Sperma terdiri dari tiga komponen
utama yaitu kepala, leher dan ekor. Kepalanya terutama terdiri dari suatu
nukleus padat yang dimahkotai dengan akrosom kecil berbentuk bulan sabit.
Akrosomnya mengandung sejumlah enzim hidrolitik dan dianggap berperan dalam
penembusan telur oleh spermatozoa (Paxton, 1986).
Ekor sperma terdiri atas tiga
bagian yaitu middle piece, principal piece dan end piece. Ekor ini berfungsi
untuk pergerakan menuju sel telur. Ekor yang motil itu pada pusatnya sama
seperti flagellum memiliki struktur axoneme yang terdiri atas mikrotubul pusat
dikelilingi oleh Sembilan doblet mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang
lainnya. Daya yang dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan baling-baling dan
memungkinkan sperma meluncur dengan cepat. Keberadan mesin pendorong ini
tentunya membutuhkan bahan bakar yang paling produktif yaitu gula fruktosa yang
telah tersedia dalam bentuk cairan yang melingkupi sperma (Djuhanda, 1981).
Spermatozoa abnormal merupakan
spermatozoa berbentuk lain dari biasa, terdapat baik pada individu fertil
maupun infertil. Hanya saja pada individu fertil kadarnya lebih sedikit. Bentuk
abnormal terjadi karena berbagai gangguan dalam spermatogenesis. Gangguan itu
mungkin karena faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, atau oleh
penyakit (Yatim, 1992). Bentuk sperma dibawah ini adalah bentuk sperma yang
abnormal menurut :
- Makro : Ukuran kepalanya lebih besar dari ukuran kepala normal.
- Mikro : Ukuran kepala lebih kecil dari ukuran kepala normal.
- Taper : Spermanya kurus, lebar kepalanya setengah dari kepala normal, tidak jelas batas akrosom
- Piri : tidak jelas adanya kepala nyata, tampak midpiece dan ekor saja.
- Amorf : Bentuk kepala ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom.
- Round : Bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom.
- Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala, warna lebih erah.
- Ekor abnormal : ekornya pendek/ spiral/ permukaan tidak halus/ ganda.
Kepala spermatozoa bentuknya
bervariasi. Isinya adalah inti (di dalamnya terkandung material genetik)
haploid yang berupa kantong berisi sekresi-sekresi enzim hidrolitik.
Spermatozoa yang kontak dengan telur, isi akrosomnya dikeluarkan secara
eksositosis yang disebut dengan reaksi akrosom (Sistina, 2000).
Pengamatan mikroskopis sperma
diantaranya adalah penghitungan jumlah spermatozoa. Jumlah spermatozoa motil
atau non-motil dapat dihitung dengan menggunakan bilik hitung (hemositometer).
Hemositometer merupakan gelas objek yang memiliki kotak-kotak berukuran (Yatim,
1992).
·
Spermatogenesis
Peralihan dari bakal sel kelamin
yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam
perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis
berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan
testosterone (Yatim, 1992).
Tahap pembentukan spermatozoa
dibagi atas tiga tahap yaitu :
o
Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang
mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
o
Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur
primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis.
Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang
menjadi spermatosit primer.
o
Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung
kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit
akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
(Yatim, 1992)
·
Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh
dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I
yang kemudian diikuti dengan meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II
ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan
sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan
spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
(Yatim, 1992)
·
Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid
menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase
akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua
spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila
salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik
manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak
terdiri dari :
- Kepala (caput) :tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
- Leher (servix) : menghubungkan kepala dengan badan.
- Badan (corpus) : bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
- Ekor (cauda) : berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
(Yatim, 1992)
Sumber :
Djuhanda, T. 1981. Embrio
Perbandingan. C.V. Armico, Bandung.
Paxton, M. J. W. 1986.
Endocrinology, Biologycal and Medical Prespective. Wm. C.
Sistina, Yulia. 2000. Biologi
Reproduksi. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto
Yatim, W. 1992. Reproduksi dan
Embriologi. Tarsito, Bandung.