Pembibitan
- Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Bibit yang
diperlukan untuk dibesarkan haruslah yang sehat, tidak sakit, tidak cacat (sungut
atau kaki patah) dan umurnya sekitar 10-20 hari. Calon Induk Jangkrik yang baik adalah
jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan alam bebas, karena biasanya
memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik. Kalaupun induk betina tidak dapat
dari hasil tangkapan alam bebas, maka induk dapat dibeli dari peternakan.
Sedangkan induk jantan diusahakan dari alam bebas, karena lebih agresif.
Adapun ciri-ciri
indukan, Induk Betina, dan Induk Jantan yang adalah sebagai
berikut:
Indukan :
Sungutnya (antena) masih panjang dan lengkap, kedua kaki
belakangnya masih lengkap.
bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat, badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap, pilihlah induk yang besar, jangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.
bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat, badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap, pilihlah induk yang besar, jangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.
Induk jantan:
Selalu mengeluarkan suara mengerik, permukaan sayap atau punggung
kasar dan bergelombang, tidak mempunyai ovipositor di ekor.
Induk betina:
Tidak mengerik, permukaan punggung atau sayap halus, ada
ovipositor dibawah ekor untuk mengeluarkan telur.
- Perawatan Bibit dan Calon Induk
Perawatan Jangkrik yang sudah
dikeluarkan dari kotak penetasan berumur 10 hari harus benar-benar diperhatikan
dan dikontrol makanannya, karena pertumbuhannya sangat pesat. Sehingga kalau
makanannya kurang, maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal memakan anakan
yang lemah. Selain itu perlu juga dikontrol kelembapan udara serta binatang
pengganggu, yaitu, semut, tikus, cicak, kecoa dan laba-laba. Untuk mengurangi
sifat kanibal dari jangkrik, maka makanan jangan sampai kurang. Makanan yang
biasa diberikan antara lain ubi, singkong, sayuran dan dedaunan serta diberikan
bergantian setiap hari.
3. Sistem Pemuliabiakan
Sampai saat ini Pembiakan Jangkrik yang dikenal
adalah dengan mengawinkan induk jantan dan induk betina, sedangkan untuk
bertelur ada yang alami dan ada juga dengan cara caesar. Namun risiko dengan
cara caesar induk betinanya besar kemungkinannya mati dan telur yang diperoleh
tidak merata tuanya sehingga daya tetasnya rendah.
- Reproduksi dan Perkawinan
Induk dapat memproduksi Telur Jangkrik yang daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabila
diberikan makanan yang bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuan-ramuan
yang khusus diberikan pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan
item, tepung ikan, kuning telur bebek, kalk dan kadang-kadang ditambah dengan
vitamin.
Disamping itu suasana kandang harus mirip dengan habitat alam
bebas, dinding kandang diolesi tanah liat, semen putih dan lem kayu, dan diberi
daun-daunan kering seperti daun pisang, daun jati, daun tebu dan serutan kayu.
Jangkrik biasanya meletakkan telurnya dipasir atau tanah.
Jadi didalam kandang khusus peneluran disiapkan media pasir yang dimasukkan
dipiring kecil. Perbandingan antara betina dan jantan 10 : 2, agar didapat
telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur
sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan induknya
kemudian kandang bagiab dalam disemprot dengan larutan antibiotik
(cotrymoxale).Selain peneluran secara alami, dapat juga dilakukan peneluran
secara caesar. Akan tetapi kekurangannya ialah telur tidak merata matangnya
(daya tetas).
- Proses kelahiran
Sebelum "Penetasan
Telur Jangkrik" sebaiknya terlebih dahulu disiapkan kandang
yang permukaan dalam kandang dilapisi dengan pasir, sekam atau handuk yang
lembut. Dalam satu kandang cukup dimasukkan 1-2 sendok teh telur dimana satu
sendok teh telur diperkirakan berkisar antara 1.500-2.000 butir telur. Selama
proses ini berlangsung warna telur akan berubah warna dari bening sampai
kelihatan keruh. Kelembaban telur harus dijaga dengan menyemprot telur setiap
hari dan telur harus dibulak-balik agar jangan sampai berjamur. Telur akan
menetas merata sekitar 4-6 hari.
4. Pemeliharaan
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dalam pengelolaan Peternakan Jangkrik ini
sanitasi merupakan masalah yang sangat penting. Untuk menghindari adanya
zat-zat atau racun yang terdapat pada bahan kandang, maka sebelum jangkrik
dimasukkan kedalam kandang, ada baiknya kandang dibersihkan terlebih dahulu dan
diolesi lumpur sawah. Untuk mencegah gangguan hama, maka kandang diberi kaki
dan setiap kaki masing-masing dimasukkan kedalam kaleng yang berisi air.
- Pengontrolan Penyakit
Untuk pembesaran jangkrik, dipilih jangkrik yang sehat dan
dipisahkan dari yang sakit. Pakan ternak harus dijaga agar jangan sampai ada
yang berjamur karena dapat menjadi sarang penyakit. Kandang dijaga agar tetap
lembab tetapi tidak basah, karena kandang yang basah juga dapat menyebabkan
timbulnya penyakit.
- Perawatan Ternak
Cara Merawat Jangkrik disamping kondisi kandang yang
harus diusahakan sama dengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelap, maka yang
tidak kalah pentingnya adalah gizi yang cukup agar tidak saling makan
(kanibal).
- Pemberian Pakan
Anakan umur 1-10
hari diberikan Voor (makanan ayam) yang dibuat darikacang kedelai, beras merah
dan jagung kering yang dihaluskan. Setelah vase ini, anakan dapat mulai diberi
pakan sayur-sayuran disamping jagung muda dan gambas. Sedangkan untuk jangkrik
yang sedang dijodohkan, diberi Pakan
Jangkrik antara lain : sawi, wortel, jagung muda, kacang tanah,
daun singkong serta ketimun karena kandungan airnya tinggi. Bahkan ada juga
yang menambah pakan untuk ternak yang dijodohkan anatar lain : bekatul jagung,
tepung ikan, ketan hitam, kuning telur bebek, kalk dan beberapa vitamin yang
dihaluskan dan dicampur menjadi satu.
- Pemeliharaan Kandang
Air dalam kaleng yang terdapat dikaki kandang, diganti setiap
2 hari sekali dan kelembapan kandang harus diperhatikan serta diusahakan agar
bahaya jangan sampai masuk kedalam kandang.
HAMA DAN PENYAKIT
- Penyakit, Hama dan Penyebabnya
Sampai sekarang belum ditemukan penyakit yang serius
menyerang jangkrik. Biasanya penyakit itu timbul karena jamur yang menempel di
daun. Sedangkan hama yang sering mengganggu jangkrik adalah semut atau serangga
kecil, tikus, cicak, katak dan ular.
- Pencegahan Serangan Hama dan Penyakit
Untuk menghindari infeksi oleh jamur, maka makanan dan daun
tempat berlindung yang tercemar jamur harus dibuang. Hama pengganggu jangkrik
dapat diatasi dengan membuat dengan membuat kaleng yang berisi air, minyak
tanah atau mengoleskan gemuk pada kaki kandang.
- Pemberian Vaksinasi dan Obat
Untuk saat ini karena hama dan penyakit
dapat diatasi secara prefentif, maka penyakit jangkrik dapat ditekan seminimum
mungkin. Jadi pemberian obat dan vaksinasi tidak diperlukan.
PANEN
- Hasil Utama
Peternak Jangkrik dapat memperoleh 2 (dua) hasil utama yang
nilai ekonomisnya sama besar, yaitu: telur yang dapat dijual untuk peternak
lainnya dan jangkrik dewasa untuk pakan burung dan ikan serta untuk tepung
jangkrik.
- Penangkapan
Telur yang sudah diletakkan oleh induknya
pada media pasir atau tanah, disaring dan ditempatkan pada media kain yang
basah. Untuk setiap lipatan kain basah dapat ditempatkan 1 sendok teh telur
yang kemudian untuk diperjual belikan. Sedangkan untuk jangkrik dewasa umur
40-55 hari atau 55-70 hari dimana tubuhnya baru mulai tumbuh sayap, ditangkap
dengan menggunakan tangan dan dimasukkan ketempat penampungan untuk dijual.
Sumber :