Reproduksi Sidat

Reproduksi Ikan Sidat

Perkembangan gonad sidat sangat unik dan jenis kelaminnya berkembang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Pada saat anakan kondisi seksualnya berganda sehingga tidak mempunyai jaringan yang jelas antara jantan dan betinanya. Pada tahap selanjutnya sebagian gonad akan berkembang menjadi ovari (indung telur) dan sebagian lagi menjadi testis dengan perbandingan separuh dari populasinya adalah jantan dan separuh lagi betina.

Dalam siklus hidupnya, setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang panjang di perairan tawar, sidat dewasa yang lebih dikenal dengan yellow eel berkembang menjadi silver eel (matang gonad) yang akan bermigrasi ke laut untuk memijah (Rovara dkk., 2007).

Sidat termasuk hewan yang bersifat katadormus karena pada ukuran anakan sampai dewasa tinggal di perairan tawar namun ketika akan memijah beruaya ke laut dalam. Pemijahan diperkirakan berlangsung pada kedalaman 400-500 meter dengan suhu 16-17 oC dan salinitas 35 permill. Jumlah telur yang dihasilkan (fekunditas) setiap individu betina berkisar antara 7juta-13 juta butir dengan diameter sekitar 1 mm (Matsui, 1982). Telur akan menetas dalam waktu 4-5 hari. Setelah memijah induk sidat biasanya akan mati.

Benih sidat yang baru menetas berbentuk lebar seperti daun yang dinamakan leptocephalus yang memiliki pola migrasi vertikal, yaitu cenderung naik ke permukaan pada malam hari dan siang hari turun ke perairan yang lebih dalam. Selanjutnya benih akan berkembang dalam beberapa tahapan menjadi agak silindris dengan warna agak buram yang dikenal dengan nama glass eel. Pada tahap glass eel biasanya sudah mulai terdapat pigmentasi pada bagian ekor dan kepala bagian atas. Umur glass eel yang tertangkap di muara sungai diperkirakan antara 118-262 hari dengan umur rata-rata 182,8 hari (Rovara dkk., 2007). Panjang tubuh glass eel antara 5 – 6 cm dengan berat sekitar 0,2 gram.

Keberadaan glass eel sangat tergantung pada musim. Hal ini lebih dipertegas lagi dari hasil wawancara dengan pengumpul benih sidat di Pelabuhan Ratu Sukabumi yang mengatakan bahwa ketersediaan benih sidat sangat tergantung dengan musim dan umumnya lebih banyak pada musim penghujan (November – April). Jumlah glass eel yang tertangkap selama kurun waktu tersebut sangat berfluktuasi. Glass eel akan bermigrasi masuk ke perairan tawar pada saat salinitas di muara sungai relatif rendah (1-2 ppt). Salinitas rendah seperti ini akan banyak terkondisikan pada musim hujan.

Penangkapan benih sidat pada umumnya dilakukan pada malam hari ketika bulan mati/gelap dengan menggunakan sirip (hanco dengan mesh size halus) dengan penerangan lampu petromax. Jumlah nelayan penangkap benih sidat di Pelabuhan Ratu bila sedang musimnya mencapai ratusan orang dan hasilnya dijual ke pengumpul.

Siklus Hidup Ikan Sidat

Daur hidup ikan sidat dibagi menjadi 3 fase yaitu :
  1. Fase hidup di laut, yaitu pada saat telurnya menetas menjadi larva (leptocephali) berbentuk seperti pita transparan.
  2. Fase hidup di daerah estuari, dimana larva telah berkembang menjadi elver atau “glass eel” dengan cirri-ciri tubuh masih tembus pandang. Pada fase ini larva aktif bermigrasi dari laut dalam kea rah estuari atau muara sungai mencari salinitas yang lebih rendah, pada fase ini pigmentasi mulai berkembang.
  3. Fase hidup di sungai untuk tumbuh menjadi individu dewasa.
Dalam siklus hidupnya, setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang panjang di perairan tawar sidat dewasa yang lebih dikenal yellow eel berkembang menjadi silver eel (matang gonad) dan selanjutnya silver eel akan bermigrasi ke perairan laut dalam untuk memijah. Stadia perkembangan ikan sidat Anguillid eel umumnya sama, baik tropic maupun yang berada pada daerah empat musim (temperate), yaitu stadia leptocephalus, stadia metamorphosis, stadia glass eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa matang gonad).

Sidat memijah pada zona lapisan tengah dimana memiliki karakteristik temperature optimum 20 derajat Celsius dan salinitas tinggi. Dalam tempo 2-10 hari telur tersebut menetas. Larva tersebut masih berbentuk seperti pita transparan. Stadia ini disebut leptocephali. Jumlah telur yang di hasilkan kurang lebih 3 juta telur per kilogram berat induk betinanya. Temperatur dan salinitas sangat kuat mempengaruhi migrasi ikan ke sungai. Elver akan memilih periode dimana terjadi perbedaan temperature air sungai dan temperature air laut yang paling kecil. Factor lingkungan lainnya yang berpengaruh adalah pasang surut, angin, sinar matahari.

Sumber :
Matsui, I. 1982. Theory And Practice Of Eel Culture. AA. Balkema/Rotterdam.

Rovara, O., I.E. Setiawan & M.H. Amarullah. 2007. Mengenal Sumberdaya Ikan Sidat.BPPT-    HSF, Jakarta.

Cari

Copyright Text