Kakao

Kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini secara garis besar dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah. Tanaman ini merupakan tanaman dengan batang berkayu (lignosus) yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores). Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Kakao merupakan tanaman perkebunan dan industri yang dikenal sebagai komoditas ekspor nonmigas yang memiliki prospek cukup cerah selain cengkeh.

Tanaman kakao bersifat dimorfisme karena memiliki bentuk tunas vegetatif yang berbeda yaitu tunas ortotrop dan tunas plagiotrop. Tunas ortotrop merupakan tunas yang arah pertumbuhannya ke atas. Sedangkan tunas plagiotrop merupakan tunas yang arah tumbuhnya ke samping. Pada tanaman kakao juga terdapat jorket yaitu tempat atau titik percabangan tunas ortotorop ke plagiotrop. Permukaan batang utama agak kasar, alurnya tegas. Dari hasil okulasi, percabangan utama (jorget) yang dihasilkan rata-rata ketinggiannya 90-115 cm dari atas tanah. Cabang primer merupakan cabang yang arah tumbuhnya condong kesamping. Dari cabang-cabang primer tumbuh cabang lateral. Cabang sekunder arah tumbuh agak tegak, warna kulit kuning kehijauan, permukaan halus, alur agak jarang. Pertumbuhan rantingnya teratur, permukaannya halus dan terdapat alur yang teratur. Cincin batas flush agak tegas, panjang antar cincin 4-5, jarak antar daun rata-rata 3,75 cm.

Letak dan sebaran bunga pada batang dan cabang merata. Kuncup bunga warna merah muda, kelopak bunga bagian bawahnya berwarna putih kuning kehijauan. Tangkai bunga berwarna kuning kehijauan dan bagian atas tangkainya merah. Panjang tangkai bunga rata-rata 0,9 cm, arah pertumbuhannya melengkung ke bawah. Ukuran bunga mekar berdiameter 1,3 cm dan tinggi mahkota bunga ± 0,7 cm. Bunga memiliki 5 benang sari palsu (staminodia) berwarna merah muda yang ujungnya menutup (Satriono, 2009). Tanaman kakao juga bersifat kauliflori yaitu bunga dapat tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari (Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 centimeter (Siregar, 1989). Rumus dari bunga kakao adalah K5C5A5+5G(5) yaitu bunga tersusun dari 5 kelopak yang bebas satu dengan lainnya, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertile, dan terdapat 5 daun buah yang bersatu. Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder. Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6.000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat menjadi buah.

Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.

Bentuk daun meruncing, tidak terdapat penyempitan pada pangkal daunnya, permukaan daun agak kasar. Warna daun tua hijau, sedangkan daun muda kuning kehijauan. Tangkai daun dan permukaan atas daun memiliki bulu-bulu yang berwarna kuning kehijauan. Tulang daun nampak jelas dan merata, bekas duduk daun pada cabang tegas dan jelas. Ujung daun meruncing dan membengkok, tepi daun bergelombang kasar, permukaan daun tidak mengkilat. Daun kakao bersifat dimorfisme yang artinya pada tunas ortotrop panjang  tangkai daun 7,5 – 10 cm, sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daun 2,5 cm. Tangkai daun berbentuk silinder dan bertangkai halus. Dan memiliki dua persendian (articulation) yang terdapat pada pangkal dan ujung tangkai daun.

Letak daun mengikuti rumus ¾ dan pada cabang lateral dengan rumus daun ½. Daun-daunyang muda sangat bervariasi, warnanya tergantung dari tipe varietas tanaman dari hijau pucat atau kemerah-merahan sampai merah tua. Daun-daun dewasa selalu berwarna hijau, dapat mencapai panjang 30 cm dan lebar 7,5 cm, tergantung kondisi naungan (Nasaruddin, 2004). Bentuk helai daun bulat memanjang, ujung daun meruncing, dan pangkal daun runcing. Susunan tulang daun menyirip dan tulang menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun kuat rata, daging daun tipis seperti perkamen. Permukaan daun licin dan mengkilap (Puslitkoka, 2005).

Buah kakao yang masih muda disebut chrelle dan sampai 3 bulan pertama sejak perkembangannya akan terjadi chrelle wilt, yaitu buah muda menjadi kering atau mengeras. Buah kakao yang berumur 3 bulan (panjang buah 5 – 10 cm), pada umumnya tidak akan mengalami chrelle wilt, namun dapat berkembang menjadi buah yang masak jika tidak terserang hama penyakit. Buah kako disebut pod atau tongkol, warnanya bermacam-macam dan ukurannya 10 – 30 cm. Buah yang sudah masak pada umumnya berwarna kuning orange. Buah kakao masak setelah 5 – 6 bulan dari proses penyerbukan (Sunanto, 1992).

Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau micilage. Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka didalam penyimpanan akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat merukkan biji. Warna kulit biji basah coklat kekuningan, bentuk biji elips, alur pada kulit biji tegas. Jumlah biji per buah 40 butir. Berat biji basah tanpa pulp rata-rata 2,3 gram, warna kotiledon biji putih. Biji kering berbentuk elips warna coklat cerah, berat 1 biji kering ± 1,3 gram, kadar lemak berkisar 50% dan kadar kulit ari <10%.

Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria). Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Akar tunggang tanaman kakao bercabang (ramosus). Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2 minggu terdapat akar-akar cabang (Radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla) dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah. Tidak hanya akar tunggang tetapi kakao juga memiliki akar lateral yang berkembang pada permukaan tanah dengan kedalaman tanah jeluk (0-30 cm).

Tanaman kakao dapat tumbuh baik dan berbuah banyak di daerah yang mempunyai ketinggian 100 – 600 meter di atas permukaan laut (Sunanto, 1992). Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kakao yang memiliki kemasaman 6,0 – 7,5 dan tidak lebih dari pH 8,0 serta tidak lebih rendah dari pH 4,0. Tekstur tanah yang baik adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30 – 40% fraksi liat, 50% pasir dan 10 – 20% debu (Siregar, 2000). Curah hujan tahunan yang ideal bagi tanaman kakao berkisar antara 1100 – 3000 mm, sedang curah hujan tahunan yang melebihi 4500 mm tidak cocok bagi pengembangan tanaman kakao terutama erat kaitannya dengan penyakit busuk buah. Suhu ideal bagi tanaman kakao, maksimum berkisar antara 30 – 320C dan suhu minimum 18 – 210C, namun pada kultivar tertentu kakao masih dapat tumbuh baik pada suhu 150C, sedang rata-rata suhu bulanan 26,60 derajat celcius (Syamsulbahri, 1996). Kebutuhan sinar matahari untuk kakao tergantung dari besar kecilnya tanaman. Tanaman muda memerlukan sinar matahari sekitar 25 – 35% dari sinar matahari penuh sedangkan untuk tanaman dewasa kebutuhannya semakin besar yaitu 65 – 75 %. Hal ini dapat diatur dengan cara mengatur tanaman pelindung (Sunanto, 1992). Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada sekitar 3 – 30 % cahaya matahari (Siregar, 2000).

Sumber :
Depperin. 2007. Gambaran Sekilas Tentang Industri Kakao. Pusat Data Dan Informasi Depertemen Perindustrian. Jakarta.
Nasaruddin. 2004. Budidaya Kakao Dan Beberapa Aspek Fisiologinya. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Jurusan Budidaya Pertanian. Makassar.
Puslitkoka, 2005. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Siregar, T,H,S. S, Riyadi. L, Nuraeni. 2000. Budidaya Pengolahan Dan Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunanto, H., 1992. Cokelat, Budidaya, Pengolahan Hasil Dan Aspek Ekonominya. Kanisius. Yogyakarta.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gajah Mada University. Yogyakarta.

Cari

Copyright Text