Daur hidup dan Reproduksi Ikan Lele
Ikan Lele (Clarias batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun
dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 sampai 200
gram. Gonad ikan lele (Clarias batrachus)
jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu
sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari
pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele (Clarias batrachus) berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur
yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi.
Sedangkan organ – organ lainya dari ikan lele (Clarias batrachus) itu sendiri terdiri dari jantung, empedu,
labirin, gonad, hati, lambung dan anus.
Ikan Lele (Clarias batrachus) yang hidup di alam memijah pada musim penghujan
dari bulan Mei sampai Oktober. Ikan lele juga dapat memijah sewaktu-waktu
sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga di
pengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang bermutu baik akan
meningkatkan vitalitas ikan sehingga ikan lele lebih sering memijah. Apabila
telah dewasa, lele betina akan membentuk telur di dalam indung telurnya.
Sedangkan lele jantan membentuk sperma atau mani. Bila telur-telurnya telah
berkembang maksimum yaitu mencapai tingkat yang matang untuk siap dibuahi maka
secara alamiah ikan lele (Clarias
batrachus) akan memijah atau kawin.
Perkembangan telur dan sperma
berlangsung di dalam tubuh lele dengan mekanisme pengaturan oleh zat yang
disebut hormone kelamin gonadotropin atau gonade stimulating hormone (GSH).
Bila lele mencapai tingkat dewasa, hormone gonadotropin secara alami akan
terbentuk di dalam kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil. Awalnya
hormone gonadotropin yang terbentuk sedikit kemudian dialirkan melalui darah ke
dalam indung telur, sehingga terbentuklah telur-telur yang semakin besar dan
banyak jumlahnya di dalam indung telur.
Perkembangan Daur Hidup Ikan Lele
Perkembangan awal daur hidup ikan
merupakan hal yang menarik untuk dipelajari karena berhubungan dengan
stabilitas populasi ikan tersebut dalam suatu perairan. Untuk mempelajari
kemampuan hidup suatu spesies ikan dan mengurangi tingkat mortalitas yang
terjadi terutama pada awal perkembangan hidup ikan khusunya untuk pembudidayaan
perlu adanya pengertian mengenai jenis-jenis telur ikan tersebut dan daur hidup
ikan mulai dari awal fertilisasi hingga terdeferensiasi untuk menjadi ikan
muda. Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam
lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan
suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada “diploten” dari profase meiosis
pertama. Pada stadia ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer
kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase
previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume
sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning
telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material
kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan dibawa
ke dalam oosit secara mikropinositosis.
Peningkatan ukuran indeks gonad
somatik atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit.
Pada saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang mencirikan
stadianya. Stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume sitoplasma,
penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning telur.
Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas.
Untuk Clarias sp. oosit terbagi dalam 6 kelas, dimana stadia nukleolus
dan perinukleolus dikategorikan sebagai stadium pertama dan setiap stadium
dicirikan sebagai berikut:
· Stadium 1 : Oogonia dikelilingi satu lapis set
epitel dengan pewarnaan hematoksilin-eosin plasma berwarna merah jambu,
dengan inti yang besar di tengah.
|
· Stadium 2 : Oosit berkembang ukurannya,
sitoplasma bertambah besar, inti biru terang dengan pewarnaan, dan terletak
masih di tengah sel. Oosit dilapisi oleh satu lapis epitel.
|
· Stadium 3 : Pada stadium ini berkembang sel
folikel dan oosit membesar dan provitilin nukleoli mengelilingi inti.
|
· Stadium 4 : Euvitilin inti telah berkembang
dan berada disekitar selaput inti. Stadium ini me- rupakan awal vitelogenesis
yang ditandai dengan adanya butiran kuning telur pada sitoplasma. Pada
stadium ini, oosit dikelilingi oleh dua lapis sel dan lapisan zona radiate
tampak jelas pada epitel folikular.
|
· Stadium 5 : Stadia peningkatan ukuran oosit
karena diisi oleh kuning telur. Butiran kuning telur bertambah besar dan
memenuhi sitoplasma dan zona radiata terlihat jelas.
|
· Stadium 6 : Inti mengecil dan selaput inti
tidak terlihat, inti terletak di tepi. Zona radiata, sel folikel, dan sel
teka terlihat jelas.
|
Sifat Biologis Ikan Lele
Lele tidak pernah ditemukan di
air payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam marga
dan suku yang berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan,
rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada
air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Ikan lele bersifat nokturnal,
yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan
lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele
memijah pada musim penghujan. Ada sedikit perbedaan dikalangan ilmuwan dalam
menggolongkan ikan lele ini. Ada yang memasukan ikan lele ini kedalam ikan
pemakan daging (karnivora). Adalagi yang memasukanya kedalam omnivora.
Habitat dan Persebaran Ikan Lele
Habitat dan persebaran ikan lele
(Clarias batrachus) dimana lele tidak
pernah ditemukan di daerah payau atau di air asin, kecuali lele laut yang
tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.
Bahkan ikan lele (Clarias batrachus)
bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Habitat atau lingkungan hidup
ikan lele (Clarias batrachus) banyak
ditemukan di perairan air tawar, di dataran rendah sampai sedikit payau.
Penyebaran lele di Indonesia berada di Pulai Jawa, Sumatera, Sulawesi dan
Kalimantan. Ikan lele (Clarias batrachus)
secara alami berada di perairan umum, namum seiring dengan semakin banyaknya
petani yang membudidayakan ikan lele (Clarias
batrachus) ini, pemeliharaan ikan lele (Clarias
batrachus) banyak dilakukan di kolam-kolam buatan.
Peranan Ikan Lele
Keunggulan ikan lele dibandingkan
dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin
(C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna
untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Sedangkan Lisin merupakan salah
satu dari 9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringnan. Lisin termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Pasalnya, asam amino ini sangat
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang pada anak, membantu
penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan
memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lisin juga dibutuhkan
untuk menghasilkan antibody, hormone, enzim, dan pembentukan kolagen, disamping
perbaikan jaringan. Tak kalah pentingnya, lisin bisa melindungi anak dari cold
sore dan virus herpes.
Peranan lainya yang menguntungkan
dari ikan lele adalah: Sebagai bahan makanan Ikan lele dari jenis Clarias
batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias. Ikan
lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi
berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele. Ikan
lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit
asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah
dan lain-lain.
Selain peranan yang menguntungkan
ikan lele juga dapat memiliki peranan yang merugikan bagi manusia. Peranan yang
merugikan tersebut diantaranya : Pada ikan lele yang masih muda patilnya
mengandung racun, sedangkan pada ikan lele yang agak tua racunya agak
berkurang. Ikan lele juga dapat memakan ikan-ikan lainya atau sebagai predator.
Sumber :