Ikan sidat mempunyai banyak keunggulan yang tidak dipunyai
ikan lain. Tekstur daging ikan sidat
yang lembut dipercaya bisa menjadi obat untuk berbagai penyakit. Kalau anda
mengalami gangguan penyakit kulit, konsumsi ikan sidat ini layak dicoba.
Di Negara-negara seperti Jepang dan Eropa, ikan sidat sangat
disukai karena punya kandungan protein tinggi, terutama vitamin A. Dari hasil penelitian, ditemukan Kandungan
vitamin A Ikan sidat 45 kali lipat dari kandungan vitamin A susu sapi. Kandungan vitamin B1 sidat setara dengan 25
kali lipat kandungan vitamin B1 susu sapi. Kandungan vitamin B2 sidat sama
dengan 5 kali lipat kandungan vitamin B2 susu sapi. Jika dibanding dengan ikan salmon atau ikan
salem, Kandungan DHA (Decosahexaenoic
acid) Ikan sidat, sebanyak 1.337 mg/100 gram sementara ikan salmon hanya
748 mg/100 gram. Sidat memiliki kandungan EPA (Eicosapentaenoic Acid) sebesar 742 mg/100 gram sementara salmon
hanya 492 mg/100 gram. Masih banyak lagi kandungan zat ajaib yang terkandung
dalam tubuh sidat. Tak heran, di Eropa, Amerika, Taiwan, dan Jepang, konsumsi
ikan sidat cukup tinggi dibanding di negara kita yang masih jarang orang makan
sidat.
Dari sisi pasaran dunia, kebutuhan dunia akan Ikan Sidat saat
ini sekitar 300.000 ton pertahun. Khusus di Jepang sendiri saja permintaannya
mencapai 120.000 ton per tahun. Dari 18
spesies sidat di dunia, tujuh di antaranya ada di Indonesia. Para ahli menduga,
nenek moyang ikan sidat ini berasal dari perairan Sulawesi.
Menu makanan Ikan Sidat dikenal dengan Unagi, termasuk makanan berkelas di restoran
Jepang, sehingga bila kita dijamu dengan
hidangan makanan tersebut, menunjukkan kita sebagai tamu terhormat. Unagi
merupakan suguhan makanan bagi pertemuan pembisnis besar dan terkenal atau
tokoh tokoh penting. Karenanya yang
terlibat dalam bisnis sidat disana adalah perusahaan besar multi nasional
seperti Mitsui, Marubeni, Sasakawa dan lainnya dan perusahaan ini baru mau
bekerjasama bila pemasok mampu memasok kontrak diatas 5.000 ton pertahun.
Permintaan yang terus meningkat terhadap komoditas ikan
sidat, mendorong berkembangnya industri usaha budidaya ikan sidat secara
intensif, akan tetapi faktor ketersediaan benih masih menjadi kendala utama
akibat belum dikuasainya teknologi produksi benih ikan sidat secara buatan.
Oleh karena itu faktor utama keberhasilan dalam memproduksi ikan sidat sangat
ditentukan oleh kelimpahan sumberdaya benih ikan sidat di alam dan
kecenderungannya sumberdaya benih alam tersebut terus mengalami penurunan.
Di beberapa negara dengan kondisi alam sub tropis, sangat
sulit untuk mengembangkan budidaya ikan sidat. Hal ini dipengaruhi oleh
fluktuasi suhu air maupun udara yang tinggi pada saat pergantian musim serta
adanya musim-musim tertentu dengan suhu yang sangat dingin. Kondisi ini dapat menghambat
budidaya ikan sidat karena proses metabolisme yang tidak berjalan dengan
optimal dan waktu budidaya hanya dapat dilakukan beberapa bulan saja.
Selain itu, biaya yang dibutuhkan juga sangat besar untuk
menciptakan lingkungan hidup yang dibutuhkan oleh ikan sidat. Berbeda dengan
iklim di Indonesia yang memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau
dengan fluktuasi suhu yang tidak jauh berbeda sangat membantu dalam aktivitas
ikan sidat terutama dalam proses metabolisme sehingga budidaya ikan sidat di
Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun.
Melihat potensi pasar dunia untuk ikan sidat khususnya pada
jenis sidat Anguilla japonica dan Anguilla anguilla maka diperlukan alternative
jenis ikan sidat lainnya yang belum dimanfaatkan untuk dapat menggantikan
permintaan pasar tersebut. Di seluruh dunia terdapat 18 jenis ikan sidat, 6
jenis diantaranya ada di Indonesia, yaitu Anguilla marmorata, Anguilla bicolor,
Anguilla muritinia, Anguilla celebensis, Anguilla borneoensis dan Anguilla
acentralis.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan,
penyebaran ikan sidat di Indonesia dimulai dari sepanjang pantai sumatera,
peisir sedlatan Jawa, Bali, NTB, NTT, sepanjang pantai timur Kalimantan,
perairan Sulawesi, Maluku sampai perairan di Papua.
Selain sebagai habitat asli ikan sidat, beberapa tempat di
pulau Jawa merupakan lumbung larva kan sidat (glass eel) diantaranya :
Pelabuhan Ratu, Cilacap, Purworejo dan Jember. Sedangkan tempat yang mempunyai
kelimpahan tinggi untuk benih ikan sidat antaralain: Sukabumi, Cianjur,
Tasikmalaya, Purworejo dan beberapa tempat di pantai selatan Jawa.
Sedangkan di perairan Sulawesi juga menunjukkan adanya
sumberdaya glass eel (benih ikan sidat) tersebut.
Faktor alam yang sangat mendukung untuk dilakukan pengembangannya,
seperti di laut Sulawesi merupakan perairan dalam yang berbentuk teluk, dari
umur glass eel yang tertangkap lebih muda sehingga diduga daerah spawning
ground-nya dekat, perairan tawarnya masih bersih dan ketersediaan benihnya
sepanjang tahun. Disamping itu, khususnya untuk perairan Sulawesi Utara
terdapat wilayah yang dijadikan suaka ikan sidat untuk mempertahankan
kelestarian sumberdaya tersebut.
Dengan potensi benih alam yang cukup melimpah, kondisi
lingkungan yang mendukung serta teknologi yang belum berkembang di Indonesia,
maka telah mendorong pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kelautan
dan Perikanan untuk menyiapkan teknologi yang aplikatif untuk setiap segmen
budidaya ikan sidat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah produksi ikan
sidat sekaligus membuka peluang usaha baru bagi pembudidaya ikan sidat di
Indonesia.
Sumber :