Menangkap Sidat
Ikan sidat (Anguilla
sp.) membutuhkan lokasi laut dalam untuk berpijah, setelah dari telur menjadi
berbentuk larva, ia kemudian terbawa ke pantai menjadi glass eel (anakan sidat)
dan menjadi elver yang mulai hidup di air payau, ia mulai tumbuh dewasa dan
mencari air tawar sungai dan kembali lagi ke laut dalam untuk berpijah sekali
sebelum mati. Ikan sidat yang bermukim di laut mengalami ancaman kepunahan.
Ikanyang biasanya bermigrasi ke muara sungai dan danau pada musim bertelur ini
menjadi incaran para nelayan.
Saat ini juga banyak muara sungai yang terputus dengan laut
sehingga migrasinya terhambat. Pembangunan cekdam yang tinggi menjadi ancaman
bagi migrasi ikan tersebut. Misalnya ikan dari Pantai Muara yang akan
bermigrasi keLubuk Minturun. Ikan sidat itu akan kesulitan karena banyak cekdam
yang harus di lewati. Beda dengan di Jepang yang membangun fish way sehingga
pembangunan apapun tidak mengganggu habitat ikan tersebut. Sejumlah kegiatan
konservasi saat ini mulai dilakukan untuk mencegah kepunahan berbagai jenis
ikan tersebut.
Sungai-sungaiyang menjadi habitat ikan dizonasi menjadi zona
inti, zona penyangga dan zona eksploitasi. Di Indonesia Kawasan Segara Anakan
merupakan ekosistem unik bagi siklus hidup ikansidat untuk tumbuh dan berkembang.
Namun terjadinya sedimentasi dilaguna Segara Anakan menyebabkan terganggunya
populasi biota perairan termasukikan sidat, sehingga perlu dilakukan konservasi
agar tidak terjadi kelangkaan.
Mengapa Glass eel
memiliki tubuh yang trasnparan?
Ketika mendapati bayi sidat yang tertangkap dimuara kita bisa
melihatnya secara jelas detail tubuhnya yang masih transparan, saat glass eel
berumur lebih dari tiga hari setelah ditangkap maka pigmen tubuhnya akan
berubah dan menjadi berwarna, dan ini lah alasannya kenapa glass eel mempunyai tubuh yang transparan.
Alasan Pertama, Sidat Merupakan tipe ikan yang katadromous
yaitu besar di air tawar dan beruaya ke laut ketika akan memijah, setelah
memijah induknya akan mati sehingga anak-anak sidat atau glass eel ditinggalkan
tanpa perlindungan dari sang induk. Oleh karena itu glass eel ini akan mencoba
bertahan hidup sendiri di laut dan segera berpindah mencari muara.
Alasan Kedua, Bayi Sidat Atau glass eel ini cenderung
bergerak pasif karena kemampuan berenangnya masih rendah dan sangat terbatas
maka si glass eel ini akan mencari daerah yang arusnya kecil seperti
dipinggiran muara dan mengikuti arus pasang surut, sehingga menjadi ikan yang
mudah menjadi buruan predator alam.
Alasan Ketiga, Predator di lautan sangat banyak sehingga
salah satu mekanisme pertahanan dirinya adalah menyamarkan tubuhnya dengan
lingkungan sekitar, Dengan tubuh glass eel yang tipis dan transparan, (ditambah
dengan aktivitasnya yang nokturnal - beraktivitas pada malam hari) maka larva
glass eel tersebut menjadi sulit dilihat oleh predatornya. Dengan demikian
resiko dimangsa predator berkurang.
Anakan ikan sidat atau glass eel yang transparan tersebut
banyak ditemui pada ikan-ikan yang memijah di laut dan dewasanya bermigrasi ke
sungai / air payau / perairan tawar. Saat di laut harus bertahan hidup dengan
menyamarkan diri dengan lingkungannya sehingga menjadi tersamar dan tidak
terlihat predator. Baru setelah dewasa dan masuk air tawar / air payau, pigmen
berkembang. pada saat itu kondisi tubuh sudah bisa lebih aktif bergerak dan
menyelamatkan diri saat ada predator.
Lingkungan Hidup
Terbaik Ikan Sidat
Kualitas Air Ikan Sidat
Ikan Sidat bersifat katadromus yaitu mengalami migrasi
habitat tawat ke laut. larva ikan sidat hingga menjelang dewasa hidup disungai,
setelah dewasa menuju laut untuk bereproduksi, selanjutnya larva hasil
pemijahan terbawa arus kepantai dan menuju perairan tawar melalui muara .
Keasaman
niLai ph merupakan indikasi keasaman kualitas air karena juga
menentukan proses kimiawi dalam air. setiap jenis ikan memiliki kemampuan
toleransi yang berbeda terhadap pH, nilai pH untuk pemeliharaan ikan sidat 7-8.
Suhu
Suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik dalam
media luar maupun cairan dalam tubuh ikan, ikan merupakan binatang berdarah
dingin sehingga metabolisme dalam tubuhnya tergantung pada suhu lingkungannya.
suhu perairan yang berfluktuasi besar akan berpengaruh pada sistem metabolisme.
ikan sidat dapat beradaptasi pada suhu 12-31°C
Amonia
Ammonia (NH3) dan nitrit(NO2) merupakan
gas nitrogen buangan hasil metabolisme ikan oleh perombakan protein, baik dari
ikan itu sendri yang berupa feses dan urin maupun dari sisa pakan. kelarutan
ammonia sangat besar dan merupakan kompetitor kuat dalam ikatannya kedarah dan
oksigen. substanci ini sangat bercun terutama dalam kondisi pH yang tinggi.
nitrifikasi dan nitratasi akan cepat terjadi pada pH 7-8 dan suhu 25-30°C.
keberadaan NH3 dan NH4+ dalam air selalu
seimbang dan sangat tergantung pada pH dan suhu. makin tinggi pH dan suhu maka
makin tinggi konsentrasi NH3 semakin kuat daya racunnya.
Kadar ammonia terukur yang dapat menyebabkan kematian adalah
lebih dari 1 ppm (1 mg/l) maka nitrit lebih dari 0,1 ppm (0,1 mg/l). bila
kadarnya kurang dari kadar tersebut, tetapi dalam jangka setengahnya maka dalam
jangka lama ikan akan stress, sakit, dan ertumbuhannya lambat.
Oksigen
Ikan sidat mempunyai kemampuan bernafas melalui kulit sekitar
60 % dan 40 % insang. ikan sidat akan muncul kepermukaan bila konsentrasi oksigen
menurun hingga 1,0-2,0 ppm. Oksigen minimal dibutuhkan oleh ikan sidat sebesar
3 ppm, bila kurang dari itu dan suhu antara 20-23°C akan mengurangi nafsu makan
sehingga laju pertumbuhan ikan akan menurun.
Sumber :