tingkat kepedasan yang sangat bervariasi. Seperti makanan padang,
rendang, Balado, dan lain-lain. Makanan-makanan tersebut bahkan manmbahkan
cabai secara langsung dalam bahan pembuatannya.
Tak hanya di Indonesia, bahkan ternyata di belahan
dunia lain selain di Indonesia pun mengenal adanya cabai sebagai bahan makanan
tambahan yang lumayan diminati. Banyak sekali jenis jenis cabai yang mengandung
tingkat kepedasan tertenu sehingga dapat diukur sebagai rekor. Tentu saja
banyak sekali yang menjadi terobsesi untuk dapat menciptakan suatu tanaman
cabai yang dapat menghasilkan cabai dengan tingkat kepedasan hingga yang
terpedas.
Tingkat kepedasan suatu cabai dapat diukur dengan
menggunakan scoville. Semakin besar angka scoville yang timbul, semakin kuat
pula kepedasan yang dapat dihasilkannya. Efek yang dapat timbul jika seseorang
memakannya adalah dapat membuatnya serasa seperti terbakar pada tenggorokannya
dan itu akan sangat menyakitkan.
Untuk saat ini cabai terpedas yang ada yaitu Carolina
Reaper. Cabai ini memiliki tingkat kepedasan skala scoville hingga 1.569.300
SHU. Jika dibandingkan dengan cabai Jalapeno yang terkenal sangat pedas angka
tersebut sangat jauh diatasnya. Cabai Jalapeno hanya memliki tingkat kepedasan
pada skala Scoville di angka 5000 SHU, sangat jauh jika dibandingkan dengan
Carolina Reaper. Dengan tingkat kepedasan yang sebesar itu, membuatnya dapat
tercatat sebagai cabai terpedas didunia dalam Guinness Book of World Records.
Pemilik dan pengembang yang berhasil mendapatkannya adalah Ed Curie dari South
Carolina. Cabai Carolina Reaper ini bahkan sudah diuji coba tingkat
kepedasannya oleh Winthrop University dalam kelas uji coba makanan.
Ed Currie sudah 4 tahun mengembangkan Carolina
Reaper ini di perkebunannya yang bernama PuckerButt Pepper Co. Sebelum diberi
nama Carolina Reaper, cabai ini memiliki kode uji coba HP22B, singkatan dari
'Higher Power, Pot No. 22, Plant B'. Pemberian nama kode ini dikarenakan Ed
Currie memiliki pot tanaman cabai lainnya yang dikembangkan untuk dicoba
tingkat kepedasannya.
Carolina Reaper ini memiliki bentuk bulat dengan
tekstur seperti cabai keriting dengan warna merah cerah. Di bagian bawah cabai,
terdapat sebuah 'ekor' yang menyerupai bentuk buntut kalajengking, sehingga
memberi kesan bahwa cabai ini sangat menyengat.
Walaupun sudah mendapat rekor cabai terpedas dengan
Carolina Reaper-nya, Ed Currie masih terus berinovasi dengan aneka cabai di
perkebunananya. Bersama dengan 12 orang karyawan, Currie dan perkebunannya
masih akan terus mengembangkan cabai terpedas dengan rasa lainnya.