Tantangan
yang harus dihadapi manajemen brand (merk)
Ada banyak tantangan yang harus
dihadapi oleh mereka yang bermaksud membentuk kepribadian dan identitas sebuah
brand (merk). Tantangan berasal dari faktor eksternal dan internal, di
antaranya:
1) Pasar yang
terfragmentasi sehingga susah untuk dianalisis dan cenderung bisa berubah
setiap saat. Poin ini juga mengkalkulasi faktor lain seperti media penawaran.
2) Tekanan
persaingan yang keras, dan juga tingkat persaingan harga yang kuat, antara satu
brand (merk) dengan brand (merk) yang lain.
3) Strategi
yang diusung, yang bisanya sangat kompleks dan mengandalkan kemitraan.
4) Inovasi dan
penyimpangan.
5) Tekanan
jangka pendek.
6) Dan tekanan
investasi lainnya.
Keenam hal tersebut, bagaimanapun,
adalah faktor-faktor umum yang bisa sangat berpengaruh dalam usaha pembentukan
kepribadian dan identitas sebuah brand (merk). Dengan demikian pula, dalam
rantai manajemen brand (merk), keenamnya harus dimasukkan dalam strategi
manajemen, dengan maksud supaya sebuah perusahaan bisa mengantisipasi perubahan
yang terjadi di dalam medan bisnis.
Bagaimana Mempertahankan Identitas dan Kepribadian sebuah Brand (merk)
Setelah kepribadian dan identitas
sebuah brand (merk) didapat, hal berikutnya yang harus dilakukan adalah
mempertahankannya. Citra sebuah brand (merk) bisa menurun kualitasnya, dan
inilah yang harus diantisipasi oleh perusahaan.
Bila terdapat kegagalan layanan
yang terkait dengan brand (merk) tertentu, sebuah perusahaan harus segera
mengadakan program perbaikan layanan. Perbaikan layanan dengan segera dapat
menjaga konsumen supaya tidak lari, berpaling kepada brand (merk) lain.
Dari penjelasan di atas, citra
sebuah brand (merk) tentu saja dapat dikategorikan sebagai entitas, atau aset
yang sangat rapuh.
Brand (merk) harus dibangun, dan
bangunannya harus dijaga dari waktu ke waktu karena citra sebuah brand (merk)
bisa hancur seketika bahkan hanya dalam satu malam.
Ada semacam peristiwa ledakan yang
mampu meruntuhkan bangunan citra sebuah brand (merk) dari produk tertentu dan
menghabisinya hingga ke akarnya, oleh karena itu penting bagi sebuah perusahaan
untuk menjaga citra brand (merk) dari produk yang dikelolanya.
Sisi rapuh dari brand (merk)
disebut sebagai sisi gelap ekuitas brand (merk). Untuk menyelamatkan sebuah
citra brand (merk) yang sudah hancur, ada tiga prinsip yang harus dilakukan.
1) Melakukan
inovasi dan penemuan kembali supaya relevan di pasar yang disasar.
2) Memusatkan
perhatian pada konsumen.
3) Perombakan
perusahaan/organisasi supaya benar-benar memiliki orientasi bisnis.
Selain tiga prinsip di atas,
beberapa prinsip lanjutan mesti diperhatikan, termasuk:
1) Memanfaatkan
waktu semaksimal mungkin.
2) Memperhatikan
potensi yang ada di sekeliling.
3) Memperkuat
fondasi tim.
Sebuah brand (merk) dari produk
tertentu yang telah jatuh citranya bisa diperbaiki, dengan catatan perusahaan
memiliki visi yang jelas tentang bagaimana produk akan dikelola dan mampu
memenuhi kebutuhan konsumen semaksimal mungkin. Orang yang mengelola sebuah
korporasi yang memiliki brand (merk) global harus menjaga supaya produk dengan
brand (merk) tertentu tidak jatuh reputasinya.