BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kegiatan
Magang Mahasiswa (KMM) adalah salah satu kegiatan mahasiswa yang diadakan di
Jurusan Bologi FMIPA UNS. Kegiatan ini adalah salah satu sarana bagi mahasiswa
untuk menunjang pendidikan praktek bagi mahasiswa selain mendulang ilmu dalam
teori. Kegiatan ini diharapkan dapat melatih kemampuan praktek mahasiswa S1
Biologi selain ilmu teori yang didapatkan di bangku perkuliahan. Kemampuan
praktek ini sangat dibutuhkan didunia kerja pada saat setelah lulus dari bangku
perkuliahan. Kemampuan praktek ini tidak hanya merupakan sarana untuk
mempraktekkan teori yang sudah dapat, tetapi untuk mencari pengalaman langsung
ke dunia kerja yang memungkinkan adanya perbedaan dalam hal metode dan skill.
Oleh karenanya, Kegiatan Magang Mahasiswa dapat dikatakan sangat penting dan
menjadi wajib bagi kelengkapan ilmu teori dan skill mahasiswa untuk menghadapai
dunia kerja.
Dalam
beberapa tahun terakhir ini perhatian dunia kesehatan terpusat kepada semakin
merebaknya penularan avian influenza A (H5N1). Meningkatnya kasus infeksi H5N1 yang
menyebabkan kematian pada manusia sangat dihawatirkan dapat berkembang menjadi
wabah pandemi yang berbahaya bagi umat manusia di muka bumi ini.
Sejak
lebih dari satu abad yang lalu, beberapa subtipe dari virus influenza A telah
menghantui manusia. Berbagai variasi mutasi subtipe virus influenza A yang
menyerang manusia dan telah menyebabkan pandemi (Gambar 1), sehingga tidak
mengherankan jika kewaspadaan global terhadap wabah pandemi flu burung mendapatkan
perhatian yang serius.
Diawali
pada tahun 1918 dunia dikejutkan oleh wabah pandemi yang disebabkan virus
influenza, yang telah membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana subtipe yang
mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. Tahun 1957
kembali dunia dilanda wabah global yang disebabkan oleh kerabat dekat virus
yang bermutasi menjadi H2N2 atau yang dikenal dengan “Asian Flu” yang telah
merenggut 100.000 jiwa meninggal. Pada tahun 1968, virus flu kembali
menyebabkan wabah pandemi dengan merubah dirinya menjadi H3N2. Mutan virus yang
dikenal dengan “Hongkong Flu” ini telah menyebabkan 700.000 orang meninggal
dunia.
Saat
ini dunia kembali dikagetkan dengan merebaknya avian influenza H5N1 yang
pertama kali menyerang dan menewaskan 6 orang penduduk Hongkong pada tahun 1997
dari 18 orang yang terinfeksi (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001).
Gambar
1. Beberapa virus influenza A yang menjadi penyebab wabah pandemi
Tahun
2003 sebanyak 83 orang terinfeksi dengan subtipe virus lainnya yaitu H7N7, dan
H9N2. Tahun 2004, subtipe H5N1 dan H7N2 telah menginfeksi puluhan penduduk Vietman,
Thailand, dan Kanada. Virus H5N1 lebih patogen daripada subtype lainnya
sehingga disebut dengan Highly Pathogenic
H5N1 Avian Influenza (HPAI).
Sampai
dengan tahun 2013, telah dilaporkan total sebanyak 641 kasus infeksi dan 380 diantaranya
telah meninggal dunia. Dalam Tabel 1, terlihat bahwa telah terjadi
kecenderungan yang meningkat baik angka kesakitan ataupun angka kematian
manusia yang terkena infeksi virus H5N1 hingga tahun 2006, tetapi setelah itu
ada kecenderungan mengalami penurunan hingga tahun 2013. Dapat diketahui bahwa
sejak tahun 2003 telah terjadi penyebaran yang semakin luas dari HPAI-H5N1 ke beberapa
negara lain, dengan angka kematian yang cukup tinggi (WHO, 2013).
Tabel
1. Data kasus infeksi Highly Phatogenic
H5N1 Avian Influenza (HPAI) yang dilaporkan ke WHO sampai dengan tahun 2013.
Berdasarkan
hasil kajian secara genomik, dikenal beberapa subtipe dari avian influenza,
namun demikian selama 6 tahun terakhir hanya subtipe H5, H7 dan H9 yang
diketahui mampu menyebar dari unggas ke manusia (Liu J.,et.al. 2005).
Selama
tahun 2003-2004 telah teridentifikasi dua jenis genotipe baru dari HPAI yang
telah menyebabkan wabah di Thailand, Cambodia, Vietnam, Laos, Korea, Japan, China
dan Malaysia. Virus HPAI-H5N1 yang diisolasi dari beberapa korban yang
meninggal di Vietnam menunjukkan bahwa virus tersebut patotelah resisten
terhadap amantadine dan rimantadine (Horimoto & Kawaoka, 2005).
Balai Besar Veteriner Wates
Yogyakarta merupakan unit Pelaksana
Teknis dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang bertanggung
jawab melaksanakan pengamatan penyakit hewan untuk wilayah Jawa dan Madura.
Balai Besar Veteriner
(BBVet) mempunyai tugas melasanakan penyidikan, pengujian veteriner dan
pengembangan teknis dan metoda penyidikan dan pengujian Veteriner.
Metode untuk pendiagnosaan penyakit
dengan teknologi biologi molekuler telah berkembang pesat, salah satunya dengan
menggunakan RT-PCR. RT-PCR merupakan metode uji biologi molekuler yang cepat
dan akurat yang dimiliki oleh Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta, khususnya
Laboratorium Bioteknologi dalam pendiagnosaan virus AI.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
- Bagaimana
metode Reverse Transcriptase-Polymerase
Chain Reaction (RT-PCR) dalam mendeteksi virus Avian
Influenza (AI)
di Laboratorium Bioteknologi Balai Besar Veteriner Wates?
- Bagaimana pengembangan teknik dan metode Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di Laboratorium Bioteknologi Balai Besar Veteriner Wates dalam mendeteksi penyakit?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini yaitu :
1. Memahami
metode Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dalam mendeteksi virus Avian Influenza (AI) di Laboratorium Bioteknologi Balai
Besar Veteriner Wates.
2. Mengetahui
pengembangan teknik dan metode Reverse Transcriptase-Polymerase Chain
Reaction (RT-PCR)
di Laboratorium Bioteknologi Balai Besar Veteriner Wates dalam mendeteksi
penyakit.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat dari Praktek
Kerja Lapang yang akan dilakukan ini, diantaranya:
1.
Untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan mahasiswa secara teknis tentang teknik Reverse
Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dalam mendeteksi virus Avian Influenza (AI).
2.
Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa di
bidang deteksi
virus Avian Influenza (AI) dengan Reverse Transcriptase-Polymerase Chain
Reaction (RT-PCR).