Merintis usaha bersama kerabat
dekat memang sering dilakukan para pelaku usaha. Setelah merasa cocok
dengan hubungan pertemanan, kekeluargaan, serta keakraban yang terjalin di
kehidupan sehari-hari, tak sedikit orang ingin melanjutkan hubungan baik
tersebut dengan menjalin kerjasama (joint venture) untuk terjun ke
dunia usaha.
Memiliki ide kreatif untuk merintis
bisnis bersama, memang boleh-boleh saja. Namun, yang perlu diperhatikan para
pelaku usaha adalah dunia pertemanan sangat berbeda dengan dunia bisnis. Jika
tidak diperhatikan dengan baik, bisa-bisa kekerabatan yang terjalin bisa rusak
hanya karena perselisihan bisnis.
Untuk itu, sebelum terjun
menjalankan bisnis bersama kerabat Anda. Ada baiknya bila Anda memperhatikan
beberapa etika berbisnis dengan
kerabat yang wajib diketahui kedua belah pihak sebelum menjalankan
bisnis bersama.
Pertama,
menentukan mitra bisnis. Sebelum merintis usaha bersama, sebaiknya tentukan
terlebih dahulu siapa saja mitra bisnis Anda dan berapa jumlah person yang
minat bergabung dalam bisnis tersebut. Pastikan bila Anda menggandeng
orang-orang yang bisa Anda percaya, memiliki minat dan passion yang sama, serta
sudah mengenal baik sifat dan karakter masing-masing personal. Sedangkan untuk
jumlahnya, sebaiknya untuk para pemula bisa mencoba maksimal tiga orang mitra.
Sebab, semakin banyak kepala biasanya akan semakin sulit pula untuk
menggabungkan ide dan mengatur pembagian hasilnya.
Kedua, buatlah
aturan resmi (perjanjian hitam di atas putih). Meskipun Anda menjalankan bisnis
tersebut bersama kerabat atau orang-orang terdekat Anda, namun pastikan bisnis
Anda dibangun dengan dasar profesionalisme. Karenanya, buatlah aturan resmi
atau perjanjian hitam di atas putih agar kedepannya tidak terjadi penyimpangan
yang bisa merugikan salah satu pihak. Dalam hal ini, Anda bisa membuat beberapa
rangkap yang kemudian dibagikan untuk Anda dan kerabat dekat yang bermitra
dengan Anda. Lengkapi surat perjanjian tersebut dengan materai, dan tanda
tangan kedua belah pihak yang dikuatkan dengan beberapa saksi.
Ketiga, tentukan
pembagian yang jelas. Dalam membangun sebuah kemitraan, pastikan bila semua
pembagian dilakukan dengan jelas dan diketahui kedua belah pihak. Baik itu
pembagian tugas maupun pembagian hasil usaha, sebaiknya lakukan secara
transparan dan telah mendapatkan kesepakatan dari mitra bisnis Anda. Poin ini
penting, karena sebagian besar kasus perselisihan bisnis muncul karena
ketidakjelasan dalam hal pembagian tugas, wewenang, maupun pembagian hasil
usaha.
Keempat, bedakan
masalah pribadi dengan bisnis yang sedang ditekuni. Ketika terjun di dunia
usaha, tentunya Anda dituntut untuk profesional dan bisa memisahkan antara
urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Jangan pernah mencampurkan masalah
pribadi Anda ke dalam ruang bisnis, sebab hal tersebut hanya akan
memperkeruh suasana perusahaan dan membuat mitra bisnis Anda merasa tidak
nyaman.
Kelima, bangun
komunikasi yang efektif dan hindarkan campur tangan orang lain. Komunikasi
memegang peranan penting dalam membangun kerajaan bisnis. Oleh karena itu,
biasakan untuk menjalin komunikasi dengan partner bisnis Anda secara rutin,
baik sebelum maupun setelah seharian membuka usaha (breefing harian sebelum dan
setelah jam operasional usaha). Sampaikan permasalahan-permasalahan yang muncul
hari ini, dan usulkan beberapa ide segar untuk kemajuan bisnis bersama. Selain
itu, hindarkan bisnis Anda dari campur tangan orang lain. Pihak luar boleh
memberikan masukan tetapi keputusan tetap ada ditangan Anda dan mitra kerja
yang bersangkutan.