Air

Air dan Sifat-sifatnya

Sifat air tanah terdiri dari:
     Tinggi muka air genangan.
     Mutu air tanah.
     Tinggi muka air tanah.

Tinggi muka air tanah ditentukan oleh:
     Macam tanah.
     Pengolahan tanah.
     Curah hujan di musim hujan dan kemarau.
     Ketinggian air pasang dan surut.
     Ketinggian lahan.
     Kejauhan dari sungai atau saluran primer.
     Ketinggian air di saluran terdekat.
     Pengaturan pintu air.
     Keadaan saluran cacing dan saluran kuarter di lahan petani.

Mutu air ditentukan oleh:
     Sifat tanah, seperti kedalaman dan keadaan pirit serta ketebalan dan keadaan gambut.
     Sistem irigasi dan drainase yang ada
     Pengaturan pintu air.
     Seringnya air di lahan dan saluran digelontor.

Lahan pasang surut dibagi menjadi beberapa golongan menurut tipe luapan air pasang, yaitu:
     Lahan terluapi oleh pasang besar (pada waktu bulan purnama maupun bulan mati), maupun oleh pasang kecil (pada waktu bulan separuh).
     Lahan terluapi oleh pasang besar saja.
     Lahan tidak terluapi oleh air pasang besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya cukup dangkal, yaitu kurang dari 50 cm.
     Lahan tidak terluapi oleh air pasang besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya dalam, lebih dari 50 cm.

Menentukan Muka Air Tanah

Dalam pengelolaan lahan perlu diketahui juga ketinggian muka air tanahnya. Cara mengetahuinya dapat dilakukan sebagai berikut:
     Ketinggian muka air tanah dapat dilihat di sumur terdekat.
     Bila tidak ada sumur, maka digali lubang dalam tanah.
     Kemudian tunggu antara 3-5 jam (kalau tanah gambut, tidak perlu menunggu lama)
     Kedalaman air dalam lubang kemudian diukur dari permukaan tanah.

Saluran yang berlumpur biasanya pH air cukup tinggi dan dapat digunakan untuk irigasi, walaupun jalannya air kurang lancar. Air yang berada di saluran terlalu lama (lebih dari 3 minggu), akan mengandung banyak asam dan zat besi. Terlihat airnya berwarna merah bata agak kekuningan, sebaiknya jangan digunakan untuk mengairi sawah. Air di petak-petak sawah yang terlalu asam harus dibuang melalui saluran cacing, kuarter, dan saluran tersier. Pintu air dan stoplog harus diatur sehingga airnya dapat dibuang. Air dalam saluran yang terlalu asam tidak boleh digunakan untuk mengairi tanaman. Namun, jika terpaksa digunakan untuk menanggulangi kekeringan, maka harus ditabur kapur sebanyak 1 ton per hektar.

Pengelolaan Air

Pengelolaan air dibedakan dalam:
     Pengelolaan air makro, penguasaan air di tingkat kawasan reklamasi.
     Pengelolaan air mikro, pengaturan tata air di tingkat petani.
     Pengelolaan air ditingkat tersier, dikaitkan dengan pengelolaan air makro dan pengelolaan air mikro.

Pengelolaan Air Makro

Pengelolaan air makro ini bertujuan untuk membuat lebih berfungsi:
     Jaringan drainase - irigasi: navigasi, primer, sekunder.
     Kawasan retarder, kawasan sempadan, dan saluran intersepsi.
     Kawasan tampung hujan.

Pengelolaan air di tingkat tersier

Cara pengelolaannya sangat tergantung kepada tipe luapan airnya:
     Sistem aliran satu arah untuk tipe luapan A.
     Sistem aliran satu arah plus tabat untuk tipe luapan B.
     Sistem tabat untuk tipe luapan C.
     Sistem tabat plus irigasi tambahan dari kawasan tampung hujan yang berada di ujung tersiernya untuk tipe luapan D.


Sumber : 




Cari

Copyright Text