Histologi Jaringan Saraf Part 2 (Morfologi Sel Saraf)


Morfologi Sel Saraf

Bentuk sel syaraf (perikaryon) umumnya bulat, dapat juga polihidral dengan diameter birkisar antara 4 – 150 mikron. Intinya bulat dan besar, kromatin relatif sedikit terletak di daerah eksentris sehingga nukleus terlihat sedikit pucat. Anak inti (nukleolus) umumnya satu mengandung RNA dan protein dasar, sehingga nukleolus bisa bersifat basofil atau asidopil tergantung jenis pengecatan yang dipakai

Perikaryon atau badan sel syaraf , mempunyai sitoplasma disebut neuroplasma, sedangkan pada axon/dendrit disebut aksoplasma. Di dalam plasma terdapat organel-organel sel seperti aparatus golgi, mitokondria, sentriola, paraplasma (pigmen/lemak), dan neurofibril. Selain itu juga terdapat butiran-butira di dalamnya mengandung zat sejenis protein/hormon yang disebut juga Benda Nissl yang terletak pada perbatasan badan sel dengan dendrit atau axon namun tidak dijumpai pada axon. Penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa Benda Nissl tidak lain adalah endoplasmik retikulum dengan bitir RNA. Benda Nissl jumlahnya pada badan sel sangat bervariasi tergantung aktivitas sel syaraf tersebuit, misal, pada keadaan lelah jumlahnya sedikit atau istirahat jumlahnya sangat banyak dan tidak dijumpai dalam keadaan patologik. Peristiwa hilangnya/berkurangnya benda Nissl ini disebut Khromatolisis. Khromatolisis ini bersifat reversibel. Bervariasinya benda Nissl merupakan ciri utama berbagai tipe neuron. Garanul-granul tersebut (benda-benda Nissl) sebenarnya merupakan kelompokan RER, ribosom bebas dan polysoma. Sehubungan kebanyakan neuron tidak menghasilkan protein untuk transport ekstraseluler. Maka dengan adanya benda Nissl yang jumlahnya berubah-ubah adalah cukup membingungkan. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam satu hari neuron dan memperbaiki 1/3 dari jumlah proteinnya dan benda Nissl diperkirakan berperan dalam proses pembentukan protein. Proses kromatolisis dibarengi dengan bertambahnya ribosom, RER, dan polysoma maka proses kromatolisis juga dapat diangga sebagai proses restorasi neuron itu sendiri. Pada pangkal axon di daerah perikaryaon tercat/terlihat terang karena kepadatan elektron rendah, daerah ini disebut axon-hillock

Berdasarkan klasifikasi Bodian secara fungsional neuron dapat dibagi dalam 3 zona :
  • Zona Dendritik: adalah daerah neuron yang merupakan subjek dari stimulus eksitasi dan inhibisi. Termasuk dalam zona ini adalah: dendrit, badan sel, dan segmen permukaan axon. Impuls yang datang ke zona ini dapat menimbulkan atau tidak menimbulkan adanya aksi potensial dan respon bersifat bertingkat.
  • Zona Axonik: adalah meliputi segmen arborisasi ujung syaraf. Daerah ini merupakan bagian konduksi yang bersifat all or none
  • Zona Telodendritik: adalah meliputi modifikasi terminal yang memungkinkan terjadinya transfer secara listrik atau kimia ke neuron berikutnya atau ke organ efektor. Respon bersifat bertingkat.
DENDRIT

Dendrit berfungsi untuk memperluas permukaan neuron, mirip dengan cabang-cabang pohon. Dendrit biasanya lebih pendek dibandingkan dengan axon, bercabang-cabang secara kontunyu hingga terkecil. Permukaan dendrit maupun badan sel tertutupoleh spina atau gemmula yang merupakan hubungan synaps dengan axon terminal dari sel syaraf lainnya. Isi sitoplasma sama dengan sitoplasma badan sel. Benda Nissl hanya terbatas pada bagian proximal dendrit.

AXON

Axon atau axis silinder timbul dari axon hillock di perikarion. Prosesus yang tunggal ini permukaannya licin dan diameter ukurannya konstan. Sebelum berakhir pada efektor terlebih dahulu bercabang-cabang membentuk telodendron. Membran plasma axon disebut juga axolemma. Segmen permulaan tempat munculnya dari badan sel merupakan tempat permulaan myelinisasi, selain itu di tempat ini mempunyai ambang exitasi yang lebih rendah dibandingkan pada dendrit dan badan sel. Nodus ranvier terdapat pada beberapa tempat disepanjang axon bermyelin dan merupakan tempat diskontinyu dari selubung myelin.. Pada tempat tersebut axon disebungi oleh processus sitoplasmik sel glia. Pada Nodus Ranvier axon menebal. Secara fungsional Nodus Ranvier merupakan konduksi saltatorik impuls yaitu tempat meloncatnya gelombang depolarisasi dari satu nodus ke nodus berikutnya. Organel seperti mitokondria, neurotubulus, neurofilamen, SER, dan benda Nissl tidak dijumpai pada axon hillock maupun pada axon. Karena panjangnya prosesus maka akan terjadi masalah transportasi impuls maupun zat-zat lainnya. Aliran material ada 2 macam yaitu material yang mengalir dari badan sel disebut somatopugal (retrograde) dan aliran materian ke badan sel disebut somatopetal (anterograde).

Aliran somatopugal ada 2 macam yaitu: aliran axoplasmik lambat dan aliran axoplasmik cepat. Sebagian besar material dalam axoplasma bergerak lambat dengan kecepatan 0,5 – 5 mm/hari, hal ini diperlukan dalam mengangkut material yang besdar untuk pemeliharaan, penggantian organela yang sud ah tua atau untuk reparasi axon. Namun ada juga material yang mengalir dengan kecepatan 10 – 200 mm/hari yang merupakan aliran cepat. Aliran cepat ini menggunakan bantuan organel neurotubulus sebagai alat transport. Material yang diangkut dengan cepat ini digunakan untuk keperluan berlangsungnya fungsi synaps axon. Sehubungan sifat badan sel yang tanggap terhadap perubahan axon terjadi juga aliran somatopetal (anterograde)

Sumber : 



Cari

Copyright Text