Sistem Aliran Satu
Arah
Pelaksanaan
sistem ini tergantung kepada kesepakatan pengaturan pintu-pintu air.
• Jika
salah satu saluran tersier berfungsi sebagai saluran pemasukan (irigasi), maka
saluran tersier disebelahnya dijadikan saluran pengeluaran (drainase).
• Saluran
pemasukan diberi pintu air yang membuka ke dalam, sehingga pada waktu pasang
air dapat masuk dan air tidak dapat ke luar jika air surut.
• Saluran
pengeluaran diberi pintu air yang membuka ke luar, sehingga pada waktu air
surut air dapat keluar dan air tidak dapat masuk jika air sedang pasang.
• Saluran
kuarter yang merupakan batas pemilikan perlu ditata mengikuti aliran satu arah.
Pada lahan yang bertipe luapan B, pintu flap gate dilengkapi stop log yang
difungsikan pada waktu air pasang kecil.
Sistem Tabat
Lahan yang
bertipe luapan C dan D yang tidak terluapi air pasang dan air hujan juga tidak
dapat menggenang. Untuk itu perlu diatur dengan sistern tabat dengan cara sebagai
berikut:
• Memasang
tabat di muara saluran tersier atau di perbatasan sawah dan desa untuk
meningkatkan air tanah.
• Membuat
pematang yang tangguh dan tidak bocor.
• Menutup
pengeluaran ke saluran drainase pengumpul atau saluran kuarter.
Lahan bertipe
luapan pasang C dan kegiatan penggantian air dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
• Air
di saluran tersier dibuang ketika air surut dan ditabat ketika air pasang
besar.
• Air
di saluran kuarter dibuang ke saluran tersier.
• Pada
waktu air pasang berikutnya air di saluran tersier dibuang dan ketika air
pasang berikutnya air ditahan di saluran tersier dengan memasang tabat.
• Air
di petakan sawah dibuang dan dialirkan ke saluran tersier untuk mempertahankan
air tanah tetap tinggi.
• Air
hujan akan memperbarui genangan air di petakan sawah.
Pengelolaan Air di Tingkat Petani
Pengelolaan air
mikro atau ditingkat petani meliputi:
• Pengelolaan
air di saluran kuarter
• Pengelolaan
air di petakan sawah petani
Sistem
pengelolaan airnya dilakukan dengan sistem aliran satu arah. Salah satu saluran
tersier dijadikan aluran pemasukan irigasi dan saluran kuarter dijadikan saluran
pembuangan menuju saluran tersier drainase. Diperlukan juga saluran dangkal di
sekeliling petakan sawah. Saluran ini berfungsi sebagai saluran penyalur di
dekat saluran kuarter irigasi dan sebagai saluran pengumpul yang didekat
saluran kuarter drainase.
Di dalam petakan
sawah dibuatkan pula saluran dangkal intensif yang berfungsi untuk mencuci zat asam
dan zat beracun dari lahan. Jarak antar-saluran bervariasi tergantung kepada kendala
lahan yang dapat diatur sebagai berikut:
• Lahan
dengan kandungan pirit dalam dibuat saluran dengan jarak 9 m atau 12 m
• Lahan
dengan kandungan pirit dangkal dibuat saluran dengan jarak 6 m atau 9 m
• Pada
lahan sulfat masam dibuat saluran dengan jarak 3 m atau 6 m
• Pada
lahan tidur dibuat saluran berjarak 3 m.
Pengelolaan Tanah
Tanah aluvial
yang mengandung pirit dalam dan dangkal maupun aluvial bersulfat sebaiknya
dijadikan lahan sawah, karena lebih murah dan aman untuk pertanian. Namun, sering dengan adanya
saluran primer, sekunder, dan tersier, lahan ini menjadi lahan yang bertipe
luapan pasang C atau D, sehingga seringkali tanahnya pecah-pecah membentuk bongkahan.
Oleh karena itu, diperlukan:
• Pengolahan
tanah
• Pemberian
amelioran
• Pemupukan
Cara pengolahan
tanah dapat dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan, yaitu:
• Gulma
di semprot dengan herbisida
• Membajak
lahan dengan menggunakan bajak singkal
• Menggenangi
lahan selama 1-2 minggu, kemudian airnya dibuang. Hal ini dilakukan sampai 2-3
kali.
• Melumpurkan
tanah yang telah selesai dibajak dan diratakan, selanjutnya siap untuk tanam.
Pemberian amelioran
dan pupuk
Amelioran yang
diberikan berupa kapur/dolomit serta pupuk P dan K. Kapur dan pupuk diberikan
pada kondisi lahan macak-macak.
Macam pintu air
Pintu sorong (pintu
ulir, sliding gate)
• Pintu
sorong dapat dibuka atau ditutup dengan tangan.
• Pada
musim hujan, pintu sorong digunakan untuk mengatur ketinggian air di saluran.
• Pada
musim kemarau, pintu ini sebaiknya ditutup agar air tidak keluar dari saluran.
Pintu klep otomatis
(pintu ayun, flap gate)
• Pintu
ini dapat membuka dan menutup secara otomatis akibat perbedaan tinggi muka air
di hulu dan di hilir bangunan.
• Letak
pintu klep dapat diatur untuk memasukkan air pada waktu pasang dan menahan pada
waktu surut atau sebaliknya, tergantung kebutuhan.
• Klep
dapat dipasang supaya menahan air di saluran dan di lahan. Bila klep membuka ke
dalam, pintu terbuka pada waktu pasang dan tertutup pada waktu surut sehingga
air yang telah masuk tidak bisa keluar.
• Klep
juga dapat dipasang supaya membuang air dari saluran. Bila klep membuka ke
luar, air tidak bisa masuk pada waktu pasang, tapi dibuang pada waktu surut.
• Pintu
klep juga dapat digerek supaya tidak tutup.
Stoplog (Pintu Papan)
• Pintu
stoplog terdiri dari papan kayu yang dapat disusun untuk menahan air pada
ketinggian tertentu. Jumlah papan sangat menentukan jumlah air yang ditahan.
• Bila
menginginkan air dibuang dari saluran atau petak, semua papan dibuka pada waktu
air surut. Sebaliknya, bila menginginkan air pasang masuk, semua papan dibuka.
• Untuk
menahan air pada ketinggian tertentu, maka papan dipasang pada ketinggian yang
diinginkan.
• Untuk
menghindari air asin masuk pada waktu pasang, semua papan dipasang.
• Stoplog
biasanya dioperasikan bersamaan dengan pintu klep otomatis.
Sumber :