Ekologi berasal dari bahasa Yunani;
Oikos = rumah , Logos = ilmu. Odum (1963), Ekologi diartikan sebagai totalitas
atau pola hubungan antara makhluk dengan lingkungannya. Secara umum Ekologi
sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan
pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan
lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan
makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di
sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun abiotik.
Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi
sebagai suatu ilmu adalah organisme, kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di
suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-proses penyebabnya. Dengan
demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan dengan ekologi hewan
dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus
mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan
abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi)
maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut.
Sasaran utama ekologi hewan adalah
pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang melandasi kinerja hewan-hewan sebagai
individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang ditempatinya, meliputi
pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang menyebabkan
keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan
ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor dan
proses ini merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun
permodelan, peramalan dan penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti;
habitat, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan
lain-lain.
Setelah mempelajari dan memahami
hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat kita manfaatkan untuk misalnya,
memprediksi kelimpahannya dan menganalisis keadaannya serta peranannya dalam
ekosistem, menjaga kelestariannya serta kegiatan lainnya yang menyangkut
keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh, kita mempelajari salah satu jenis
hewan mulai dari habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya, makanannya,
prilakunya, dan lain-lain. Setelah semua dipahami dengan pengamatan dan
penelitian yang cermat dan teliti, maka pengetahuan itu dapat kita manfaatkan
misalnya dalam menjaga kelestariannya di alam dengan menjaga keutuhan
lingkungan, habitat alaminya,memprediksi kelimpahan populasinya kelak,
menganalisis perannya dalam ekosistem, membudidayakannya serta kegiatan lainnya
dengan mengoptimalkan kondisi lingkungannya menyerupai habitat aslinya.
Adapun ruang lingkup ekologi hewan
dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu; Synekologidan Autekologi. Synekologi adalah
materi bahasan dalam kajian atau penelitiannya ialah komunitas dengan berbagai
interaksi antar populasi yang terjadi dalam komunitas tersebut. Contohnya;
mempelajari atau meneliti tentang distribusi dan kelimpahan jenis ikan tertentu
di daerah pasang surut. Autekologi adalah kajian atau penelitian tentang
species, yaitu mengenai aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau populasi
suatu species hewan. Contohnya adalah meneliti atau mempelajari tentang seluk
beluk kehidupan lalat buah (Drosophila sp.), mulai dari habitat, makanan,
fekunditas, reproduksi, perilaku, respond an lain-lain.
Menurut Ibkar-Kramadibrata (1992) dan
Sucipta (1993), secara garis besar pokok bahasan dalam ekologi hewan mencakup
hal berikut ini :
- Masalah distribusi dan kelimpahan populasi hewan secara local dan regional, mulai tingkat relung ekologi, microhabitat dan habitat, komunitas sampai biogeografi atau penyebaran hewan di muka bumi.
- Masalah pengaturan fisiologis, respon serta adaptasi structural maupun perilaku terhadap perubahan lingkungan.
- Perilaku dan aktivitas hewan dalam habitatnya.
- Perubahan-perubahan secara berkala (harian, musiman, tahunan dsb) dari kehadiran, aktivitas dan kelimpahan populasi hewan.
- Dinamika populasi dan komunitas serta pola interaksi-interaksi hewan dalam populasi dan komunitas.
- Pemisahan-pemisahan relung ekologi, species dan ekologi evolusioner.
- Masalah produktivitas sekunder dan ekoenergetika.
- Ekologi sistem dan permodelan.
Dengan demikian ruang lingkup Ekologi
Hewan meliputi obyek kajian individu/organisme, populasi, komunitas sampai
ekosistem tentang distribusi dan kelimpahan, adaptasi dan perilaku, habitat dan
relung, produktivitas sekunder, sistem dan permodelan ekologi.
Peranan Ekologi Bagi
Manusia
Manusia adalah organisme heterotrof
di bumi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju menyebabkan manusia
mengeksplorasi, mengolah dan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dengan mudah mengubah kondisi
lingkungannya sesuai keinginannya. Dengan keberhasilannya ini dengan mudah
menyebabkan laju peningkatan populasi manusia yang relative tinggi (2%)
pertahun.
Makin meningkatnya pemanfaatan
sumberdaya yang diperlukan manusia telah menyebabkan makin menciutnya luas
lingkungan alami dan makin bertambahnya lingkungan buatan. Akibat kegiatan
manusia tersebut adalah pencemaran lingkungan oleh limbah buangan industri,
kelangkan dan kepunahan species berbagaim organisme, terjadinya perubahan pola
cuaca maupun iklim, semakin lebarnya lubang ozon, timbulnya berbagai jenis
penyakit yang berbahaya dan lain-lain. Manusia kini dihadapkan pada 2
tantangan, yaitu :
1) menjaga kelestarian ketersediaan sumberdaya
2)
memelihara kondisi lingkungannya.
Menghadapi kedua tantangan tersebut,
ekologi sangat berperan, misalnya penelitian-penelitian yang menghasilkan
pemahaman mengenai berbagai aspek ekologi dari suatu populasi, komunitas
ataupun ekosistem sehingga faktor-faktor penting dapat diketahui dengan tepat
serta menghasilkan peramalan yang lebih akkurat. Hal ini dapat mendukung
upaya-upaya yang akan dilakukan manusia, karena adanya acuan yang lebih baik
untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan maupun kerusakan yang dapat
merugikan kondisi lingkungan serta menjaga kesinambungan ketersediaan
sumberdaya agar lestari dan pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
Ekologi hewan bagi manusia cukup
penting artinya dalam memberi nilai-nilai terapan dalam kehidupan manusia.
Manfaat tersebut terutama menyangkut masalah-masalah pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan konservasi satwa liar.
Kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas telah banyak diterapkan dalam
bidang-bidang tersebut. Konsep-konsep tersebut juga telah melandasi penanganan
berbagai masalah seperti pengendalian hama dan penyakit, penggunaan berbagai
species hewan tertentu sebagai indicator menunjukkan terjadinya perubahan
kondisi lingkungan, hubungan predator mangsa dan parasitoid – inang, vector
penyebar penyakit, pengelolaan dan upaya-upaya konservasi satwa liar yang
bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya) maupun exsitu ( pemeliharaan
di lingkungan buatan yang menyerupai habitat aslinya) dan lain-lain. Banyak
masalah-masalah yang terpecahkan dengan mempelajari ekologi hewan yang
senantiasa berlandaskan pada konsep efisiensi ekologi.
Ekologi Hewan adalah suatu cabang
biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan
lingkungan biotic dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi
sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut. Sasaran utama
ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang melandasi kinerja
hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang
ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor
penting yang menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan
organisme-organisme dan ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan
keberadaannya.
Berbagai faktor dan proses ini
merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan,
peramalan dan penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti; habitat,
distribusi dan kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain.
Setelah mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat
kita manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan menganalisis
keadaannya serta peranannya dalam ekosistem, menjaga kelestariannya serta
kegiatan lainnya yang menyangkut keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh,
kita mempelajari salah satu jenis hewan mulai dari habitatnya di alam,
distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya, dan lain-lain. Setelah
semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat dan teliti, maka
pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga kelestariannya di
alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat alaminya, memprediksi
kelimpahan populasinya kelak, menganalisis perannya dalam ekosistem,
membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan mengoptimalkan kondisi
lingkungannya menyerupai habitat aslinya.
Ruang Lingkup Ekologi Hewan Adapun
ruang lingkup ekologi hewan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu; Synekologi dan
Autekologi. Synekologi adalah materi bahasan dalam kajian atau penelitiannya
ialah komunitas dengan berbagai interaksi antar populasi yang terjadi dalam
komunitas tersebut. Contohnya; mempelajari atau meneliti tentang distribusi dan
kelimpahan jenis ikan tertentu di daerah pasang surut. Autekologi adalah kajian
atau penelitian tentang species, yaitu
mengenai aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau populasi suatu
species hewan. Contohnya adalah meneliti atau mempelajari tentang seluk beluk
kehidupan lalat buah (Drosophila sp.), mulai dari habitat, makanan, fekunditas,
reproduksi, perilaku, respond an lain-lain.
Manfaat Ekologi Hewan Ekologi hewan
bagi manusia cukup penting artinya dalam memberi nilai-nilai terapan dalam
kehidupan manusia. Manfaat tersebut terutama menyangkut masalah-masalah
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan
konservasi satwa liar. Kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas telah
banyak diterapkan dalam bidang-bidang tersebut. Konsep-konsep tersebut juga
telah melandasi penanganan berbagai masalah seperti pengendalian hama dan
penyakit, penggunaan berbagai species hewan tertentu sebagai indicator
menunjukkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan, hubungan predator mangsa
dan parasitoid – inang, vector penyebar penyakit, pengelolaan dan upaya-upaya
konservasi satwa liar yang bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya)
maupun exsitu ( pemeliharaan di lingkungan buatan yang menyerupai habitat
aslinya) dan lain-lain. Banyak masalah-masalah yang terpecahkan dengan
mempelajari ekologi hewan yang senantiasa berlandaskan pada konsep efisiensi
ekologi.
Aplikasi Konsep Ekologi Hewan Dalam
perkembangannya ekologi telah mengalami diversivikasi dengan lahirnya
cabang-cabang ilmu ekologi lainnya yang lebih spesifik, dengan materi yang
terbatas, khusus dan mendalam yang didasarkan atas kelompok organisme,
misalnya; Ekologi Tumbuhan, Ekologi hewan, Ekologi Parasit, Ekologi Gulma,
Ekologi Serangga, ekologi Burung dan lainnya. Ekologi Hewan, bahasannya
memerlukan pemahaman mengenai aspek-aspek biologi lainnya juga menyangkut
matematika dan statistika. Sebenarnya konsep, asas ataupun generalisasi dalam
ekologi hewan telah banyak memberikan nilai-nilai terapan yang cukup dalam
kehidupan manusia sehari-hari, terutama dalam bidang-bidang pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, kesehata dan pengolahan maupun konservasi
satwa liar.
Penerapan ekologi makin penting
dengan semakin diperlukannya upaya-upaya manusia dalam memelihara ketersediaan
sumberdaya serta kualitas lingkungan hidup yang berkesinambungan. Dalam bidang
pertanian, perkebunan dan peternakan, konsep kisaran toleransi dan faktor
pembatas serta dalam masalah pengendalian populasihamadan penyakit (Biological
Control). Dengan konsep ekologi hewan juga telah melandasi penggunaan berbagai
species hewan tertentu sebagai species indicator yang menunjukkan terjadinya
perubahan kondisi lingkungan, sudah tercemar atau belum. Konsep lain dalam
bidang pertanian dan kesehatan adalah hubungan predator mangsa dan parasitoid
inang. Dalam upaya meningkatkan hasil produk ikan maupun ternak, pengelolaan
satwa liar baik yang bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya) maupun
exsitu (pemeliharaan di lingkungan buatan) seluruhnya berazaskan dan
berlandaskan efisiensi ekologi dan azas-azas ekologi.
Aplikasi Konsep Ekologi
Hewan
Dalam perkembangannya ekologi telah
mengalami diversivikasi dengan lahirnya cabang-cabang ilmu ekologi lainnya yang
lebih spesifik, dengan materi yang terbatas, khusus dan mendalam yang
didasarkan atas kelompok organisme, misalnya; Ekologi Tumbuhan, Ekologi hewan,
Ekologi Parasit, Ekologi Gulma, Ekologi Serangga, ekologi Burung dan lainnya.
Ekologi Hewan, bahasannya memerlukan
pemahaman mengenai aspek-aspek biologi lainnya juga menyangkut matematika dan
statistika. Sebenarnya konsep, asas ataupun generalisasi dalam ekologi hewan
telah banyak memberikan nilai-nilai terapan yang cukup dalam kehidupan manusia
sehari-hari, terutama dalam bidang-bidang pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, kesehata dan pengolahan maupun konservasi satwa liar. Penerapan
ekologi makin penting dengan semakin diperlukannya upaya-upaya manusia dalam
memelihara ketersediaan sumberdaya serta kualitas lingkungan hidup yang
berkesinambungan.
Dalam bidang pertanian, perkebunan
dan peternakan, konsep kisaran toleransi dan faktor pembatas serta dalam
masalah pengendalian populasi hama dan penyakit (Biological Control). Dengan
konsep ekologi hewan juga telah melandasi penggunaan berbagai species hewan
tertentu sebagai species indicator yang menunjukkan terjadinya perubahan
kondisi lingkungan, sudah tercemar atau belum. Konsep lain dalam bidang
pertanian dan kesehatan adalah hubungan predator mangsa dan parasitoid inang.
Dalam upaya meningkatkan hasil produk ikan maupun ternak, pengelolaan satwa
liar baik yang bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya) maupun exsitu
(pemeliharaan di lingkungan buatan) seluruhnya berazaskan dan berlandaskan
efisiensi ekologi dan azas-azas ekologi.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik
dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan
topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan.
Faktor Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup
yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam
ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen,
dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Faktor biotik juga meliputi
tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut
dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu
sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih terperinci, tingkatan organisasi
makhluk hidup adalah sebagai berikut.
A. Individu
Individu merupakan organisme tunggal
seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon
kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan
pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus
mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta
memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki
struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga
memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan
migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian
disebut adaptasi.
Ada bermacam-macam adaptasi makhluk
hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi,
dan adaptasi tingkah laku.
1. Adaptasi morfologi
Adaptasi morfologi merupakan
penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi
morfologi, antara lain sebagai berikut :
- Gigi-gigi khusus. Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya. Lihat Gambar 6.5.
- Moncong. Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.
- Paruh. Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya.
- Daun. Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.
- Akar. Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas.
2. Adaptasi fsiologi
Adaptasi fisiologi merupakan
penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya
adalah sebagai berikut.
- Kelenjar bau. Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
- Kantong tinta. Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.
- Mimikri pada kadal. Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.
3. Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan
adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut :
- Pura-pura tidur atau mati. Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
- Migrasi. Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.
B. Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup
padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi Misalnya, populasi pohon
kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang.
Ukuran populasi berubah sepanjang
waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan
ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu.
Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980
populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990 dihitung
lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10
tahun terjadi pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk
mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi jumlah batang pohon
yangberkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi :
700 - 500 = 200 batang / 1990 – 1980 = 10 tahun à 20 batang/tahun
Dari rumus hitungan di atas kita
dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap tahun adalah 20
batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika
populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam,
kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang
pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk
kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya.
Karakteristik iniantara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran
(natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan
bentuk pertumbuhan. Natalitas danmortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan
populasi.
Dinamika populasi dapat juga
disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat
bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi adalahperpindahan satu atau lebih
organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau
lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya.
Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa
ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi
akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan
jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah
populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak
selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada
gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam,
dan wabah hama.
C. Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari
berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dalam komunitas, semua organisme
merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan
melalui keragaman interaksinya.
D. Ekosistem
Antara komunitas dan lingkungannya
selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang
disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan
hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai
(mikroorganisme).
Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak
hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang
mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
- Suhu. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
- Sinar matahari. Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
- Air. Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
- Tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
- Ketinggian. Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
- Angin. Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
- Garis lintang. Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.