Kemasan atau packaging, menjadi
salah satu unsur yang sangat penting bagi produk milik Anda. Pengemasan itu
bukan hanya sekadar pembungkus. Tetapi, lebih dari itu: packaging is branding.
Apapun jenis barang atau produk yang aban dijual tatkala diberi merek dan
dikemas, maka dari kemasan tersebut aban terefleksi identifikasi merek produk
yang dijual.
Begitu pula akan tersirat janji
dari sebuah produk, kualitas, nilai, benefit yang ditawarkan, dan sebagainya. Dari
situ pula seorang konsumen mempertimbangkan untuk membeli atau tidak dari
produk yang ditawarkan. Jadi, pengemasan sudah seharusnya memiliki personality.
Kalau kemasan itu dibuat bagus dan
memiliki personality yang kuat akan mampu meningkatkan rasa percaya dari
konsumen saat memilih produk yang akan dibelinya. Pengemasan tidak hanya
berfungsi membawa produk ke konsumen. Tetapi, fungsi pengemasan telah
berkembang menjadi salah satu alat yang digunakan untuk mengkomuni-kasikan
personality dari merek atau brand kepada konsumennya.
Di era persaingan produk yang kian
kompetitif ini, pengemasan menjadi salah satu 'senjata' dalam usaha untuk
memenangkan persaingan. Ada sebuah hasil sebuah survey yang menyatakan bahwa
konon seorang konsumen yang sedang belanja di supermarket hanya memiliki waktu
beberapa detik saja untuk melihat dan mengenali sebuah merek produk. Karena
untuk memperhatikan produk satu dengan yang lain akan menghabiskan waktu
banyak. Sementara, filosofi belanja di supermarket adalah ingin cepat, praktis,
dan leluasa.
Logikanya, kalau sebuah pengemasan
dibuat dengan bentuk unik dan warna yang menarik akan lebih mudah menarik
perhatian. Dan selanjutnya, konsumen tersebut akan mengambil, lebih banyak
mengamati, dan mempertimbangkan untuk membelinya. Artinya, pengemasan sebagai
salah satu 'senjata', telah bertugas dengan baik.
Lagi-lagi strategi keluar dari
pakem yaitu 'berani tampil beda' menjadi jawaban bagi pentingnya desain kemasan
tersebut. Karena 80% keputusan untuk membeli dibuat oleh konsumen tatkala
berada di supermarket atau toko, khususnya di depan barang yang ditawarkan atau
yang akan dibelinya. Strategi pengemasan 'yang berani tampil beda tersebut akan
menjadi motivasi kuat bagi konsumen untuk melihat, menimbang dan membeli.
Pada 1930-an Louis Cheskin, seorang
psikolog pemasaran, mulai memperhatikan faktor psikologi dari desain kemasan.
Cheskin mempelajari respons emosional konsumen terhadap kemasan dengan
melakukan eksperimen. Dalam eksperimennya, dia menempatkan dua produk yang sama
dalam dua kemasan yang berbeda. Satu kemasan berbentuk lingkaran dan kemasan
lainnya berbentuk segitiga. Partisipan dalam eksperimen itu diminta untuk
memilih produk mana yang paling disukai berikut alasannya. Mereka tidak ditanya
sama sekali soal kemasan. Juga, tidak diminta untuk mengatakan sesuatu apapun
tentang kemasan tersebut. Hasilnya? 80 persen partisipan memilih produk yang
dikemas berbentuk lingkaran.
Cheskin kemudian mengulang
eksperimennya dengan meletakkan produk lainnya dalam kemasan yang sama —berbentuk
segitiga dan lingkaran. Hasilnya sama. Karena itu, Cheskin berkesimpulan,
desain kemasan memberikan pengaruh besar pada pengalaman seseorang terhadap isi
yang terkandung dalam kemasan tersebut. Fenomena ini dia sebut sebagai
'sensation transference'. Fenomena ini oleh peneliti lainnya dikatakan sebagai
ketidaksengajaan bantuan untuk suatu produk yang datang dari perasaan yang kita
peroleh saat melihat pembungkus luar dari produk tersebut.
Sensation transference ini bisa
dicapai melalui suatu desain kemasan secara menyeluruh dari suatu produk.
Desain menyeluruh ini terdiri atas lima unsur, yakni bentuk, ukuran, warna,
grafis, dan bahan. Sejak saat itu, orang percaya akan besarnya peranan dari
pengemasan. Beberapa penelitian selanjutnya makin memperkuat anggapan bahwa
pengemasan atau packaging sangat efektif dalam membuat ketertarikan konsumen.
Ini karena pengemasan menimbulkan daya tarik bawah sadar pada konsumen dan
membuat mereka membeli suatu produk.
Sebagian besar produk yang dibeli
konsumen di toko bukanlah dihasilkan proses pertimbangan yang hati-hati atau
analisis yang mendalam. Konsumen seringkali tidak merasa perlu untuk membaca
atau melihat secara lebih dekat kemasan dari suatu produk. Yang memegang
peranan penting dalam proses pembelian saat itu adalah persepsi yang
dibangkitkan oleh warna atau bentuk kemasan. Jadi, warna dan bentuk kemasan
produk hanya stimulus untuk me-retrieve ulang memori kualitas dari suatu
produk. Dan bukan menjadi sesuatu yang dipertimbangkan.
Contoh sederhana adalah banyak
pengusaha makanan ringan yang hanya melakukan repackaging atau mengemas ulang
saja dari produk yang dijualnya. Semisal pada pengemasan keripik. Para
pengusaha pada makanan tersebut hanya mengemas keripik yang dibuat massal oleh
home industry. Tentunya, dengan berbagai persyaratan standar si pengusaha agar
produk tersebut memiliki nilai jual. Kemudian dengan kepiawaiannya di bidang
pemasaran, keripik singkong yang berasal dari home industry itu mampu menembus
pasar di supermarket. Bahkan, dijadikan persediaan oleh-oleh khas daerah
tertentu.
Tantangan bagi perancang kemasan
adalah menciptakan kemasan yang mampu melindungi produk, melindungi konsumen,
membuat produk menjadi mudah untuk disimpan dan dipindah-pindahkan, memberikan
informasi tentang produk, menciptakan daya tarik saat didisplay, ramah
lingkungan, memberikan kenyamanan, ekonomis, legal, dan menciptakan promotion
value.
Tantangan tersebut semakin dinamis
dengan semakin cepatnya perubahan yang terjadi di lingkungan luar, khususnya
pada konsumen dan budayanya. Suatu kemasan yang dulu berhasil menciptakan
image, saat ini berkurang kemampuannya akibat terjadinya pergeseran persepsi
terhadap kemasan dan produk tersebut. Itu sebabnya, agar efektif, suatu kemasan
harus diadaptasikan dengan budaya baru, perbedaan selera, dan pola konsumsi yang
baru.
Kemasan yang baik mampu
mengeleminasi pemilihan strategi antara harga atau produk (price or product
method). Zaman dahulu produsen akan membuat strategi dari sebuah keputusan
target pasar yang akan dituju pertimbangannya. Secara tradisional adalah antara
memilih dasar harga yang murah dengan konsekuensi kualitas produk yang lebih
rendah atau kebalikannya. Namun, sekarang kemasan produk yang baik akan sangat
membantu menjadi penengah dalam mengoptimalkan pilihan. Yaitu, mampu
menampilkan produk yang cantik dengan harga yang terjangkau dan pasar yang
lebih luas.
Sumber : Ilham, http://pengusahamuslim.com/pentingnya-kemasan-produk-1847/#.VHyOkJWUeSo,
(disari) Endro Wohyu M,
endrowahmar.blogspot.com, www.novelfacts.com