Sistema Digestoria Part 5 (Lambung (Ruminansia))


Dibedakan atas 2 bagian yaitu lambung depan tanpa kelenjar dan lambung belakang / lambung sejati dengan kelenjar. Dengan demikian terdapat lambung ganda misalnya pada ruminansia.

  • Lambung depan (Proventriculus)
Memiliki 3 daerah :
    • Rumen (lambung handuk)
    • Retikulum (lambung jala)
    • Omasum (lambung buku)
Ciri khas lambung depan :
·    Berselaput lendir kutan. Pada epitel pipih banyak lapis yang bertanduk terdapat gelembung-gelembung, selanjutnya disebut sel gelembung (vesiculated cell).
·       Tidak terdapat kelenjar pada mukosa maupun sub mukosa.

  1. Rumen
Mukosa membentuk penjuluran makroskopik berbentuk batang yang hampir sama tingginya. Muskularis mukosa tidak tampak sehingga tunika propria berbatasan langsung dengan sub mukosa. Pada sub mukosa terdapat banyak pembuluh darah dan saraf tanpa adanya folikel getah bening.

Sel gelembung terdapat pada stratum lucidum yang sitoplasmanya sulit mengambil zat warna. Didalamnya terdapat asam lemak dan pada sel-sel stratum corneum terdapat lipida dalam bentuk trigliserida.

Tunika muskularis terdiri atas 2 lapis : lapis dalam tersusun melingkar dan lapis luar tersusun memanjang. Diantaranya terdapat jaringan ikat dengan ganglion otonom. Subserosa agak tebal dan banyak mengandung sel lemak, pembuluh darah dan saraf. Lapis paling luar terdiri dari serosa.

  1. Retikulum
Mukosa membentuk penjuluran makroskopis yang memberikan aspek sebagai anyaman jala. Bangun mikroskopis mukosa mirip dengan rumen, hanya pada penjuluran-penjuluran tinggi tedapat otot polos sebagai kelanjutan dari muskularis mukosa esophagus.

Muskularis mukosa tidak ada.Tunika muskularis seperti pada rumen terdapat 2 lapis dengan susunan yang berbeda, dan merupakan kelanjutan dari tunika muskularis esophagus. Suleus reticuli (ventriculer groove) jelast erdapat pada hewan muda yang masih menyusui, yang secara tofografis terdapat di daerah retikulum omasum dan abomasum.

  1. Omasum
Mukosa membentuk penjuluran yang tinggi. Meskipun penjuluran satu dengan lainnya tidak sama tingginya. Tidak terdapat folikel getah bening, tetapi muskularis mukosa ada dan ikut naik mengikuti penjuluran sampai puncaknya. Pada penjuluran yang tinggi otot polos dari tunika muskularis ikut naik dan pada puncak penjuluran bersatu dengan muskularis mukosa. Pada penjuluran yang rendah hanya muskularis mukosa yang baik dan menyebar membentuk balok otot polos.

Pada lantai omasum didapat lipatan mukosa yang pada kambing sering ditemukan kelenjar bersifat mukous atau seromukous. Bahkan pada sulcus reticuli domba dapat ditemukan kelenjar meskipun tidak begitu nyata. Tunika muskularis ada 2 lapis : lapis luar tipis dna lapis dalam lebih tebal.

  • Lambung belakang / lambung sejati
Ciri khas :

·         Memiliki lapis umum lengkap
·         Berselaput lendir, berkelenjar dengan epithel silindris sebaris.

Berdasarkan macam kelenjarnya dibedakan atas 3 daerah yaitu :

  1. Daerah kardia dengan kelenjar kardia
Epitel permukaan silindris sebaris, pada daerah foveolae gastrikae epitel semakin rendah dan selanjutnya berubah menjadi epitel kelenjar kardia. Pada tunia propria terdapat kelenjar kardia yang bersifat majemuk dengan ujung kelenjar membentuk gulungan. Lumen kelenjar cukup jelas dengan epitel berbentuk kubis atau piramidal, pada kutub bebasnya terdapat butir-butir musigen (babi). Parenkhim terdiri dari sel pembentuk lendir dari sel. Fungsi kelenjar kardia menghasilkan lendir (mukous).

  1. Daerah fundus dengan kelenjar fundus
Kelenjar ini paling luas penyebarannya. Bangun kelenjarnya sedikit berbeda dengan kelenjar kardia, karena kurang bercabang dan ujung kelenjarnya agak lurus. Leher kelenjar dapat jelas dibedakan dari badan kelenjarnya karena bentuk epitelnya yang berbeda, terdiri dari sel leher, sel utama dan sel parietal.

·         Sel leher (mucous neck cells)
Bentuknya silindris rendah, inti terletak di basal, mengandung butir-butir yang dapat diwarnai dengan musikarmin. Sel leher tidak banyak jumlahnya dan terdapat diantara sel parietal dan sel utama di daerah leher kelenjar. Secara makroskopik elektron sel leher memiliki mikrivili pendek pada permukaan sel, dipertautkan oleh desmusoma dengan sel yang lainnya. Pada kutub bebasnya terkumpul butir-butir berbentuk lonjong. Apparatus golgi jelas dna mitokhondria banyak. Sel leher menghasilkan lendir dan mungkin urease.

·         Sel utama (chief cells / zymogenic cells)
Berbentuk kubis atau silindris rendah, tersebar pada ujung kelenjar dan paling banyak jumlahnya. Sel utama mengandung butir-butir yang jelas pada kutub bebasnya dan diduga mengandung pepsinogen, suatu bahan yang nantinya membentuk pepsin. Secara mikroskop elektron terlihat butir-butir zymogen, apparatus golgi yang bersifat supranutreal dan granuler endoplasmic reticulum. Pada sediaan histologik sitoplasma memberi aspek basofil. Fungsi menghasilkan pepsin dan renin (pada hewan muda).

·         Sel parietal (oxyntic cells)
Selnya besar dan tersebar diantara sel utama dna sedikit menonjol keluar. Bentuknya piramidal atau bulat, intinya besar dna bulat. Sitoplasmanya mengambil warna kuat dengan eosin, phloxin dan asam anilin B. Ciri khas dari sel parietal adalah intra selular kanalikuli berupa jalinan saluran halus sekitar inti, bermuara melalui ujung sel ke dalam lumen kelenjar fundus. Secara mikroskop elektron kutub bebas sel parietal menunjukkan invaginasi dalam membentuk kanalikuli. Sedangkan kanalikuli diperlengkapi dengan mikrovili yang cukup panjang. Kutub bebas sel parietal menonjol bebas kedalam lumen kelenjar dan berbatasan dengan sel zymogen disekitarnya melalui terminal bars dan desmosoma. Sitoplasma memiliki banyak mitokhondria granuler reticulum dan ribosoma sangat sedikit dan tidak menunjukkan adanya butir sekreta. Apparatus golgi mengambil posisi intranuklear. Fungsi menghasilkan HCL.

·         Sel Argentafin (Enterochromaffin cells)
Selain pada usus sel argentafin terdapat pula pada fundus, tapi jarang pada pilorus. Sel ini tersebar soliter diantara sel zymogen, berbentuk bulat atau memipih dan dalam sitoplasmanya tersebar butir-butir halus yang dapat diwarnai dengan garam perak atau khrom. Secara isoteknik dibedakan atas : true argentafin dan argylopholic cells, karena yang pertama spesifik granula dan mampu mereduksi garam perak tanpa mendapat pengerjaan pendahuluan, sedangkan yang ke dua justru memerlukan bahan untuk mereduksi sebelum butir-butir bereaksi dengan perak.

Secara elektron mikroskop inti menunjukkan adanya invaginasi dari dinding inti. Dalam sitoplasmanya banyak tersebar butir-butir berbentuk bulat, masing-masing terbungkus oleh membran yang longgar. Fungsi diduga sebagai tempat sintesa dan penyimpanan dari 5-hidroksitriptamin (serotonin), suatu bahan perangsang kontraksi otot polos. Disamping itu juga menghasilkan gastrin dan bradikinin yang berfungsi untuk mengatur aktifitas motor

  1. Daerah pilorus dengan kelenjar pilorus
Ciri khas pilorus memiliki tebal foveolae gastriae yang paling dalam, menjorok sampai kira-kira separuh dari tebal selaput lendirnya. Tipe kelenjarnya adalah tubulus sederhana berdabang dengan ujung kelenjar berkelok-kelok. Lumen ujung kelenjar agak luas. Epitelnya silindris, intinya terletak di basal, sitoplasma beraspek cerah. Butir-butir sekretanya tidak jelas. Diantara sel-sel ujung kelenjar sering terlihat adanya sel Stohr dengan sitoplasma dengan berwarna merah dan posisi inti lebih ke tengah. Sel ini terlihat pada babi namun peranannya belum diketahui dengan pasti. Fungsi : menghasilkan mukous sedikit protease dan gastrin.

Sumber : 





Cari

Copyright Text