Komponen Jaringan tulang
Sepertinya halnya jaringan
pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsur-unsur: sel,
substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang
tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel
:
- Osteoblas.
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu
banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid
atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan
kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak
mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein. Pada
pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif
mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain
itu terlihat pula adanya lisosom.
- Osteosit.
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok
terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan
yang bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang
ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi.
Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak
jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam
sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling
berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang berdekatan. Osteosit
yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel
osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi
osteosit lagi atau osteoklas.
- Osteoklas.
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20
μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk
pertama kali oleh Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa
terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut
misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu
lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan
osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang
membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat
dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan
beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim
proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic.
Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan
memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan
tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses
remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan
mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan
homeostasis darah jangka panjang.
Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat
osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik. Sel-sel tersebut
berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga
endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan
mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya
pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan
tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas.
Sel – sel osteogenik selain dapat
memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya
menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses
penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh
lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi
menjadi osteoblas, dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi
khondroblas. Selain itu, terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa sel
osteoprogenitor dapat berdiferensiasi menjadi sel osteoklas lebih – lebih pada
permukaan dalam dari jaringan tulang.
Matriks Tulang
Berdasarkan beratnya, matriks
tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri dari ± 70% garam anorganik
dan 30% matriks organic. 95% komponen organic dibentuk
dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar proteoglycan dan
molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam pengaturan
mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih
setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen pada
jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada
struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi
deposit mineral.
Kontribusi substansi dasar
proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan
pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam hyaluronic.
Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan terlibat
dalam pengaturan pembentukan fiber kolagen.
Materi organik non kolagen
terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam pengikatan kalsium
selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai jembatan antara
kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat) dan
beberapa protein.
Matriks anorganik merupakan bahan
mineral yang sebagian besar terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk
kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal –kristal tersebut tersusun sepanjang
serabut kolagen. Bahan mineral lain: ion sitrat, karbonat, magnesium, natrium,
dan potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari
kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan dalam kekuatannya tergantung
dari bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen.
Sumber :