Ayam Part 3 (Selesai)


Sistem Respirasi Unggas

Sistem pernafasan unggas terdiri dari trachea, shirink, bronchus, broncheolus, dan paru-paru. Trakea merupakan saluran pertama yang berupa saluran yang berbuku-buku. Shirink adalah pita suara (Sarwono, 1993). Shirink pada unggas jantan berkembang dengan baik, sedangkan shirink pada unggas betina tidak berkembang. Bronchus merupakan percabangan dari trachea. Broncheolus adalah anak cabang dari bronchus yang berbentuk saluran-saluran kecil yang menyalurkan udara dari bronchus ke paru-paru. Paru-paru merupakan organ vital dalam sistem pernafasan unggas, karena paru-paru merupakan pengatur sirkulasi udara dalam tubuh unggas (Soegiarsih, 1990).

Kantong udara terdiri atas suatu rongga dengan dinding jaringan yang tipis dan halus sehingga sulit dikenali dalam posisi mengempis. Biasanya ayam yang sudah mati posisi kantong udaranya mengempis sehingga sewaktu dilakukan bedah bangkai perlu perhatian yang lebih seksama (Akoso, 1998). Saat unggas bernafas, otot inspirasi meningkatkan volume rongga tubuh yang menyebabkan tekanan udara masuk ke dalam kantong udara dan udara segar akan tertarik ke dalam paru-paru. Ayam yang sudah mati posisi kantong udaranya mengempis, sehingga sewaktu dilakukan bedah  bangkai  perlu  perhatian  yang  lebih  seksama (Akoso, 1998).

Sistem Reproduksi Unggas

Reproduksi Unggas Jantan

Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis bentuknya elips dan berwarnaterang, dan menghasilkan sperma yang masing-masing mempunyai sebuah saluran sperma yang bernama vas defferensserta sebuah kloaka yang menjadi muara dari sistem reproduksi tersebut (Srigandono, 1997). Alat reproduksi unggas jantan terdiri atas alat kelamin pokok danalat kelamin pelengkap. Alat kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk spermatozoa yaitu testis. Alat kelamin pelengkap terdiri atas salurantestis yang menuju kloaka yaitu epididymis,vas defferens, dan papillae (Sarengat, 1982).

Testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari lobus anterior ginjal. Ukuran testis tidak selalu konstan, karena menjadi besar pada saat musim kawin. Bagian kiri sering lebih besar dari bagian kanan. Pinggir medial testis sedikit konkaf dan mempunyai penjuluran kecil pipih yang dianggap sama seperti epididimis pada mammalia. Dari situlah keluar saluran vas defferens yang secara bergelombang-gelombang lateral terhadap ureter masuk ke dalam kloaka (Soegiarsih, 1990). Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun dalam skrotum tetapi tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar unggas. Permukaan testis diselaputi oleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang diteruskan kedalam testis membentuk kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono, 1993).

Masing-masing vas defferens menuju papilae yang berfungsi sebagai organ cadangan yang mengalami rudimenter. Papilae ini terletak di bagian tengah dari kloaka (Sarengat, 1982). Unggas air memiliki alat kopulasi yang nampak jelas, penis yang berbentuk spiral dan bengkok, terdiri dari tenunan fibrosa dan terletak pada dinding ventral kloaka,mempunyai suatu legok, dan semen testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari lobus anterior ginjal (Soegiarsih, 1990). Khusus pada itik, spermanya mampu bertahan hidup 5-6 hari didalam saluran genetika itik betina (Srigandono, 1997).

Sistem Reproduksi Unggas Betina

Sistem reproduksi unggas betina terdiri dari alat kelamin primer dan alat kelamin sekunder. Alat kelamin primer adalah ovarium dan alat kelamin sekunder adalah oviduct atau saluran telur. Unggas betina secara normal hanya memiliki ovarium dan oviduct sebelah kiri yang berkembang sempurna (Sarengat, 1982). Ovarium merupakan bagian alat kelamin primer yang berfungsi sebagai alat pembentuk telur. Ovarium terletak diantara paru-paru dan ginjal dibawah dan dibelakang hati, ovarium tersebut terletak pada tulang belakang dan dikelilingi oleh alat-alat lainnya sehingga ia tertutup dalam suatu kantung ovarium sehingga jalan satu-satunya adalah oviduct (Sarwono, 1993).

Ovarium tersebut terletak pada tulang belakang dan dikelilingi oleh alat-alat lainnya, sehingga ia tertutup dalam suatu kantong ovarium. Jalan satu-satunya untuk keluar adalah oviduct (Blakely dan Bade, 1991). Oviduct digantung oleh dua lapis lipatan peritoneum yang membentuk ligamen-ligamen oviduct. Oviduct terdiri dari 5 bagian, yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina. Infundibulum berfungsi sebagai corong yang terdapat pada bagian ujung oviduct, di tempat inilah terjadi pembuahan. Magnum terletak di bagian bawah funnel, panjangnya 33 cm. Vagina merupakan tempat penyimpanan telur sementara waktu, sebelum telur dikeluarkan dari dalam tubuh (Sarwono, 1993). Tugas uterus adalah menyempurnakan pembentukan telur, dari uterus telur keluar menuju vagina dan kemudian kloaka (Hunter, 1995).

Sistem Urinari

Sistem urinaria ayam maupun itik terdiri atas sepasang ginjal yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut (peritonium). Air kencing keluar dari tubuh melalui kloaka bersama-sama feses dan kelihatan sebagai masa putih diatas feses tersebut (Hunter, 1995). Ginjal adalah organ yang menyaring plasma dari unsur-unsur plasma darah, dan kemudian secara selektif menyerap kembali air dan unsur-unsur berguna yang kembali dari filtrat yang akhirnya mengeluarkan kelebihan dari produk buangan plasma. Ureter adalah saluran muscular yang mengalirkan urine dari dinding ginjal menuju ke blader (kantong kencing). Blader merupakan organ muskular yang berongga yang ukuran dan posisinya bervariasi tergantung jumlah urine yang ada didalamnya. Pelvis, ureter, blader, dan uretra pada bagian dalamnya diselaputi oleh epitel transisional (organ yang mengalami distensi, lumen menjadi besar, dinding menipis, dan terjadi suatu transisi ke stratifikasi yang lebih sedikit) (Frandson, 1992).

Sumber :


Akoso, B.T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka, Jakarta. 

Blakely, J dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press.  (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono).

Frandson. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Hunter, R. H. F. 1995. Fisiologi dan Teknologi dan Reproduksi Hewan Domestik. ITB. Bandung.

Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Kanisius, Jakarta.

Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sarengat, W. 1982. Pengantar Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.

Soegiarsih, P. 1990. Diktat Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Suprijatna, E., U. Atmomarsonondan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2008. Dasar Ternak Unggas Cetakan ke-5.Kanisius, Yogyakarta.

Wiharto. 1985. Petunjuk Beternak Ayam. Lembaga Penarbitan Universitas Brawijaya. Malang.

Cari

Copyright Text