Pada dasarnya dua jenis
siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata
lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain
mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi
pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri
banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu
perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika
kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari
uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai
menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan
tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004).
Fase Proestrus
Pada fase proestrus
ovarium terjadi pertumbuhan folikel dengan cepat menjadi folikel pertumbuhan
tua atau disebut juga dengan folikel de Graaf. Pada tahap ini hormon estrogen
sudah mulai banyak dan hormon FSH dan LH siap terbentuk. Pada apusan vaginanya
akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak berinti (sel cornified) dan tidak
ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat adanya pembelahan sel
epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti pada sel yang
baru belum terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan sel-sel baru ini
berada di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut juga sel
cornified (sel yang menanduk). Sel-sel cornified ini berperan penting pada saat
kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina pada mencit betina tahan terhadap
gesekan penis pada saat kopulasi. Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah
mulai gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini
terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah fase
estrus dan begitu selanjutnya fase akan berulang (Nurhayati, 2004).
Fase Estrus
Pada fase estrus yang
dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah”
(Campbell, 2004), hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan
gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin
pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi
follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi (Gilbert, 2006).
Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing
hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami
kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih
aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada
mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap
jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit
betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan
ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering
mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina
menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang
diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian
mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ
vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini vagina
pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit
terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel
epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran
uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir
dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap
estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap
matesterus (Nurhayati, 2004)
Fase Metestrus
Pada tahap metestrus
birahi pada mencit mulai berhenti, aktivitasnya mulai tenang, dan mencit betina
sudah tidak reseptif pada jantan. Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran
yang paling kecil karena uterus menciut. Pada ovarium korpus luteum dibentuk
secara aktif, terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk menghancurkan dan
memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini
hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang dihasilkan
oleh korpus leteum (Nurhayati, 2004).
Fase Diestrus
Tahap selanjutnya
adalah tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada tahap ini
terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami
pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski
kandungannya sangat sedikit. Fase ini disebut pula fase istirahat karena mencit
betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina akan
terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus terdapat
banyak mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan
terdapat banyak lendir (Nurhayati, 2004).
Sumber :
Campbell,
N.A, Reece and Mitchell. 2004. Biology Concept and Connection. Ed.5.
SanFransisco: Benjamin Cummings
Gilbert,
Scott F. 2006. Developmental Biology 8th ed. USA: Sinauer Associates Inc.
Nurhayati,Awik. 2004.
Diktat Perkembangan Hewan. ITS press. Surabaya