Skoliosis
Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang. Tidak
menimbulkan rasa nyeri, tetapi bisa mengganggu rasa percaya seseorang. Yang
pasti, skoliosis diturunkan, serta umumnya sudah terjadi sejak masa
kanak-kanak. Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu
kelainan yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus skoliosis
lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan
tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit
lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar
tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang
menjadi melengkung.
Ahli bedah tulang (ortopedi) mengklasifikasikan idiofatik skoliosis ke
dalam empat kategori berdasarkan usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat
untuk pertama kalinya. Keempat kategori tersebut adalah skoliosis idiofatik
anak-anak, remaja, pada remaja yang berada di sekitar masa pubertas, dan
dewasa.
Faktor risiko yang bisa memperburuk skoliosis adalah:
- Jenis kelamin. Lengkung pada anak perempuan
cenderung memburuk ketimbang anak laki-laki.
- Usia. Semakin muda usia munculnya skoliosis,
semakin besar kemungkinan menjadi lebih parah.
- Sudut kurva. Semakin besar sudut, semakin besar
kemungkinan akan memburuk.
- Lokasi. Skoliosis di bagian tengah atau bawah
tulang punggung lebih kecil kemungkinannya menjadi buruk ketimbang
skoliosis di bagian atas.
Gejalanya
berupa:
- tulang
belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
- bahu
dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
- nyeri
punggung
- kelelahan
pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
- skoliosis
yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60?) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.
Diagnosa
Pada pemeriksaan fisik
penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat
menentukan kelengkungan yang terjadi.
Pemeriksaan neurologis
(saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
Pemeriksaan lainnya
yang biasa dilakukan:
- Rontgen
tulang belakang
- Pengukuran
dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang)
- MRI
(jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).
Pembagian
Dalam perkembangannya,
Scoliosis lebih lanjut Pada umumnya dibagi atas dua kategori diantaranya adalah
Scoliosis Struktural dan Non Struktural.
Scoliosis Struktural
Suatu kurvatura lateral
spine yang irreversible dengan rotasi vertebra yang menetap. Rotasi vertebra
terbesar terjadi pada apex. Jika kurva bertambah maka rotasi juga bertambah.
Rotasi ini menyebabkan saat foward bending costa menonjol membentuk hump di sisi
convex. Sebaliknya dada lebih menonjol di sisi concav. Scoliosis struktural
tidak dapat dikoreksi dengan posisi atau usaha penderita sendiri.
Scoliosis Non
Struktural
Disebut juga Fungsional
Scoliosis / Postural Scoliosis. Suatu kurvatura lateral spine yang reversibel
dan cenderung terpengaruh oleh posisi. Di sini tidak ada rotasi vertebra.
Umumnya foward/side bending atau posisi supine/prone dapat mengoreksi scoliosis
ini.
Kurva
- Arah scoliosis ditentukan
berdasarkan letak apexnya.
- Kurva mayor/kurva primer adalah
kurva yang paling besar, dan biasanya struktural. Umumnya pada
scoliosis idiophatic terletak antara T4 s/d T12
- Kurva kompensatori adalah
kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural maupun non struktural. Kurva
ini membuat bahu penderita sama tingginya.
- Kurva mayor double, disebut
demikian jika sepadan besar dan keparahannya, biasanya keduanya kurva
struktural.
- Apex kurva adalah vertebra
yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.
Letak dan Bentuk Kurva
- letak kurva bisa di cervical, thoracal, lumbal,
atau beberapa area
- bentuk kurva
·
Kurva C : umumnya di thoracolumbal,
tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama,
kelemahan otot, atau sitting balance yang tidak baik.
·
Kurva S : lebih sering terjadi pada
scoliosis idiophatic, di thoracal kanan dan lumbal kiri, ada kurva mayor dan
kurva kompensatori, umumnya struktural.
Derajat Scoliosis
- Derajat scoliosis tergantung pada
besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin berat derajat scoliosis makin
besar dampaknya pada sistem kardiopulmonal.
- Teknik Pengukuran Scoliosis
· Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan
dengan metode Cobb atau Risser-Ferguson. Lihat gambar.
·
Pengukuran rotasi vertebra dengan
menilai x-raynya dibagi menjadi 4 tingkat. Lihat gambar.
- Klasifikasi dari derajat kurva
scoliosis
·
Scoliosis ringan : kurva kurang
dari 20 º
·
Scoliosis sedang : kurva 20 º – 40
º /50 º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra dan costa.
·
Scoliosis berat : lebih dari 40 º
/50 º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih besar, sering disertai
nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60 º - 70 º
terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan
hidup
Klasifikasi Scoliosis berdasarkan etiologi
- Etiologi Scoliosis
Struktural :
·
Idiophatic : sekitar 75-85 %.
Onset umumnya adolescent. Lebih banyak pada wanita. Secara teori dikaitkan
dengan malformasi tulang selama pertumbuhan, kelemahan otot di satu sisi,
postur abnormal , dan distribusi abnormal muscle spindle otot paraspinal.
·
Neuromuscular : 15 – 20 % , seperti CP,
myelomeningocele, neurofibromatosis, Polio, paraplegi traumatik, DMD, dll
·
Osteopathic : congenital (hemivertebra)
atau acquired ( rickets, frakture, dll )
- Etiologi Scoliosis Nonstruktural
·
Leg length discrepancy : True LLD
atau Apparent LLD.
·
Spasme otot punggung
·
Habitual asymmetric posture
Evaluasi Scoliosis
- Prosedur Evaluasi
·
Postural assessment, Evaluasi dilakukan
dengan inspeksi anterior, lateral dan posterior penderita. Perhatikan
adanya :
·
Level bahu asimetris
·
Skapula yang prominence di sisi
convex
·
Protusi hip di satu sisi
·
Pelvic obliquity
·
Meningkatnya lordotik lumbal
- Flexibility of the curve, Lakukan
evaluasi dengan lateral dan foward bending untuk melihat adanya kelainan
struktural. Lihat gambar.
· Lateral bending ke sisi convex untuk
melihat apakah kurva scoliosis bisa terkoreksi. Lateral bending yang asimetris
menunjukkan adanya kelainan struktural.
·
Foward bending untuk melihat adanya
rotasi vertebra di sisi convex berupa hump.
- Evaluation of muscle strength
·
Otot sisi convex lemah
·
Otot perut dan back extensor lemah
·
Jika ada pelvic obliquity maka otot
hip juga lemah pada sisi convex (hip yang lebih rendah)
- Diagnosa Scoliosis dibuat
berdasarkan :
·
Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang
lengkap
·
Pemeriksaan tambahan
·
X-ray standard scoliosis dilakukan
dengan berdiri AP, bending kanan, bending kiri. Dilakukan pula evaluasi Risser
Sign dan kalau perlu Bone Age.
·
Pada scoliosis sedang dan berat
seringkali perlu dilakukan pemeriksaan fungsi paru berupa vital capacity dan
total lung capacity
Sumber :