Membangun Brand 2

Banyak hal mengenai ihwal kepuasan konsumen yang akan menimbulkan hubungan jangka panjang, berkelanjutan, serta penuh dengan kepercayaan dan loyalitas yang berasal dari konsumen. NIlai tertentu dibutuhkan guna mewujudkan semua hal tersebut.

Karena itulah ada 9 nilai strategis, 3 nilai pengembangan, dan 5 nilai penyampaian yang diperlukan untuk memunculkan loyalitas dan kepercayaan konsumen.

Sembilan nilai strategis itu adalah:

1)   Stakeholders: Dimaknai sebuah buah kesuksesan di mana kesejahteraan stakeholders bukan hanya bermanfaat untuk pemegang saham saja, melainkan juga untuk keseluruhan elemen dalam perusahaan seperti karyawan, dan terlebih lagi konsumen yang terikat dengan brand (merk) produk tertentu. Karena itulah dibutuhkan pendekatan menyeluruh untuk pemasaran dan bisnis.
2)     Pelayanan (service)” Ini dimaknai sebagai sebuah nilai tambah yang berasal dari brand (merk) produk tertentu, yang kemudian disampaikan ke pelanggan yang membeli produk tersebut. Nilai tambah dimaksudkan supaya harapan dan kebutuhan konsumen terpenuhi.
Yang harus diperhatikan adalah kualitas layanan internal harus dirancang dengan baik, sehingga tidak akan menggangu proses pembentukan nilai tambah. Layanan internal yang buruk akan mempengaruhi kualitas akhir dari brand (merk) produk tertentu yang diberikan kepada pelanggan.
3)  Strategi: Ini berkaitan dengan rancangan tentang tujuan yang secara spesifik dijabarkan dalam program, tindakan, dan perencanaan pemasaran, yang seharusnya dibuat dalam konteks tertentu, yakni Pemasaran-Bisnis-Korporat. Pendekatan integral yang sifatnya menyeluruh mestilah digunakan supaya roda gigi di antara ketiga konteks tersebut dapat berjalan dengan baik.
4)   Segmentasi: Ini berkaitan dengan alat strategis yang digunakan untuk menyampaikan nilai tambah yang diperoleh pelanggan ketika membeli brand (merk) produk tertentu.
Pemetaan jelas diperlukan guna mengetahui seluk beluk konsumen dan kebutuhannya. Dengan demikian, segmentasi adalah sebuah cara untuk memilih wilayah yang menjadi sasaran. Pemetaan dilakukan dengan terlebih dahului memilih pasar dan membaginya menjadi kelompok-kelompok tertentu dan kemudian memberikan identitas kepada masing-masing kelompok.
Cara seperti ini memungkinkan sebuah perusahaan untuk memetakan persebaran kelompok dan kemudian mencari tahu mengenai perbedaan kelompok ketika dibandingkan dengan segmen kelompok yang lain. Mengetahui dengan jelas pola pemetaan membantu perusahaan dalam mengembangkan teknik pemasaran brand (merk) yang efisien untuk menjangkau segmen tertentu.
5)   Solusi: Sebuah brand (merk) produk tertentu tidak hanya memberikan nama besar, melainkan juga solusi yang diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi konsumen dan sekaligus mampu memenuhi kebutuhan mereka.
Solusi tidak hanya didefiniskan dengan cara seperti itu, melainkan juga didefiniskan sebagai kejutan-kejutan tidak terduga yang mungkin bisa diperoleh pada ranah penawaran. Untuk mendapat solusi, sebuah perusahaan harus melakukan pendekatan konsultatif, supaya ia bisa menemukan akar masalah yang sedang dihadapi oleh konsumen.
6)  Strike: Pasar adalah arena peperangan, di mana persaingan dan dinamika pasar muncul. Sebuah perusahaan yang mengelola brand (merk) produk tertentu harus mampu menerapkan langkah-langkah inovatif, menyerang pasar tertentu dengan strategi tertentu untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
7)    Kejutan (surprise): Tindakan atau langkah-langkah inovatif seringkali berperan sebagai kejutan. Ini dapat mengejutkan pasar, dan sekaligus memenuhi harapan-harapan konsumen akan brand (merk) produk tertentu yang membawa inovasi di dalamnya.
8)  Sistem: Pembangunan sistem memerlukan kombinasi tepat antara intuisi perkiraan dan usaha. Kombinasi macam ini diperkirakan berdasarkan pertimbangan manajemen resiko yang dilakukan secara rasional.
9)    Shake: Segala jenis kegiatan pemasaran yang berkaitan dengan brand (merk) produk tertentu harus dijalankan dengan cara mengintegrasikannya secara sistematis sehingga kemenangan bisa dicapai.
Adapun 3 nilai pengembangan terdiri dari:
1)  Newness: Dalam usaha pengembangan brand (merk), tidak hanya dibutuhkan modifikasi konsep, melainkan juga inovasi yang didukung oleh kreatifitas.
2)    Nourishment: Ini berkaitan dengan penerapan relationship marketing di mana pemeliharaan jejaring menjadi ujung tombaknya
3)  Networking: Ini berkaitan khusus dengan bagaimana program perluasan jejaring dibentuk dan diaplikasikan.
Yang terakhir adalah 5 nilai penyampaian, yakni:
1)  Competence: Ini berkaitan dengan fokus dalam manajemen pemasaran brand (merk) yang membutuhkan ketrampilan dalam berkomunikasi secara efektif dan interpersonal.
2)     Customer: Artinya sama dengan kegiatan yang berorientasi pada konsumen. Menganggap pelanggan sebagai raja, sekaligus menganggap kegiatan pemasaran brand (merk) sebagai sesuatu yang sama dengan kegiatan konsultasi.
3)   Competition: Ini berarti adalah apa yang disampaikan haruslah kompetitif, dan berbeda dalam arti kecepatan maupun citra yang dibangun di sekitar brand (merk) produk tertentu.
4)   Convenience: Yakni berbagai macam aturan dasar yang harus diterapkan supaya pelanggan merasa nyaman ketika menggunakan brand (merk) produk tertentu.
5)    Care: Ini berarti perusahaan memiliki kepedulian dalam hal pengembangan komunitas dan memiliki keinginan kuat untuk memuaskan harapan pembeli.
Dengan memperhatikan semua nilai yang telah dijabarkan di atas, sebuah perusahaan bisa mendapat acuan penting untuk mendekati konsumen.

Dalam pendekatan kepada konsumen, yang paling penting adalah memiliki pemahaman kepada proses pengambilan keputusan konsumen dan bagaimana konsumen bereaksi terhadap produk tertentu. Lebih jauh lagi, segala macam keputusan strategis ada di tingkat bisnis, di tangan korporat, dan keputusan diambil berdasarkan strategi pemasaran brand (merk) produk tertentu.

Supaya brand (merk) lebih menarik perhatian para konsumen, sangat dibutuhkan dibutuhkan sebuah program penciptaan image (image creation) dan pemosisian-penargetan-segmentasi (segmentation-targeting-positioning).

Kedua program tersebut menginduk kepada konsep seperti capability-core-consistency. Sebagaimana terlihat dari nama konsepnya, yang terpenting adalah konsistensi dalam hal kemampuan untuk meningkatkan sekaligus menjaga kualitas sebuah produk, serta nilai penyampaiannya kepada konsumen.

Pendek kata, dalam membangun kualitas sebuah brand (merk) atau merek dagang, sebuah perusahaan memerlukan strategi yang kokoh.

Untuk membangun strategi yang kokoh tersebut, diperlukan kemampuan untuk melihat pasar secara kreatif, serta membagi-bagi pasar tersebut ke dalam beberapa macam segmen.

Ada ukuran yang mesti dipertimbangkan ketika menentukan segmen pasar:

1)      Apa saja keunggulan yang dimiliki oleh brand (merk) yang ingin dipasarkan.
2)      Situasi persaingan di segmen pasar yang disasar
3)      Pertumbuhan segmen pasar yang dituju
4)      Ukuran pasar yang ingin dituju.

Setelah menilai dan mempertimbangkan keempat ukuran di atas, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menetapkan posisi brand (merk). Pasar merupakan tempat di mana berbagai brand (merk) produk dijual dan konsumen pasti akan merasa kebingungan ketika memilih produk yang tepat.

Oleh karena itulah manajemen brand (merk) menjadi sangat penting. Sebuah perusahaan harus segera menempatkan posisi brand (merk), mengkomunikasikan nilai yang diusungnya (yang menunjukkan keunggulan brand (merk) dibandingkan produk dari kategori yang sama), sehingga terbentuklah alasan kenapa konsumen harus memilih brand (merk) yang digarap oleh perusahaan tersebut.

Setelah memposisikan brand (merk) di tengah konsumen luas, yang harus dilakukan kemudian adalah memberi identitas yang berkepribadian.

Maksudnya adalah, brand (merk) produk tertentu harus memiliki kepribadian unik, sehingga ia memiliki identitas, dan mengenai di hati konsumen yang disasar oleh perusahaan. Secara umum bisa dikatakan bahwa brand (merk) sebuah produk memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan produk lain yang sejenis. Menentukan sebuah identitas yang unik menjadi cara supaya sebuah brand (merk) mengena di hati konsumen yang disasar.

Agar memiliki identitas yang kuat, sebuah brand (merk) membutuhkan konsistensi dalam hal mengkomunikasikan kepribadian brand (merk). Ini akan membantu dalam hal menempatkan posisi brand (merk) di tengah pasar yang pas.

Ketika seorang konsumen mengenal sebuah brand (merk), dan memberi kesan tertentu terhadapnya, barulah brand (merk) tersebut bisa diasosiakan dengan sejumlah atribut yang melekat di brand (merk) tersebut, dan juga yang melekat di dalam ingatan para konsumen. Meski demikian, hal ini bukan tanpa kendala.

Salah satu kendala terbesar dari mengkomunikasikan identitas dan kepribadian brand (merk) produk tertentu adalah: apa yang ingin dikomunikasikan oleh perusahaan belum tentu dipersepsikan sesuai dengan keinginan.

Ini terjadi misalnya ketika sebuah perusahaan menginginkan konsumen untuk berpikir bahwa mereka bisa mendapat kemudahan dalam mengelola dokumen dengan memakai Smartphone EXP dari produsen Q, namun ternyata konsumen tidak berpikir sesuai yang diinginkan oleh perusahaan Q itu.

Tantangan terbesar dari manajemen brand (merk) berputar pada bagaimana supaya konsepsi dan identitas brand (merk) yang disampaikan kepada konsumen dapat dipersepsikan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.

Pikiran konsumen merupakan hal paling utama, dan ini dipengaruhi oleh bagaimana identitas dan kepribadian brand (merk) yang didesain oleh produsen, supaya pada akhirnya brand (merk) tersebut bisa memberi manfaat yang besar bagi produsen.

Karena itulah sebuah perusahaan harus mengelola portofolio brand (merk)nya terus menerus supaya si brand (merk) bisa tetap bersaing di pasar dalam hal merebut hati dan ketertarikan konsumen, dan dengan demikian brand (merk) tersebut bisa bersaing dalam pasar produk yang sangat ketat.Dalam hal pengelolaan portofolio brand (merk) atau merek dagang yang dimiliki, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

1)      Memutuskan pasar yang akan dituju sesuai dengan aspirasi dan daya saing brand (merk).
2)   Seberapa jauh sebuah brand (merk) bisa melangkah. Dalam arti: seberapa besar popularitas yang dimiliki sebuah brand (merk).
3)    Pertemuan dua hal yang disebut di atas, sembari berpikir mengenai pencapaian tujuan bisnis untuk membangun perusahaan.


  

Cari

Copyright Text