Banyak penyakit akibat diet yang bisa
timbul. Remaja puteri sering mempraktekkan diet dengan cara yang salah.
Akibatnya timbul masalah-masalah kesehatan seperti anemia gizi besi, bulimia
(memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), kekurangan gizi (Ronal, 1996).
Akibat dari diet yang salah juga akan berdampak pada naik turunnya berat badan
yang akan mengakibatkan kegemukan. Penurunan berat badan secara cepat justru
akan berdampak naik turunnya berat badan tubuh yang biasa disebut dengan
fenomena yoyo syndrom. Menurut Sayogo(2006), potensi terjadinya yoyo syndrom
itu karena tubuh belum beradaptasi terhadap pola diet atau pola makan baru yang
dijalani, yang mengakibatkan berat badan turun dalam waktu yang singkat tetapi
akan naik kembali beberapa kilogram berat badan tubuhnya lebih dari berat badan
sebelum melakukan diet (kegemukan).
Anemia gizi besi
Anemia gizi besi
adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Artinya
konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel
darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah (Ronal, 1996). Remaja
puteri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang, kurang
asupan gizi karena pola makan yang salah, dan pengaruh dari lingkungan (ingin langsing).
Remaja puteri yang sedang melakukan diet cenderung tidak mengkonsumsi makanan yang
berasal dari hewani sehingga banyak remaja putri yang mengalami anemia gizi
besi (Khomsan, 2003). Bahan makanan yang mengandung Fe yaitu : daging, ikan,
unggas, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau (Sayogo , 2006).
Gejala-gejala yang timbul karena
anemia gizi besi yaitu : lemah, letih, lesu, lunglai, lalai (5L), sering pusing
dan mata berkunang-kunang, gejala lebih lanjut kelopak mata, bibir, lidah, kulit,
dan telapak tangan menjadi pucat, dada cenderung berdebar-debar karena Hb
dibawah normal sehingga jantung dipaksa bekerja ekstra, sesak nafas dan telinga
terasa berdengung (Ronal, 1996). Akibat yang ditimbulkan dari anemia gizi besi
yaitu : mengganggu pertumbuhan, menurunkan kemampuan fisik, menurunkan kemampuan
bekerja dan konsentrasi belajar, menurunkan ketahanan tubuh dalam menghadapi penyakit
infeksi, menurunkan kebugaran, dan mengakibatkan muka pucat (Sayogo, 2006).
Bulimia dan Anoreksia nervosa
Bulimia dan
anoreksia nervosa merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak
makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan. Penderita bulimia
dan anoreksia lebih banyak diderita oleh remaja puteri. Karena mereka lebih mementingkan
body image yang langsing dan cantik
(Khomsan, 2003). Bulimia adalah gangguan makan yang ditandai dengan
mengkonsumsi makanan yang banyak dalam waktu yang singkat dan kehilangan
kendali terhadap makanan disertai tingkah laku unuk menurunkan berat badan seperti
merangsang muntah, gerak berlebih, dan puasa berkepanjangan. Penderita bulimia
dapat mengkonsumsi makanan sekitar 3000-7000 kkal. Gangguan makan pada
penderita bulimia timbul akibat rangsangan emosional seperti depresi, jemu,
marah dan kemudian diikuti oleh puasa yang berkepanjangan (Soetjiningsih,
2004).
Penderita bulimia mempunyai nafsu makan
seperti penderita obesitas yaitu ingin makan berlebihan karena pengaruh faktor eksternal
(bau, rasa, dan bentuknya) lebih dominan daripada faktor internal (rasa lapar).
Karena penderita bulimia tidak ingin memiliki berat badan yang berlebih, maka
mereka memuntahkan kembali makanan yang telah di makannya. Penderita bulimia
kadang-kadang memilih makanan tertentu yang harus dimuntahkan (biasanya
snacks). Jadi makanan utama (pagi, siang, malam) selalu dikonsumsi secara
normal. Dampak negatif dari bulimia yaitu kerusakan gigi dan iritasi pada
kerongkongan (Khomsan, 2003).
Anoreksia
nervosa adalah bentuk penyimpangan perilaku makan yang hampir mirip dengan
bulimia. Penderita anoreksia melakukan pembatasan makan secara tidak wajar.
Penderita anoreksia makan seperti halnya individu normal tetapi dikeluarkan
lagi dengan cara muntah disengaja, dan sering melakukan olah raga berlebihan.
Dampak negatif bagi penderita anoreksia nervosa yaitu kehilangan bobot tubuh yang
berlebihan sehingga kekurangan gizi, terjadi amenorrhea (menstruasi tidak
lancar/terhambat). Anoreksia nervosa dan bulimia keduanya merupakan keadaan
buruk karena ingin langsing (Khomsan, 2003).
Kurang Gizi
Remaja merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan untuk menjadi dewasa. Remaja umumnya melakukan aktivitas fisik
lebih tinggi, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Yaitu
karbohidrat, protein, kalsium, besi, seng (zinc) dan vitamin (Saraswati, 2006).
Diet tinggi karbohidrat, diet tinggi protein dan diet anti karbohidrat adalah
diet yang berbahaya dilakukan pada masa remaja, karena remaja masih membutuhkan
zat gizi yang besar untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan. Diet
anti karbohidrat mengakibatkan tubuh menjadi lemas, tidak bisa berkonsentrasi
dalam belajar, dehidrasi, nafas menjadi pendek terutama saat melakukan aktivitas,
keseimbangan biokimia tubuh terganggu dan ritme jantung tidak normal sehingga
berpotensi mengganggu fungsi pembuluh jantung.
Diet tinggi karbohidrat mengakibatkan
gangguan syaraf , psikis, dan beresiko kekurangan vitamin yang larut dalam
lemak. Diet tinggi protein akan menyebabkan dehidrasi, mempercepat penuaan,
selain itu diet tinggi protein biasanya sangat minim serat, sehingga orang yang
menjalani diet ini akan mudah terserang sembelit yang menaikkan resiko kanker kolon(usus
besar) (Saraswati, 2006).
Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan.
Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada
Soetjiningsih.
(2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta :
Sagung Seto
Saraswati,
S. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi,
dan Stroke. Jogjakarta
: A+Plus; 2009