Alat reproduksi
Kepiting jantan dan betina dapat dibedakan dengan
mengamati alat kelamin yang terdapat dibagian perut. Pada bagian perut jantan
umumnya terdapat organ kelamin berbentuk segi tiga yang sempit dan dapat
meruncing di bagian depan. Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif
lebar dan di bagian depan agak tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan
oleh ruas abdomennya. Ruas abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga,
sedangkan pada kepiting betina berbentuk agak membulat dan lebih lebar. Dan perkawinan
terjadi di saat suhu air mulai naik, biasanya betina akan mengeluarkan cairan
kimiawi perangsang, yaitu pheromone kedalam air untuk menarik perhatian
kepiting jantan, setelah jantan berhasil terpikat maka kepiting jantan akan
naik ke atas karapas kepiting betina untuk berganti kulit (molting), selama
kepiting betina molting maka kepiting jantan akan melindungi kepiting betina
selama 2-4 hari sampai cangkang terlepas, kepiting jantan akan membalikkan
tubuh kepiting betina untuk melakukan kopulasi / perkawinan. Biasanya,kopulasi
berlangsung 7-12 jam dan hanya akan terjadi jika karapas kepiting betina dalam
ke adan lunak. spermatofor kepiting jantan akan di simpan di dalam supermateka
kepiting betina sampai telur siap di buahi.telur di dalam tubuh kepiting betina
yang suda matang akan turun ke oviduk dan akan di buahi oleh sperma.
Proses fertilisasi kepiting tidak halnya seperti udang yang hanya terjadi
pada malam hari ( kondisi gelap ). Kepiting juga dapat melakukan perkawinan/pemijahan pada
siang hari.
Sistem pencernaan
Pencernaan adalah proses
penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi
sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke
seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah
Jenis pakan yang di konsumsi
kepiting dapat berupah artemia, ikan rucah, daging kerang-kerangan, hancuran
daging siput, dan lumut. Pemberian pakan tergantung pada ukuran kepiting, bila
masih larva biasanya Brachionus
plicatilis, Tetracelmis chuii dan
Naupli artemia. Kepiting juga
bersifat kanibalisme biasanya dia akan menyarang kepiting lain yang sedang
dalam kondisih lemah atau ganti kulit ( molting ).
Alat pencernaan terbagi menjadi
tiga, tembolok, lambung otot, lambung kelenjar. Didalam perut kepiting terdapat
gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal, selain gigi kalsium
juga terdapat gastrolik yang berfungsi mengeraskan rangka luar (eksoskeleton)
setelah terjadi eksdisis (penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya
dimulai dari mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan
anus. Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh
diekskresikan lewat kelenjar hijau.
System peredaran darah
Sistem sirkulasi adalah sistem
yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke
sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi,
garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam
usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Sistem peredaran
darah pada kepiting disebut peredaran darah terbuka karena beredar tanpa
melelui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin (Hb) melainkan
hemosianin yang daya ikatnya terhadap oksigen rendah.
System respirasi / pernapasan
Kepiting bernapas umumnya dengan insang, kecuali yang
bertubuh sangat kecil dengan seluruh permukaan tubuhnya dan memiliki sebuah
jantung untuk memompa darah.
Mekanisme pernafasan : Pertukaran
gas CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari
kepiting yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2
yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemosianin, sedangkan CO2
yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah
banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ
tubuh dan seterusnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan O2 pada kepiting :
- Ukuran dan umur (standia hidup)
- Aktivitas kepiting
- Jenis kelamin
- Stadia reproduksi
System saraf dan hormon
Kedua sistem ini dapat dikatakan
sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan
perubahan status kehidupan (reproduksi). Perubahan lingkungan akan
diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar
endokrin agar hormon dikirim ketempat yang di tuju untuk mengeluarkan
hormon-hormon yang dibutuhkan agar merangsang organ yang teleh di tentukan dan
aktivitas metabolisme jaringan-jaringan. Sistem saraf terdiri dari system saraf
tangga tali pada system sarafnya terjadi pengumpulan dan penyatuan gangliondan
dari pasangan-pasangan gangflion dan dari pasangan ganglion keluar saraf yang
menuju ketepi alat indra berupa sepasang mata majemuk ( faset ) bertangkai yang
berkembang dengan baik.
Tingkah Laku dan Kebiasaan
Kepiting Bakau
Secara umum tingkah laku dan
kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sbb:
Suka berendam dalam lumpur dan
membuat lubang pada dinding atau pematang tambak pemeliharaan.
Dengan mengetahui kebiasaan ini,
maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedemikian rupa
agar kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkin.
Kanibalisme dan saling menyerang
Sifat inilah yang paling menyolok
pada kepiting sehingga dapat merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya.
Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan menyebabkan kelulusan hidup
rendah dan menurunkan produktivitas tambak. Sifat kanibalisme ini yang paling
dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monosex pada
produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hidup lebih baik.
Molting atau ganti kulit.
Sebagaimana hewan jenis
crustacea, maka kepiting juga mempunyai sifat seperti crustacea yang lain,
yaitu molting atau ganti kulit. Setiap terjadi ganti kulit, kepiting akan
mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit
akan terjadi sekitar 18 kali mulai dari stadia instar sampai dewasa. Selama
proses ganti kulit, kepiting memerlukan energi dan gerakan yang cukup kuat,
maka bagi kepiting dewasa yang mengalami pergantian kulit perlu tempat yang
cukup luas.
Pertumbuhan kepiting akan
terlihat lebih pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan dengan frekuensi
pergantian kulit pada saat stadia awal tersebut. Periode dan tipe frekuensi
ganti kulit penting artinya dalam melakukan pola usaha budidaya yang terkait
dengan desain dan konstruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaanya.
Kepekaan terhadap Polutan
Kualitas air sangat berpengaruh
terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena
kelebihan sisa pakan yang membusuk. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak
cepat memberikan reaksi bila dipegang atau perutnya kosong bila dibelah,
kemungkinan ini akibat dari menurunnya mutuair. Untuk menghindari akibat yang
lebih buruk lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain
yang kondisi airnya masih segar.
Sumber :