Fossil merupakan salah satu bentuk sejarah yang berupa sisa
yang terawetkan dari makhluk hidup yang dulu pernah hidup di bumi ini. Fossil
dapat berupa sisa tulang/kerangka, dapat berupa batang pohon yang mengeras
seperti batu, dan makhluk – makhluk kecil atau lunak yang terawetkan pada suatu
cairan/getah yang mengeras akibat mungkin makhluk tersebut tenggelam dalam
cairan tersebut. Umur dari fossil-fossil ini dapat hingga berjuta-juta tahun,
tergantung dari fossil ini terawetkan pada lapisan geologis mana seperti saat
hewan tersebut dahulu masih hidup. Fossil-fossil ini dapat dipelajari melalui
ilmu yang dinamakan dengan Palaentologi.
Palaeontologi
Paleontologi berasal dari kata paleo yang artinya masa
lampau, onto yang artinya kehidupan dan logos yang artinya adalah ilmu. Jadi
secara umum paleontologi berarti ilmu yang mempelajari tentang masa lampau.
Paleontologi adalah ilmu yangluk hidup purba yang biasanya
adalah dengan mempelajari fosil-fosilnya. Paleontologi adalah mempelajari fosil
makh untuk mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang zaman purba.
Secara sempit, Paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil sebab jejak
kehidupan zaman purba terekam dalam fosil.
Menurut Shrock &Twenhofel (1952), Paleontologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa lampau dalam skala umur geologi.
Konsep-Konsep Dasar
Paleontologi
·
Taksonomi
·
Konsep
Spesies
·
Filogeni
·
Metode
Identifikas
- Taksonomi
Secara Taksonomi, artinya
pengelompokan organisme berdasarkan kesamaan ciri fisik tertentu. Dalam
penyebutan organisme sering dipergunakan istilah taksa apabila tingkatan
taksonominya belum diketahui. Unit terkecil dalam taksonomi adalah spesies,
sedangkan unit tertinggi adalah kingdom. Diantara unit-unit baku dapat
ditambahkan super jika terletak di atas unit baku, contoh: super kingdom,
merupakan unit yang lebih tinggi dari kingdom. Jika ditambahkan sub terletak di
bawah unit baku, contoh: sub filum, terdapat di bawah unit filum.
- Konsep Spesies
Terdapat 3 konsep spesies yang
dikaji, yaitu :
- Deskriptif, Pemberian nama di
dasarkan pada ciri fisik, dapat berupa:
·
Bentuk
tubuh:Turritella angulata, memperlihatkan bentuk tubuh turreted (meninggi) dan
menyudut pada kamarnya.
·
Struktur:
Tubipora musica, memperlihatkan struktur tubuh berpipa (tube) dan terangkai
seperti alat musik (musica).
- Geografis:Pemberian nama yang
didasarkan pada lokasi dimana fosil tersebut pertama kali diketemukan.
Contoh:Fussulina sumatrensis, Fussulina yang diketemukan di sumatera.
- Personal:Mencantumkan nama
penemunya. Contoh:Discoatermartinii, Martini adalah penemu fosil tersebut
- Filogeni
Filogeni adalah ilmu yang mempelajari
hubungan kekerabatan suatu organisme dengan organisme lainnya. Hubungan
tersebut ditentukan berdasarkan morfologi hingga DNA. Filogeni sangat
diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi. Evolusi
sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang berangsur-angsur dari
suatuorganisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi
sendirimerupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap lingkungannya
Metode Penyusunan Filogeni
- Fenetik. Metode penyusunan
filogeni ini dengan pendekatan analisa numerik. Pendekatan tersebut
meliputi penghitungan Indeks ketidaksamaan, Indeks keanekaragaman, Anaisa
pola dan berbagai indeks yang lain. Dalam pendekatan fenetik semua subyek
dan faktor yang dianalisispunya kedudukan yang sama.
- Kladistik. Metode ini muncul
atas dasar pemikiran bahwa proses alamiah akan selalu mengambil jalan
yang paling singkat. Dalam kladistik setiap ciri fisik mempunyai
tingkatan yang berbeda
- Metode Identifikasi
·
Morfologi.
Pendekatan morfologi berupa jenis deskriptif kualitatif. Identifikasi secara
morfologi dapat meliputi bentuk tubuh, struktur yang biasanya berkembang,
bentuk anatomis baik secara makro maupun secara mikro.
·
Biometri.
Metode identifikasi ini menggunakan pendekatan secara kuantitatif, yaitu
berdasarkan ukuran tubuh dari suatu organisme yang sedang diidentifikasi.
Ruang Lingkup
Paleontologi
Secara umum paleontologi dapat digolongkan menjadi dua yaitu
Paleobotani (tumbuhan) dan Paleozoologi (hewan).
- Paleobotani (tumbuhan)
Paleobotani adalah ilmu paleontologi yang mempelajari fosil-fosil
yang banyak berhubungan dengan tumbuhan. Kajian Paleobotani meliputi aspek-aspek
fosil tumbuhan, rekonstruksi taksa, dan sejarah evolusi tumbuhan itu sendiri.
Adapun tujuan dalam
mempelajari Paleobotani adalah:
- Untuk rekonstruksi sejarah
dunia tumbuhan. Hal ini dapat dilakukan karena fosil tumbuhan dari suatu
kolom geologis tertentu berbeda dengan yang terdapat pada kolom geologis
lainnya. Dengan demikian dapat diketahui jenis tumbuhan yang ada dari
waktu ke waktu, atau dengan kata lain dapat diketahui sejarahnya,
khususnya mengenai kapan kelompok tumbuhan tersebut mulai muncul di muka
bumi, kapan perkembangan maksimalnya, dan kapan kelompok tumbuhan tersebut
punah.
- Untuk keperluan analisa pola
dan suksesi vegetasi dari waktu ke waktu.
- Untuk analisa endapan dari masa
karbon ( khususnya yang mengandung sisa tumbuhan ), yang berpotensi dalam
presiksi sifat- sifat batubara. Dengan demikian dapat diketahui macam
batubara serta dari tumbuhan apa batubara tersebut berasal.
- Untuk dapat melakukan dedukasi
mengenai aspek-aspek perubahan iklim. Dengan cara ini maka dimungkinkan
untuk merekonstruksi lingkungan masa lampau beserta perubahan-perubahan
yang terjadi, dan juga untuk mempelajari hubungan antara tumbuhan dengan
hewan yang menghuni lingkungan tersebut. Salah satu perubahan iklim yang
seringkali dapat diungkap dengan pendekatan ini adalah perubahan
ternperatur rata-rata.
- Paleozoology (hewan vertebrata dan invertebrata)
Paleozoologi merupakan ilmu paleontologi yang ditujukan untuk
mempelajari fosil-fosil yang berhubungan dengan hewan. Kajian ilmu ini mulai
dari hewan vertebrata hingga invertebrata.
Tujuan dari mempelajari
ilmu paleozoology ini, antara lain :
- Rekonstruksi sejarah kehidupan
pada masa lampau baik di bidang hewan dan perkembangan manusia. Proses
rekonstruksi kehidupan dilakukan melalui rekonstruksi fosil karena fosil
ditemukan dalam lapisan/strata geologis yang berlainan sehingga dapat
diketahui perkiraan waktu munculnya dan kehidupan makhluk yang telah
memfosil tersebut.
- Analisa pola dan suksesi suatu
vegetasi dari waktu ke waktu. Kehidupan pada masa purba di mana kondisi
bumi masih belum stabil sangat memungkinkan terjadinya perubahan kondisi
lingkungan yang ekstrim sehingga mempengaruhi kehidupan spesies dan
vegetasi tanaman
- Analisa mengenai aspek – aspek
perubahan iklim yang terjadi. Cara ini bermanfaat untuk merekonstruksi
dampak perubahan iklim pada lingkungan, mempelajari bagaimana hubungan antara
hewan dan tumbuhan yang hidup pada lingkungan tersebut
- Analisa kehidupan biokultural
manusia sejak manusia muncul di bumi, proses evolusinya melalui masa dan
wilayah distribusinya seluas dan selama mungkin
- Analisa proses adaptif yang
dilakukan makhluk hidup terhadap perubahan kondisi lingkungan, makhluk
yang mampu beradapatasi akan terus bertahan walaupun peiode waktu
geologis terus berjalan sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan
punah. Proses adaptasi membuka zona adaptif yang baru yaitu suatu kumpulan
kondisi hidup dan sumber daya baru yang memberikan banyak kesempatan yang
sebelumnya tidak dimanfaatkan.
Tidak hanya hewan dan tumbuhan, sekarang ini ilmu
paleontologi telah berkembang sebagai ilmu yang juga meneliti tentang protista
di masa lalu. "Protista" ini mengacu pada eukariota yang bukan
tanaman, hewan, atau jamur. Kebanyakan protista uniseluler, sementara yang lain
multiseluler atau bahkan multinukleat (inti banyak dalam satu sel). Protista
ini dapat memiliki berbagai kelompok ukuran, bentuk, siklus hidup, habitat,
serta makanan dan teknik reproduksi.
Bakteri juga dapat dipelajari dengan ilmu paleontologi. Bakteri
merupakan organisme uniseluler yang memiliki dinding sel, organel, dan DNA,
seperti halnya eukariota. Namun, tidak seperti eukariota, DNA organel mereka
dan tidak terkandung dalam selaput terpisah di dalam sel. Cyanobacteria, atau
"bakteri biru-hijau," telah ditemukan di batuan dari Archean, 3,5
miliar tahun lalu. Cyanobacteria (bersama dengan bakteri lainnya) juga
membentuk tikar dan gundukan dikenal sebagai stromatolites, yang ada di bumi
dari lapisan prakambrium sampai hari ini. Fosil terkecil yang pernah ditemukan
milik magnetobacteria, yang membentuk nanometer ukuran kristal-dari mineral
magnetit di dalam sel mereka.
Jenis-jenis jamur yang kita makan atau yang ada juga mulai
dipelajari dalam ilmu ini. Jamur ini kebanyakan tidak membuat makanan mereka
sendiri, seperti yang tanaman lain lakukan. Beberapa cara seperti parasitisme
dan beberapa bentuk simbiosis yang lain untuk dapat berhubungan dengan ganggang
atau tanaman disekitarnya untuk mendapatkan nutrisi. Mereka dapat ditemukan di
tanah atau pada organisme lain sebagi parasit, dapat juga dalam lingkungan
perairan. Selain itu mereka juga merupakan dekomposer pokok organik material di
Bumi. Untuk ukuran beberapa jamur dapat tumbuh sangat besar (misalnya, jamur
dan puffballs), yang lain bersel tunggal (ragi), tetapi kebanyakan
multiselular. Meskipun jamur sering dianggap terlalu rapuh untuk fosil atau
terlalu sulit untuk diidentifikasi sebagai fosil, catatan fosil mereka akan
membawa kita kembali ke masa Prakambrium, dan mereka sering ditemukan di Devon
Bawah Rhynie Rijang Skotlandia.
Pada dasarnya ruang lingkup paleontology berkisar tentang
segala sesuatu yang telah hidup di masa lalu atau bisa dikatakan organisme
purba (baik hewan, tumbuhan, protista, jamur maupun bakteri) yang hingga kini
sudah punah dan hanya tertinggal fosil-fosil, jejak peradaban, lingkungannya
dan peninggalan-peninggalan lainnya. Sehinggga kita hanya meneliti dari
jejak-jejak yang tertinggal.
Ilmu-Ilmu yang
Berkaitan dengan Paleontologi
Sebagai satu cabang ilmu yang memiliki ruang lingkup kajian
yang sangat luas, paleontologi tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki kaitan
yang sangat erat dengan cabang keilmuan yang lain antara lain adalah :
- Zoologi dengan berbagai cabang
keilmuannya seperti mammalogi dan primatologi membantu dalam menganalisis
fosil hewan yang ditemukan,sangat berkaitan dengan paleozoologi.
- Morfologi dibutuhkan sejak
proses preparasi / perbaikan fosil yang ditemukan dan rekonstruksi fosil
sampai ke tingkat individu.
- Fisiologi dan Biokimia, ilmu
ini penting untuk analisa nutrisi yang dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk
hidup zaman purba ( paleonutrisi ), proses dan siklus reproduksi,jarak
imunologis serta identifikasi biokimiawi.
- Arkeologi merupakan ilmu yang
mempelajari kebudayaan ( manusia ) pada masa lampau melalui kajian
sistematis atas data bendawi yang ditemukan. Peninggalan arkeologis ini
sering disebut artefak yaitu alat yang dipakai manusia untuk
mengeksploitasi lingkungan. Ilmu ini sangat berkaitan dengan paleontologi
karena bermanfaat untuk mempelajari kebudayaan dan mengenali alat yang
dipakai oleh manusia purba.
- Geologi, ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang lapisan pembentuk bumi, proses pembentukannya yang
menjadi acuan penentuan umur relatif suatu fosil atau artefak peninggalan
manusia purba. Penentuan umur relatif berdasar skala waktu geologis dengan
urutan sejarah yang konsisten dan terdiri dari empat zaman yaitu
Prakambrium, Paleozoikum, Mesozoikum dan Senozoikum.
- Radiologi, ilmu ini berguna
dalam metode penentuan umur radiometrik yang dipakai untuk menentukan
umur batuan dan fosil dalam skala waktu absolut / sebenarnya. Metode ini
berdasarkan kandungan isotop suatu unsur dalam fosil yang terkumpul saat
organisme masih hidup.
Berikut beberapa
pengembangan dari ilmu Paleontologi:
- Paleoantropologi ( ilmu manusia purba ), Ilmu yang menyelidiki evolusi manusia sejak awal sejarah kemunculannya hingga zaman manusia logam serta variasi biologisnya dalam masa dan tempat. Hal yang dipelajari dalam paleoantropologis antara lain sisa bagian tubuh manusia.
- Paleopatologi, adalah ilmu yang menganalisa penyakit yang diderita manusia purba sehingga menyebabkan kematiannya.Bukti – bukti terlihat pada tulang belulang dan gigi – geligi
- Paleofloristik, ilmu yang mempelajari kumpulan fosil tumbuhan dalam dimensi ruang dan waktu,hal ini menggambarkan distribusi populasi tumbuhan dan migrasinya sebagai respon perubahan lingkungan di masa lampau.
Aplikasi paleontologi
1.
Menentukan
Umur Relatif Batuan
Kemunculan fosil dari zaman ke zaman selalu berbeda, sehingga
fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan sedimen. Fosil
Indeks: fosil yang kemunculannya sangat spesifik mewakili suatu zaman, contoh:
Ammonit pada Trias. Syarat-syarat fosil indeks: Memiliki penyebaran lateral
yang luas, kisaran umurnya pendek dan mudah dikenali.
2.
Melakukan
Korelasi
Korelasi:menghubungkan dua atau lebih satuan batuan
berdasarkan kesamaan umur. Biostratigrafi adalah menyusun suatu satuan batuan
berdasarkan kesamaan kandungan fosilnya. Dalam perkembangannya satuan
biostratigrafi sering identik dengan umur dari batuan itu sendiri.
3.
Menentukan
Lingkungan Pengendapan
Organisme dalam hidupnya dibatasi oleh suatu lingkungan,
dimana organisme tersebut dapat beradaptasi. Dengan demikian fosil dapat
dipergunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan. Syarat: fosil terendapkan
pada lingkungan dimana dia hidup (bioconoese ), lingkungan hidupnya sempit dan
mudah dikenali. Lingkungan Pengendapan : Darat, meliputi gurun, sungai, danau,
dan sebagainya. Sedangkan laut, meliputi: pantai, rawa, laut dangkal (neritik)
dsb.
4.
Mengetahui
Paleoklimatologi
Selain lingkungan hidup, organisme juga dipengaruhi oleh
iklim sebagai salah satu unsur lingkungan. Contoh: Koral biasanya hidup pada
iklim tropis - sub tropis.
Sumber :