Lahan pasang surut adalah lahan
yang pada musim penghujan (bulan desember-mei) permukaan air pada sawah akan
naik sehingga tidak dapat di tanami padi. Pada musim kemarau (bulan
juli-september) air permukaan akan surut yang mana pada saat itu tanaman padi
sawah baru dapat ditanam (pada lokasi yang berair).
Berdasarkan pengaruh air pasang
surut, khususnya sewaktu pasang besar (spring tides) dimusim hujan, bagian
daerah aliran sungai di bagian bawah (down stream area) dapat dibagi menjadi 3
(tiga) zona. Tiga zona wilayah rawa tersebut : Zona I : Wilayah rawa pasang
surut air asin/payau Zona II : Wilayah rawa pasang surut air tawarZona III :
Wilayah rawa lebak, atau rawa non-pasang surut.
Dalam keadaan alamiah,
tanah-tanah pada lahan rawa pasang surut merupakan tanah yang jenuh air atau
tergenang dangkal, sepanjang tahun atau dalam waktu yang lama, beberapa bulan,
dalam setahun. Dalam klasifikasi Taksonomi Tanah, tanah rawa termasuk tanah
basah, atau "wetsoils", yang dicirikan oleh kondisi aquik, yakni saat
ini mengalami penjenuhan air dan reduksi secara terus-menerus atau periodik. Proses
pembentukan tanah yang dominan adalah pembentukan horison tanah tereduksi berwarna
kelabu-kebiruan, disebut proses gleisasi, dan pembentukan lapisan gambut di
permukaan. Bentuk wilayah, atau topografi lahan rawa pasang suruta dalah sangat
rata (flat) sejauh mata memandang, dengan ketinggian tempat relatif kecil,
yaitu sekitar 0-0,5 m dpl di pinggir laut sampai sekitar 5 m dpl diwilayah
lebih kepedalaman.
Pirit adalah zat yang hanya
ditemukan di tanah di daerah pasang surut saja. Zat ini dibentuk pada waktu
lahan digenangi oleh air laut yang masuk pada musim kemarau. Pirit adalah
mineral berkristal oktahedral, termasuk sistem kubus, dari senyawa besi-sulfida
(FeS2) yang terbentuk di dalam endapan marin kaya bahan organik, dalam
lingkungan airlaut/payau yang mengandung senyawa sulfat (SO4) larut. Dengan
menggunakan teknik SEM (Scanning Electron Microscope) diketahui bahwa
partikel-partikel pirit berada dalambentuk kristal, yang individu-individu
kristal tunggalnya sangat halus, terbanyak berukuran<1 mikron (1mikron=0,001
mm), dan sebagian kecil 2-9 mikron. Bentuk kristal tunggaldarikubus bervariasi,
dan bentuk (kristal) oktahedral adalah yang paling dominan,diikutibentuk
piritohedral, yang semuanya termasuk sistem (kristalografi) kubus,atau
isometrik.Pirit mengandung 46,55% Fe (berdasarkan berat), dan 53,45% S.
Gambut adalah tanah yang terdiri
dari sisa-sisa tanaman yang telah busuk. Dalam keadaan basah, gambut itu
seperti subur. Gambut yang masih baru mengandung banyak serat-serat dan bekas
kayu tanaman. Lahan gambut adalah bagian dari lahan rawa. Lahan rawa adalah
lahan yang menempati posisi peralihan di antara daratan dan sistem perairan.
Lahan ini sepanjang tahun atau selama waktu yang panjang dalam setahun selalu
jenuh air (water logged) atau tergenang. Menurut PP No. 27 tahun 1991, lahan
rawa adalah lahan yang tergenang air secara alamiah yang terjadi terus-menerus
atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat dan mempunyai cici-ciri
khusus baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Keputusan Menteri PUNo. 64
/PRT/1993 menerangkan, bahwa lahan rawa dibedakan menjadi (a) rawa pasang surut/rawa
pantai dan (b) rawa non-pasang surut/rawa pedalaman. Lahan rawa tersebut terdiri
atas lahan rawa tanah mineral,dan lahan rawa gambut.
Berdasarkan sistem taksonomi
tanah, tanah gambut disebut Histosols (histos = tissue = jaringan), sedangkan
dalam sistem klasifikasi tanah nasional, tanah gambut disebut 4 Organosol (tanah
yang tersusun dari bahan organik). Gambut adalah tanah yang terbentuk dari
timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum.
Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi
anaerob dan atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat
perkembangan biota pengurai. Bahan organik tidak melapuk sempurna, karena
kondisi lingkungan jenuhair dan miskin hara. Pembentukan tanah gambut merupakan
proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi
dan transportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada
umumnya merupakan proses pedogenik. Gambut tropis, khususnya di Indonesia,
mengandung sangat banyak kayu-kayu dengan tingkat pertumbuhan gambut per tahun
relatif tinggi. Salah satu ciri gambut tropis dalam cekungan di Indonesia
adalah bentuk kubah (dome) yang menipis di pinggiran (edge) dan menebal di pusat
cekungan. Ketebalan gambut dapat mencapai >15 m.
Sumber :