ACARA II :
ELEKTROFORESIS
TUJUAN
- Memahami dan melakukan teknik
pemisahan senyawa dengan metode elektroforesis.
- Mengetahui cara mengukur fragmen
DNA.
DASAR TEORI
Elektroforesis adalah teknik yang digunakan untuk memisahkan
dan memurnikan suatu makromolekul khususnya protein dan asam nukleat
berdasarkan perbedaan ukuran.
Elektroforesis merupakan metode yang paling banyak dipakai saat ini
dalam percobaan biokimia dan biologi molekuler (Magdeldin, 2012).
Elektroforesis gel agarosa adalah teknik paling baik yang
pernah dibuat dan secara rutin digunakan di laboratorium klinis untuk analisis
protein dan DNA pada berbagai cairan biologis (serum, urin, CSF). Teknik ini
merupakan teknik yang menggunakan prinsip elektroforesis zona. Seperti yang
diketahui, molekul protein bermigrasi pada medium padat/gel yang direndam
dengan suatu larutan penyangga di bawah pengaruh medan listrik. Migrasi ini
tergantung pada muatan listrik, titik isoelektrik bersih dan massa molekul
protein (Jean and Francois G., 2010)
Prinsip kerja elektroforesis gel dimulai saat makromolekul
yang bermuatan listrik ditempatkan pada medium berisi tenaga listrik. Molekul-molekul tersebut akan bermigrasi
menuju kutub positif atau kutub negatif berdasarkan muatan yang terkandung di
dalamnya (Magdeldin, 2012).
Molekul-molekul yang bermuatan negatif (anion) akan bergerak menuju
kutub positif (anoda), sedangkan molekul-molekul yang bermuatan positif (kation)
akan bergerak menuju kutub negatif (katoda) (Klug and Cummings, 1994).
Elektroforesis digunakan untuk menyediakan informasi mengenai
ukuran, konfirmasi dan muatan dari protein dan asam nukleat. Elektroforesis dalam skala besar memungkinkan
untuk digunakan sebagai metode pemisahan yang dapat digunakan untuk menentukan
komponen dari protein atau asam nukleat setiap individu (Fairbanks &
Andersen, 1999).
Elektroforesis gel memisahkan makromolekul berdasaran laju
perpindahannya melewati suatu gel di bawah pengaruh medan listrik. Elektroforesis gel memisahkan suatu campuran
molekul DNA menjadi pita-pita yang masing-masing terdiri atas molekul DNA
dengan panjang yang sama (Campbell dkk, 2002).
Ada tiga jenis gel yang dapat digunakan dalam elektroforesis
DNA, yaitu:
1.
Gel
poliakrilamida denaturasi, berfungsi untuk memurnikan penanda oligonukleotida
dan menganalisis hasil ekstensi primer.
2.
Gel
alkalin agarosa, berfungsi untuk memisahkan rantai DNA yang berukuran besar.
3. Gel
agarose formaldehid denaturasi, berfungsi untuk menyediakan sistem
elektroforesis yang digunakan untuk fraksi RNA pada ukuran standar
(Davis dkk. 1994).
Biasanya, gel agarosa digunakan untuk memisahkan fragmen DNA
yang lebih besar (lebih dari 200 bp) dan gel poliakrilamida digunakan untuk
fragmen kecil (kurang dari 200 bp). Jarak antara dua fragmen DNA yang berbeda
ukuran dapat ditentukan berdasarkan konsentrasi matriks agarose.
Mobilitas/pergerakan DNA relatif tergantung pada faktor-faktor tertentu,
terutama pada konsentrasi agarosa dalam gel, kekuatan arus yang digunakan,
kekuatan ionik dari larutan buffer, dan konformasi fragmen DNA itu sendiri.
Molekul DNA bermigrasi melalui pori-pori kecil yang terbentuk dalam padatan gel
agarosa. Secara umum, molekul yang lebih kecil bergerak lebih cepat dan
bermigrasi lebih jauh dari molekul kecil karena memiliki gesekan yang lebih
rendah saat bergerak menuju elektroda positif. Konsentrasi yang rendah pada gel
agarosa memberikan resolusi yang lebih baik untuk fragmen besar, dengan
memberikan pemisahan yang lebih besar antara band yang secara ukuran tidak
terlalu jauh berbeda. Konsentrasi gel yang lebih tinggi, di sisi lain, dapat
mengurangi kecepatan migrasi fragmen panjang yang sementara itu dapat
memfasilitasi pemisahan yang lebih baik pada fragmen DNA kecil (Lee &
Bahaman, 2010).
Namun, fragmen yang lebih besar dapat bermigrasi secara lebih
cepat daripada fragmen yang lebih kecil, karena tegangan pada gel yang ditingkatkan.
Selain itu, DNA memiliki muatan yang konsisten untuk rasio massa, sehingga
ukuran molekul DNA merupakan faktor utama yang mempengaruhi migrasi melalui
matriks gel. Terlepas dari kenyataan bahwa penerapan tegangan tinggi dapat
meningkatkan kecepatan migrasi fragmen DNA, tetapi juga dapat menurunkan
resolusi pemisahan (di atas sekitar 5 sampai 8 V/cm). Untuk alasan itu,
resolusi terbaik dari fragmen yang lebih besar dari 2 kb dicapai dengan menerapkan
tidak lebih dari 5 V/cm pada gel (Lee & Bahaman, 2010).
Elektroforesis gel memiliki beberapa komponen yang terdiri
dari:
- Comb: digunakan untuk membentuk
well pada gel agarose.
- Tray: digunakan untuk sebagai
cetakan gel agarose.
- Chamber: digunakan sebagai wadah
gel agarose.
- Sumber listrik: digunakan untuk
memberi arus saat proses elektroforesis
(Birren and Lai, 1993).
Dalam elektroforesis juga digunakan bahan-bahan sepert
Etidium Bromida yang bersifat
karsinogenik dan Brom Fenol Blue. Hal tersebut karena Etidium Bromida dapat
meningkatkan daya fluoresensi dari DNA sehingga dapat terlihat jelas, sedangkan
Brom Fenol Blue berfungsi sebagai pewarna untuk memantau kecepatan molekul DNA
pada gel (Birren and Lai, 1993).
Manfaat elektroforesis gel antara lain untuk mengetahui
ukuran fragmen DNA dari produk PCR, memisahkan produk DNA dari hasil digesti
yang berbeda ukuran, lalu dapat disequencing, dan juga untuk pemurnian atau
purifikasi DNA. Elektroforesis dapat
diaplikasikan untuk berbagai macam kegiatan, antara lain membandingkan gen
homolog dari spesies yang berbeda, mengetahui susunan sekuens berbagai genom,
DNA finger printing, mengetahui ada atau tidaknya gen-gen penyebab kelainan
genetik atau penyakit tertentu, mendeteksi lokasi dan jumlah mRNA dalam sel
atau jaringan tertentu, mengetahui aktivitas gen selama perkembangan berbagai
tipe sel organisme atau aktivitas gen sebelum dan sesudah diberi perlakuan
tertentu, mempelajari evolusi di tingkat molekular, mengetahui variasi genetik
dalam populasi natural di alam, menentukan atau mengidentifikasi berat molekul
fragmen DNA, RNA, protein dan aktivitas enzimatik, menganalisa fragmen DNA yang
diamplifikasi melalui PCR, mengidentifikasi persamaan dan perbedaan genetik
antar individu, dan menentukan jumlah fragmen DNA yang diklon dalam rekombinan
plasmid DNA (Russell, 1994; Fairbanks and Andersen, 1999).
Namun disamping itu, elektroforesis gel juga memiliki
kekurangan yaitu pada deteksi atau identifikasi amplikon. Penggunaan
elektroforesis gel ini dirasakan kurang efisien karena lama pengerjaannya dan
terbatasnya jumlah sampel yang dapat diperiksa. Disamping itu, kadang kadang
hasil PCR dalam gel muncul pita yang tidak berbentuk (ghost atau smeary bands)
atau pita yang terlampau banyak sehingga hasilnya sulit diinterpretasikan (Tarigan,
2011).
ALAT DAN BAHAN
ALAT
- Satu set alat elektroforesis
- Mikropipet dan tip
- Gel Doc
- Power Supply
- Parafilm
BAHAN
- DNA Marker
- Produk DNA
- Ethidium Bromide (EtBr)
- dd H2O
- Gel Agarose
- Loading Buffer (Loading dye)
- Buffer Tri-Asetat-EDTA (TAE)
- Akuades
CARA KERJA
- Pembuatan Gel Agarose
- 0,4 gram bubuk agarose
dilarutkan pada 50 ml Buffer TAE.
- Campuran tersebut dilarutkan
dengan cara dipanaskan.
- Setelah semua terlarut kemudian
didiamkan pada suhu ±50°C.
- Gel Comb dipasang pada tangki
elektroforesis.
- Larutan agarose dituangkan pada
tangki elektroforesis dan didinginkan hingga mengeras.
- Setelah gel tersebut mengeras,
gel comb dapat diambil dan gel agarose siap untuk digunakan.
- Elektroforesis
- Gel Agarose direndam dengan
Buffer TAE.
- 1µl loading dye dicampur dengan
3µl produk DNA pada parafilm yang telah tersedia dengan bantuan
mikropipet.
- Campuran tersebut dituangkan ke
sumur/well pada gel agarose.
- Sedangkan untuk 3µl DNA marker
1kb dituangkan pada sumur/well yang berada pada paling tepi atas dan
bawah.
- Tangki elektroforesis kemudian
ditutup dan dihubungkan ke power supply.
- Power Supply ( 400mA, 90V)
dinyalakan selama 30 menit.
- Dokumentasi
- Gel agarose hasil
elektroforesis direndam pada larutan EtBr selama ± 15 menit.
- Dilanjutkan dengan direndam
dalam akuades selama ± 15 menit.
- Divisualisasi dengan
menggunakan Gel Doc dan kemudian diambil gambarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami secara baik dan mampu untuk melakukan salah satu teknik/metode
pemisahan senyawa (DNA dan Protein), yaitu metode elektroforesis. Selain itu
diharapkan mahasiswa juga dapat mengetahui bagaimana cara mengukur fragmen DNA
pada praktikum ini.
Secara singkat, elektroforesis adalah suatu teknik pemisahan
molekul selular berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan medan listrik yang
dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang dipisahkan. Teknik ini
dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul,
misalnya DNA yang bermuatan negatif (Yuwono, 2005).
Prinsip kerjanya adalah jika molekul yang bermuatan negatif
(DNA) dilewatkan melalui suatu medium, misalnya gel agarose, kemudian dialiri
arus listrik dari satu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya (positif), maka
molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif (Elektroforesis)
melalui membran matriks gel agarose tersebut (Yuwono, 2005).
Terdapat dua macam teknik elektroforesis yang telah
berkembang yaitu, elektroforesis horizontal maupun vertikal (Lisdiyanti, 1997).
Berdasarkan jenisnya ada dua macam elektroforesis yaitu:
- Elektroforesis bebas (free
electrophoresis): molekul atau partikel yang akan dipisahkan tersebar di
seluruh larutan. Pemberian arus listrik pada larutan yang mengandung
partikel tersebut akan menyebabkan terbentuknya batas di antara dua
larutan.
- Elektroforesis zona: merupakan
jenis elektroforesis yang paling banyak digunakan, mempergunakan media
penunjang, seperti kertas, selulosa asetat, agarose atau poliakrilamid
(Biosciences, 1999).
Dalam praktikum ini jenis elektroforesis yang digunakan
adalah elektroforesis zona dan menggunakan teknik elektroforesis horizontal
karena menggunakan gel agarose yang diletakkan pada alat elektroforesis secara
horizontal dan teknik ini difungsikan untuk analisais DNA.
Kelebihan metode ini adalah mudahnya mengamati reaksi kimia
selama proses berlangsung, sampel dapat ditangani dengan baik dan cepat, gel
dari hasil percobaan dapat disimpan dalam kantong plastik dan didinginkan
setelah percobaan, sehingga dapat dipakai untuk dokumentasi penting yang dapat
dipelajari lebih lanjut di lain waktu, dan beberapa kelebihan lainnya. Selain
kelebihan, metode ini juga memiliki kekurangan, yaitu rawan terjadi kesalahan
pada proses pemindahan campuran sampel ke dalam slot gel, karena slot gel
ukurannya sangat kecil (Boffey, 1984).
Praktikum elektroforesis gel ini dimulai dengan pembuatan gel
agarose 0,8%. Praktikan tidak melakukan
pembuatan gel agarose 0,8% karena dilakukan oleh asisten praktikum. Secara umum, proses pembuatan gel agarose
0,8% dilakukan dengan cara mencampurkan bubuk agarosa dengan larutan buffer TAE,
yang kemudian dipanaskan di dalam microwave, selanjutnya dituangkan ke dalam
cetakan yang telah disiapkan dengan comb-nya dan tunggu sampai mengeras. Bubuk agarose yang digunakan sebanyak 0,4 gr
dan larutan running buffer TAE (Trisasetat-EDTA) sebanyak 50 mL yang berperan
untuk memudahkan migrasi dari fragmen DNA berdasarkan perbedaan kekuatan ionik
(Magdeldin, 2012). Setelah gel mengeras, gel dimasukkan ke dalam ruang
elektroforesis dan dilakukan penambahan running buffer. Penambahan running
buffer dilakukan dengan tujuan mempermudah pengerasan gel saat dilakukan pemanasan
(Gardner dkk, 1991).
Tahap selanjutnya adalah mencampurkan DNA dengan loading buffer
yang memiliki fungsi membantu sampel turun ke dalam well dan membantu memonitor
berapa lama proses elektroforesis telah berlangsung karena memiliki pewarna
bromofenol biru (Magdeldin, 2012).
Selanjutnya dilakukan penuangan campuran loading buffer dengan
produk DNA sebanyak 4µl dan juga larutan marker 1kb sebanyak 3µl pada
sumur/well yang telah dibentuk pada gel. Sedangkan untuk marker 1kb dituang
pada dua sisi ujung (atas dan bawah) well yang ada. Proses pemindahan dilakukan
dengan memakai mikropipet dan harus dilakukan secara hati-hati agar campuran
DNA dengan loading buffer tidak “meluber” ke bagian well yang lain. DNA
memiliki muatan negatif (DNA mengandung gugus PO4) sehingga
diharapkan akan bergerak menuju kutub positif (Martin, 1996).
Marker adalah segmen DNA yang spesifik dan telah diketahui
ukurannya. Marker berfungsi sebagai
acuan untuk mengetahui ukuran DNA hasil ampifikasi. Marker DNA yang terdapat di dalam ruang elektroforesis
berfungsi sebagai penanda posisi pasangan basa dari molekul DNA yang
bermigrasi. Marker-marker DNA tersebut
merupakan marker yang telah dibuat oleh pabrik sehingga tanda pasangan basanya
jelas. Salah satu contoh marker DNA adalah lambda HindIII. Marker tersebut memiliki delapan fragmen DNA
dengan kisaran 125 pb hingga 23.130 pb (Birren and Lai, 1993; Martin, 1996).
Praktikum dilanjutkan dengan memasang penutup ruang
elektroforesis dan diberikan arus listrik untuk tahap running. Running
elektroforesis dilakukan pada tegangan 90 Volt dan dengan arus sebesar 400 mA
selama 30 menit. Kecepatan migrasi DNA sangat dipengaruhi oleh tegangan listrik
dan arus listrik yang di berikan oleh power supply ke tangki elektroforesis.
Fragmen DNA yang besar akan bergerak lebih cepat dibandingkan dengan fragmen
DNA yang kecil (Magdeldin, 2012). Gel agarose nantinya akan dikeluarkan dari
ruang elektroforesis setelah mengalami perubahan warna. Dokumentasi dilakukan dengan gel doc (Davis
dkk, 1994).
Pada tahap dokumentasi hal yang pertama dilakukan adalah
merendam gel agarose hasil elektroforesis pada larutan EtBr kurang lebih selama
15 menit. Larutan ini berfungsi untuk meningkatkan daya fluoresensi DNA saat
disinari sinar UV dalam Gel Doc. Setelah itu dilakukan pembilasan dengan
menggunakan Aquades selama kurang lebih 15 menit juga. Setelah tahap-tahap
tersebut barulah divisualisasi dengan menggunakan Gel Doc.
Gel doc adalah alat yang digunakan untuk mengamati dan
mendokumentasikan hasil elektroforesis. Komponen gel doc terdiri dari lampu UV,
kamera dan komputer. Lampu UV berfungsi menerangi bagian dalam dalam dari gel
doc, kamera berfungsi memotret hasil elektroforesis dan komputer berfungsi
menjalankan proses dokumentasi lewat bantuan software (Davis dkk, 1994).
Dalam proses elektoforesis terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi laju pergerakan dari molekul DNA, yaitu:
1.
Ukuran
Molekul DNA
Molekul yang berukuran lebih kecil akan cepat bergerak
melewati gel karena hambatan yang akan dihadapi tidak lebih banyak dibandingkan
molekul berukuran besar.
2.
Konsentrasi
gel
Semakin tinggi konsentrasi agarosa, semakin kaku gel yang
dibuat sehingga sukar untuk dilewati molekul-molekul DNA. Konsentrasi agarosa yang lebih tinggi
memudahkan pemisahan DNA yang berukuran kecil, konsentasi agarosa yang lebih
rendah memudahkan pemisahan DNA dengan ukuran yang lebih besar.
3.
Bentuk
molekul
Molekul yang memiliki bentuk elips atau fibril akan lebih
cepat bergerak dibandingkan dengan yang berbentuk bulat.
4.
Densitas
muatan
Densitas muatan yaitu muatan per unit volume molekul. Molekul dengan densitas muatan tinggi akan
bergerak lebih cepat dibandingkan molekul dengan densitas muatan yang rendah.
5.
Pori-pori
gel
Semakin kecil pori-pori gel yang digunakan, semakin lambat
pergerakan molekul DNA.
6.
Voltase
Semakin tinggi tegangan listrik yang diberikan, semakin cepat
pergerakan molekul DNA.
7.
Larutan
buffer elektroforesis
Buffer dengan kadar ion tinggi akan menaikkan konduktansi
listrik sehingga mempercepat migrasi DNA
(Wolfe, 1993).
Pada hasil praktikum ini terlihat bahwa pita fragmen DNA yang
tersinari UV tidak menunjukkan adanya pergerakan atau migrasi sama sekali, yang
terlihat hanyalah migrasi dari marker DNA pada sisi tepi gel agarose. Hal yang
semacam ini kemungkinan disebabkan oleh terlalu lamanya penyimpanan untai DNA
setelah di isolasi pada praktikum yang sebelumnya, atau terdapat sedikit
kesalahan dalam penyimpanan. Tetapi, jika dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi proses elektroforesis dengan kondisi-kondisi yang sudah dicek
secara baik dirasa tidak mungkin untuk tidak bermigrasi sama sekali untai DNA
tersebut. Jadi ada kemungkinan faktor yang lain yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pada proses ini, yaitu untai DNA itu sendiri. Kenapa bisa begitu,
dimungkinkan karena dalam proses penyimpanan sebelumnya yang kurang baik, yaitu
dari suhu penyimpanan.
Jika pita fragmen DNA dapat terlihat maka dapat dihitung
panjang fragmen dari suatu produk DNA. Pita fragmen DNA dapat diukur dengan
menggunakan suatu kurva regresi linier.
KESIMPULAN
- Teknik pemisahan senyawa dengan
elektroforesis gel agarose termasuk dalam jenis elektroforesis zona dengan
menggunakan teknik elektroforesis horizontal.
- Elektroforesis memiliki prinsip
kerja bahwa suatu molekul (DNA) yang bermuatan negatif jika dialiri
listrik akan bergerak menuju kutub positif milik elektroforesis melalui
matriks membran gel agarose.
- Panjang fragmen DNA dapat
terlihat dengan menggunakan gel doc yang pada saat didalamnya disinari
dengan menggunakan sinar UV, setelah sebelumnya dilakukan tahap
elektroforesis. Setelah itu panjang fragmen DNA dapat diukur menggunakan
kurva regresi linier.
- Faktor yang mempengaruhi laju
migrasi dari fragmen DNA pada elektroforesis gel adalah ukuran molekul
DNA, konsentrasi, bentuk molekul, densitas muatan, pori-pori gel, voltase,
dan larutan buffer elektroforesis. Selain itu ada faktor lain yang dapat
muncul sebagai yang mempengaruhi laju migrasi fragmen itu sendiri, yaitu
ukuran fragmen DNA dan faktor ketelitian serta kehati-hatian dalam proses
penyimpanan produk DNA jika produk tersebut sebelumnya disimpan.
DAPUS
Biosciences, Amersham.
1999. Protein Electrophoresis.
Amersham Biosciences : USA.
Birren, B., E. Lai.
1993. Pulsed field ge electrophoresis: a
practical guide. Academic Press, Inc., San Diego.
Boffey, S. A. (1984). Isolation of high molecular weight DNA, in
Methods in Molecular Biology, vol. 2: Nucleic Acids (Walker, J. M., ed.),
Humana, Totowa, NJ.
Campbell, N.A., J. B.
Reece & L. G. Mitchell. 2002. BIOLOGI.
Ed ke-5. Erlangga : Jakarta.
Davis, L., M. Kuehl,
& J. Battey. 1994. Basic methods:
Molecular biology 2nd ed. Appleton & Lange, Norwola.
Fairbanks, D.J., W.R.
Andersen. 1999. Genetics: The continuity
of life. Brooks/Cole Publishing Company, New York.
Gardner, E.J., M.J.
Simmons, & D.P Snustad. 1991. Principles
of genetics 8th ed. John Wiley & Sons Inc., New York.
Jean, Francois Giot.
2010. Agarose Gel Electrophoresis – Aplications in Clinical Chemistry. Journal of Medical Biochemistry 2010; 29
(1).
Klug, W.S., M.R.
Cummings. 1994. Concept of genetics 4th
ed. Merrill Publishing Co. : Columbus, Ohio.
Lee, S.V., Bahaman,
A.R. 2010. Modified gel preparation for distinct DNA fragment analysis in
agarose gel electrophoresis. Tropical
Biomedicine 27(2): 351-354 (2010).
Lisdiyanti. 1997. Polymerase Chain Reaction: Cara Mudah
Memperbanyak DNA. Warta Biotek : Bogor.
Magdeldin, Sameh. 2012.
Gel Electrophoresis - Principles and
Basics. InTech Publisher : Rijeka, Croatia.
Martin, R. 1996. Gel electrophoresis: Nucleid acids. Bros
Scientific Publishers Ltd., Oxford.
Russell, P.J. 1994. Fundamentals of genetics. Harper Collins
College Publishers, New York.
Tarigan, Simson. 2011.
Penggunaan Polymerase Chain Reaction Enzyme Linked Oligonucelotide Sorbent
Assay (PCR-ELOSA) untuk Deteksi Agen Penyakit. WARTAZOA Vol. 21, No.1, Th.2011.
Wolfe, S. L. 1995. Introduction to cell and molecular biology.
Wardworth Publishing Company, Belmont.