Sistem Rangka Manusia Part 14 (Skoliosis)


Skoliosis

Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang. Tidak menimbulkan rasa nyeri, tetapi bisa mengganggu rasa percaya seseorang. Yang pasti, skoliosis diturunkan, serta umumnya sudah terjadi sejak masa kanak-kanak. Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi melengkung.

Ahli bedah tulang (ortopedi) mengklasifikasikan idiofatik skoliosis ke dalam empat kategori berdasarkan usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat untuk pertama kalinya. Keempat kategori tersebut adalah skoliosis idiofatik anak-anak, remaja, pada remaja yang berada di sekitar masa pubertas, dan dewasa.

Faktor risiko yang bisa memperburuk skoliosis adalah:
  • Jenis kelamin. Lengkung pada anak perempuan cenderung memburuk ketimbang anak laki-laki.
  • Usia. Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinan menjadi lebih parah.
  • Sudut kurva. Semakin besar sudut, semakin besar kemungkinan akan memburuk.
  • Lokasi. Skoliosis di bagian tengah atau bawah tulang punggung lebih kecil kemungkinannya menjadi buruk ketimbang skoliosis di bagian atas.
Gejalanya berupa:
  • tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
  • bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
  • nyeri punggung
  • kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
  • skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60?) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
Diagnosa

Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.

Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
  • Rontgen tulang belakang
  • Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang)
  • MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).
Pembagian

Dalam perkembangannya, Scoliosis lebih lanjut Pada umumnya dibagi atas dua kategori diantaranya adalah Scoliosis Struktural dan Non Struktural.

Scoliosis Struktural

Suatu kurvatura lateral spine yang irreversible dengan rotasi vertebra yang menetap. Rotasi vertebra terbesar terjadi pada apex. Jika kurva bertambah maka rotasi juga bertambah. Rotasi ini menyebabkan saat foward bending costa menonjol membentuk hump di sisi convex. Sebaliknya dada lebih menonjol di sisi concav. Scoliosis struktural tidak dapat dikoreksi dengan posisi atau usaha penderita sendiri.

Scoliosis Non Struktural

Disebut juga Fungsional Scoliosis / Postural Scoliosis. Suatu kurvatura lateral spine yang reversibel dan cenderung terpengaruh oleh posisi. Di sini tidak ada rotasi vertebra. Umumnya foward/side bending atau posisi supine/prone dapat mengoreksi scoliosis ini.

Kurva
  • Arah scoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya.
  • Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya struktural. Umumnya pada scoliosis idiophatic terletak antara T4 s/d T12
  • Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural maupun non struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya.
  • Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar dan keparahannya, biasanya keduanya kurva struktural.
  • Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.

Letak dan Bentuk Kurva
  • letak kurva bisa di cervical, thoracal, lumbal, atau beberapa area
  • bentuk kurva
·         Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang tidak baik.
·         Kurva S : lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic, di thoracal kanan dan lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori, umumnya struktural.

Derajat Scoliosis
  • Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin berat derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistem kardiopulmonal.
  • Teknik Pengukuran Scoliosis
·    Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb atau Risser-Ferguson. Lihat gambar.
·         Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-raynya dibagi menjadi 4 tingkat. Lihat gambar.

  • Klasifikasi dari derajat kurva scoliosis
·         Scoliosis ringan : kurva kurang dari 20 º
·         Scoliosis sedang : kurva 20 º – 40 º /50 º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra dan costa.
·         Scoliosis berat : lebih dari 40 º /50 º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60 º - 70 º terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup

Klasifikasi Scoliosis berdasarkan etiologi
  • Etiologi Scoliosis Struktural :
·         Idiophatic : sekitar 75-85 %. Onset umumnya adolescent. Lebih banyak pada wanita. Secara teori dikaitkan dengan malformasi tulang selama pertumbuhan, kelemahan otot di satu sisi, postur abnormal , dan distribusi abnormal muscle spindle otot paraspinal.
·         Neuromuscular : 15 – 20 % , seperti CP, myelomeningocele, neurofibromatosis, Polio, paraplegi traumatik, DMD, dll
·         Osteopathic : congenital (hemivertebra) atau acquired ( rickets, frakture, dll )

  • Etiologi Scoliosis Nonstruktural
·         Leg length discrepancy : True LLD atau Apparent LLD.
·         Spasme otot punggung
·         Habitual asymmetric posture

Evaluasi Scoliosis
  • Prosedur Evaluasi
·         Postural assessment, Evaluasi dilakukan dengan inspeksi anterior, lateral dan posterior penderita. Perhatikan adanya :

·         Level bahu asimetris
·         Skapula yang prominence di sisi convex
·         Protusi hip di satu sisi
·         Pelvic obliquity
·         Meningkatnya lordotik lumbal

  • Flexibility of the curve, Lakukan evaluasi dengan lateral dan foward bending untuk melihat adanya kelainan struktural. Lihat gambar.
·    Lateral bending ke sisi convex untuk melihat apakah kurva scoliosis bisa terkoreksi. Lateral bending yang asimetris menunjukkan adanya kelainan struktural.
·         Foward bending untuk melihat adanya rotasi vertebra di sisi convex berupa hump.

  • Evaluation of muscle strength
·         Otot sisi convex lemah
·         Otot perut dan back extensor lemah
·         Jika ada pelvic obliquity maka otot hip juga lemah pada sisi convex (hip yang lebih rendah)

  • Diagnosa Scoliosis dibuat berdasarkan :
·         Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang lengkap
·         Pemeriksaan tambahan
·         X-ray standard scoliosis dilakukan dengan berdiri AP, bending kanan, bending kiri. Dilakukan pula evaluasi Risser Sign dan kalau perlu Bone Age.
·         Pada scoliosis sedang dan berat seringkali perlu dilakukan pemeriksaan fungsi paru berupa vital capacity dan total lung capacity

Sumber :



Cari

Copyright Text