Sistema Digestoria Part 6 (Usus)


Usus adalah bagian dari sistem pencernaan yang bermula dari lambung hingga anus . Pada usus terdiri dari dua bagian: usus kecil dan usus besar (kolon). Pada usus kecil terbagi lagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum, sedangkan usus besar terbagi menjadi cecum, kolon, dan rektum. Secara makroskopis, usus halus dibagi menjadi duodenum, jejunum dan ileum yang kontinyu satu sama lain dan pada dasarnya mempunyai struktur histologis hampir sama.


Secara umum usus berperan sebagai :

  • Tempat terjadinya pencernaan akhir dengan bantuan enzyma dari usus dan pankreas serta empedu dari hati.
  • Tempat penyerapan dari bahan-bahan yang telah dicerna yang diperlukan tubuh misalnya karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air.
  • Melakukan / membuang ampas-ampas pencernaan
a.       Usus halus (intestinum tenue)

Terdiri dari : duodenum , jejunum, dan ileum. Ciri umum : berselaput lendir berkelenjar yang membentuk vili untuk kelancaran penyerapan. Memiliki 3 macam sel pada epitel permukaan yakni : sel penyerap, sel mangkok dan sel argentafin. Memiliki lapis umum lengkap.

Secara mikroskopis tunika mukosa memiliki 3 lapisan yakni :
  • stratum villosum merupakan lapisan yang terdiri dari villi tanpa kelenjar.
  • Stratum glandulare memiliki lapis tunika propria yang mengandung kelenjar Liberkhun.
  • Stratum subglandulare merupakan bagian tunika propria yang bebas kelenjar langsung diatas muscularis mucosa. Pada karnivora dibedakan 2 strata yakni stratum granulosum dan stratum compacticum.
Macam-macam sel pada epitel permukaan usus halus :

  1. Sel penyerap (absortive cells)
Lamina epiteliasis mukosa dikenal sebagai epitel penyerap apada usus halus. Bentuknya silindris tinggi dan permukaan kutub bebasnya diperlengkapi dengan streated (mikrovili) border. Pada sitoplasma dibawah streated border bebas organoida dan para plasma lapisan ini disebut terminal web. Secara mikroskop elektron mikrovili tampak sebagai penjuluran sitoplasma yang panangnya 1,0 – 1,4 mikron dan diameternya 80 milimikron. Organoida sel terdapat dibawah terminal web misalnya kitokhondria, agranular, endoplasmik retikulum. Apparatus golgi terletak supra nuklear. Dalam sitoplasma daerah kutub basal tersebar mitokhondria, granular RES dan ribosoma bebas.

  1. Sel mangkok (Goblet cells)
Tersebar secara tidak teratur diantara sel penyerap dan melekat dengan juxtaluminal junctional complex. Sel ini dianggap kelenjar uniselular, daerah kutub bebas membesar karena menimbun butir musigen. Daerah kutub basal menyempit, mengandung inti dan sitoplasma yang bersifat basofil. Secara mikroskop elektron granular endoplasma retikulum dan aparatus golgi cukup jelas, terdapat antara musigen dan inti. Butir musigen muncul dari apparatus golgi dan memiliki selaput halus yang mudah pecah pada sediaan rutin, mempunyai tendensi untuk menggembung sehingga sulit untuk mempelajari mekanisme sekresinya. Selaput butir musigen dapat bergabung satu dengan yang lainnya bahkan dengan plasmalemma sehingga mukous dapat keluar dengan bebas. Pada usu halus sel mangkok semakin kebelakang semakin banyak dan menghasilkan mukous (lendir sebagai pelicin).

  1. Sel Argentafin
Terdapat pada semua hewan piara pada sepanjang saluran gastrointestinal, khususnya pada epitel kelenjar lieberkuhn dan kelenjar duodenum. Juga tersebar pada epitel penyerap di daerah Crypto of Lieberkhum, sel argentafin dibedakan dari sel tetangganya karena memiliki spesifik granula dalam sitoplasmanya dan tersebar secara soliter. Fungsi : belum jelas tetapi terdapat anggapan bahwa serotonin yang dikandungnya memiliki daya rangsang neuromuskular apparatus untuk meningkatkan peristaltik.

  1. Sel Paneth
Pada usus halus paneth tersebar pada dasar ujung kelenjar lieberkhum selnya berbentuk silindris atau piramidal inti bulat terletak di basal. Sitoplasmanya bersifat basofil dan pada kutub bebasnya berkumpul butir-butir sekreta yang dapat diwarnai dengan eosin dan orange G.

Secara histokimia dibuktikan adanya protein, hidrat arang dan arginin dalam butir sekreta. Peranannya belum jelas, pada tikus sekreta mengandung sulfatid mucosakharida dan protein dasar yang diduga mengandung lisosim suatu ensym yang menghancurkan kuman. Bila pendapat ini benar jelas adanya efek bakterisid dari sel paneth. Selain pada usu halus sel paneth terdapat pada usus halus dan caecum. Carnivora dan babi tidak memiliki sel paneth.

Villi Usus (Villi Intetinales)

Vili merupakan penjuluran selaput lendir yang menjorok kedalam lumen usus halus. Panjangnya 0,5 – 1,5 mm. Pada duodenum berbentuk daun sedangkan pada ileum berbentuk jari-jari.

Pada tiap villus terdapat 3 unsur yaitu pembuluh limfe (pembuluh khil), pembuluh darah dan saraf. Pada yang tergolong besar misalnya pada domba sering terdapat 2 pembuluh khil. Tunika propria banyak mengnadung serabut elastis, leukosit dan otot polos yang bersifat soliter. Yang terakhir ini berasal dari muskularis mukosa dan naik sampai ujung villus. Villi berfungsi untuk memperluas permukaan penyerapan, sednagkan mekanisme penyerapan dilakukan oleh sel-sel penyerap. Resorbsi lemak ditampung dalam pembuluh khil dan sisanya dalam pembuluh darah.

Villi hanya terdapat pada usus halus. Pada karnivora bentuknya langsing dan panjang, pada ruminansia pendek dan tebal. Bentuk, ukuran dan jumlahnya / cm² tergantung pada daerah usus halus. Kontraksi otot polos menyebabkan pemendekan villus dan terbentuklah lipatan melingkar dari epitel penutup, yang mendorong isinya kedalam pembuluh limfe / darah yang lebih besar. Pada relaksasi serabut elastis yang tadinya meregang akan mengembalikan pada posisi semula.

Kelenjar Usus (Glandula Intestinalis / Kelenjar Lieberkuhn)

Kelenjar ini terdapat dalam tunika propria mulai dari duodenum sampai anus, bentuknya tubulus sederhana. Epitel kelenjar ini silindris rendah dan mikrovilli tidak jelas. Sel mangkok tetap ada meskipun agak lebih banyak dan bentuknya lebih kecil serta langsing. Pada usus kasar jumlah sel mangkok makin banyak dan kelenjar semakin lurus. Pada crypt of lieberkhum epitel permukaan berubah menjadi epitel kelenjar. Di daerah ini bentuk selnya silindris rendah dan bersifat mitosis aktif dan diduga tempat terjadinya regenerasi.

Kelenjar lieberkhum menghasilkan lendir dna beberapa enzym pencernaan yang memecah peptida lemak dan karbohidrat. Juga menghasilkan neterokinase yang mengaktifkan tripsinogen dari getah pankreas.

Kelenjar Duodenum (Kelenjar brunen)

Kelenjar ini terdapat dalam sub mukosa. Kadang-kadang dapat sedikit menjorok ke dalam tunika propria. Kelenjarnya tergolong tubuloalveolar bercabang dengan epitel kelenjar yang mengandung warna agak cerah dibandingkan dengan kelenjar lieberkhum. Epitel kelenjar berbentuk silindris rendah inti bulat terletak di basal, pada karnivora mirip sel-sel dari kelenjar filorous. Di sekitar lobulus atau ujung kelenjar sering tampak otot polos yang berasal dari muskularis mukosa. Alat penyalurnya memiliki epitel silindris dan mengandung sel mangkok dan bermuara pada crypte lieberkhum.

Secara mikroskop elektron sel-sel ujung kelenjar memiliki banyak mitokhondria dan basal ergastoplasma atau granular endoplasmik retikulum. Apparatus golgi tumbuh subur dan diduga merupakan tempat sitensis dari fraksi karbohidrat sedangkan frkasi protein terjadi dalam granular endoplasmik retikulum dalam membentuk butir sekreta.

Folikel Getah Bening (lymphonodulus)

Pada usus halus lymphonodulus umumnya bersifat soliter tetapi sering mengelompok membentuk lymphonoduli agregati (daun peyer) misalnya pada ileum. Limfonoduli solitarii cukup banyak berbentuk bulat atau lonjong, terdapat pada tunika propria atau sub mukosa. Banyaknya tergantung pada daerah usus, jenis hewan, serta umur. Pada hewan muda relatif lebih banyak dan besar dari pada yang tua. Babi memiliki jaringan limfoid yang relatif lebih banyak dari jenis yang lain. Pada ayam hampir sepanjang usus terdapat jaringan limfoid. Daun peyer khas terdapat pada ileum. Secara makroskopis tampak bentuk elevasi atau depresi pada selaput lendir. Secara mikroskopik tampak adanya perubahan, misalnya muskularis mukosa tidak tampak, kelenjar lieberkhum dan brunner terdorong ke tepi, villi rendah atau tidak tapak. Tunika propria didaerah itu banyak mengandung limphosit dan leukosit.

Pada tempat dimana sering terjadi stasia dari isi usus, misalnya daerah ileosecal banyak terdapat jaringan limfoid, meskipun pada usus kasar lebih sering terdapat yang soliter. Pada ayam justru semakin kebelakang jaringan limfoid semakin banyak pada sekum sering terbentuk semacam tonsil.

Pada tempat dimana sering terjadi stasia dari isi usus, misalnya daerah ileosecal banyak terdapat jaringan limfoid, meskipun pada usus jasar lebih sering terdapat yang soliter. Pada ayam justru semakin kebelakang jaringan limfoid semakin banyak pada sekum sering terbentuk semacam tonsil.

Tunika muskularis

Pada sepanjang saluran gastrointestinal yang melakukan gerakan peristaltik, memiliki dua lapis otot polos yakni lapis sirkuler dan longitudinal. Diantara kedua lapis terdapat jaringan ikat yang mengandung pembuluh daerah misenterik pleksus dengan kelompok sel saraf multipolar. Kelompok yang besar disebut ganglion pleksus Auerbach terletak pada stratum intermuskulare. Dari sini keluar cabang yang berhubungan engan ganglion pleksus Meisner yang terdapat pada submukosa. Pleksus Auerbach memberikan serabut menuju otot polos yang membentuk tunika muskularis, sedangkan pleksus Meisner memberikan cabang pada selaput lendir. Saluran gastrointestinal dipengaruhi oleh susunan saraf otonom yang terdiri dari kelompok parasimphatikus.

Usus halus yang terdiri dari : Duodenum, Jejunum dan Ileum ditandai dengan adanya villi, sedangkan pada usus kasar tidak ada villi. Ketiganya sulit dibedakan tapi sebagai pedoman bahwa duodenum memiliki kelenjar Brunner dan Ileum memiliki daun peyer disamping tunika muskularis yang lebih tebal. Umumnya tebal tunika muskularis meningkat dalam menuju ileum, kecuali pada sapi yang semakin menipis.

Histofisiologi

Dalam usus halus, proses pencernaan diselesaikan dan hasil-hasilnya diabsorpsi. Pencernaan lipida terjadi sebagai akibat kerja lipase pankreas dan empedu. Asam-asam amino dan monosakarida yang erasal dari pencernaan protein dan karbohidrat diabsorpsi oleh sel-sel epitel melalui transport aktif tanpa korelasi morfologis yang dapat dilihat. Pada binatang yang baru lahir pemindahan protein yang tidak dicernakan dari kolostrum terjadi sebagai akibat proses pinositosis pada ujung sel. Dengan jalan ini antibodi yang disekresi kedalam kolostrum dapat dipindahkan ke binatang musa, suatu aspek penting dari mekanisme kekebalan. Kemampuan untuk memindahkan protein ini hampir hilang seluruhnya setelah beberapa hari minimal pada dewasa. Akibat kontraksi dari dua sistem sel yang terpisah sel-sel otot polos berjalan vertikal antara muskularis mukosa dari dua sistem sel yang terpisah sel-sel otot polos berjalan vertikal antara muskularis mukosa dan ujung villi dapat berkontraksi dan memperpendek villi. Untuk menambah kontraksi villi, jala-jala kontraktil myofibroblas merentangkan villi kesamping. Bila sel-sel ini berkontraksi villus yang gemuk pendek, yang berkontraksi sebelumnya kembali ke tinggi asalnya.

Pergerakan yang asinkron terjadi dengan kecepatan beberapa kali per menit. Selama pencernaan, kecepatan meningkat dan binatang yang puasa kecepatannya lebih rendah. Kontraksi ini juga cenderung mengosongkan pembuluh limfe mesentrik. Pergerakan mikrovilli memegang peranan penting dalam proses absorpsi metabolit. Pada gangguan antrofi mukosa usus halus akibat infeksi atau defisiensi nutrisi, absorpsi metabolit sangat terganggu yang mengakibatkan sindroma malabsorpsi. Sering kali limfosit terdapat antara sel-sel epitel usus halus yang kemudian dapat bermigrasi kembali ke lamina propria dan dari sini kembali ke pembuluh limfe.

b.      Usus Kasar (Intestinum crassum)

Fungsi utamanya adalah : menyerap air, menyerap vitamin dan mineral, menghasilkan lendir sebagai pelicin. Ciri umum memiliki lapisan umum lengkap Tunika mukosa relatif lebih teba dari usus halus serta tidak memiliki villi. Tidak memiliki sel mangkok dan ujung kelenjar lieberkhum lebih lurus dan panjang.

  1. Caecum
Bervariasi dalam ukuran diantara spesies yang ebrbeda. Pada herbivora dengan lambung tunggal misalnya kuda, caecum relatif besar dna penting dalam proses fermentasi bakteri. Tetapi pada karnivora kecil. Pada hewan piara nodulus limfatikus terdapat sepanjang caecum, sedangkan pada anjing, babi dan ruminansia jaringan limfoid terbatas hanya pada ileo caecal. Pada caecum tidak ditemukan villi, struktur yang lain sama dengan usus halus.

  1. Colon
Tunika mukosanya tebal karena penambahan dari glandula intestinalis dibandingkan dengan usus halus. Tidak terdapat villi permukaan mukosa halus. Ditandai dengan penambahan sel goblet. Pada sub mukosa ditemukan jaringan limfoid sampai dengan ke lapisan muskularis mukosa. Pada babi dan kuda lapisan longitudinal Tunika muskularis sangat luas yang diselingi oleh serabut elastis. Bahkan pada caecm dan colon lebih banyak dijumpai serabut elastis dibandingkan dengan sel-sel otot polos.

  1. Rectum
Seperti juga colon dan caecum permukaan mukosa rectum halus dan cenderung terjadi penambahan sel goblet. Pada dasarnya masing-masing species hewan memiliki struktur histologi sama. Serabut elastis sangat banyak pada kuda dan sapi dan pada kambing domba dan biri-bir sedikit berkurang. Permukaan luar dan dalam mengandung serabut elastis. Semua hewan piara memiliki flexus venosus pada lamina propria. Pada anjing kira-kira seratur nodulus limfatikus tersebar secara soliter.

  1. Anus
Di daerah anus epitel berubah menjadi epitel pipih banyak lapis dengan papil mikroskopik dan pada garid anorektual berubah menjadi silindris sebaris. Pada babi dan karnivora daerah ini membentuk zona kolumnaris ani yang mengandung jaringan limfoid secara difuns secara flexus venosus. Kuda dan babi memiliki kelenjar tubulo alveolar disebut kelenjar anus (glandula anales) dengan sekreta bersifat sebagai lendir (babi) atau berminyak (anjing).

Tunika mukosa anus bebas dari kelenjar kecuali pada zona cutanea yang memiliki epitel bertanduk, rambut, kelenjar palit dan kelenjar peluh. Pada anjing didaerah ini terdapat sirkum anal. Bagian superficial terdiri dari kelenjar tubulus dengan epitel pubis, inti pucat dan butir-butir sekreta dalam sitoplasmanya. Pada anus karnivora diadaerah lateral dan ventral terdapat kantong anus (anal sac) yang mengandung kelenjar. Dindingnya memiliki epitel pipih banyak lapis berpigmen dna bertanduk. Lamina propria tidak menunjukkan papil mikroskopis tetapi memiliki jaringan limfoid dengan limfonodulus dan otot polos.

Sumber :








Cari

Copyright Text