MAKALAH KARSINOLOGI : TEKNIK BUDIDAYA UDANG


MAKALAH KARSINOLOGI

TEKNIK BUDIDAYA UDANG





Di susun oleh:
Muhammad A. Aziz Henditama
M0410041




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012



LATAR BELAKANG

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki lahan budidaya ikan dan udang yang luas sehingga  Indonesia berpotensi mengembangkan budidaya tambak udang. Dalam usaha pemeliharaan udang secara komersial yang utama adalah udang putih dan udang windu, sebab kedua jenis udang inilah yang bisa mencapai ukuran besar, dan mempunyai pasaran yang baik untuk ekspor.

Perkembangan budidaya udang windu sejak  1980 sampai 1990 mungkin bisa dikatakan pada titik puncaknya.Udang merupakan komuditas ekspor yang berhasil meningkatkan devisa negara dari non-migas. Pesatnya jumlah perusahaan pertambakan yang terhampar di sepanjang pantai utara jawa dan di Indonesia tak lepas dari ketersediaan lahann pertambakan dan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang memungkinkan  dikembangkan usaha budidaya udang tersebut.

Hal lain yang bisa mendorong lajunya pertumbuhan perusahaan pertambakan tersebut adalah dengan adanya permintaan akan kebutuhan udang yang terus meningkat dari tahun di mana produksi udang yang dihasilkan belum mencukupi kebutuhan udang di dunia. Karena udang merupakan sebagai komoditas ekspor yang mempunyai harga baik yang harus tetap di tingkatkan produksinya. Indonesia merupakan daerah tropis di mana pada pola tanam pemeliharaan udang dapat dilakukan sepanjang tahun. Hal tersebut sangatlah berbeda dengan dengan jepang yang mempunyai 4 iklim sehingga budidayanya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat baik di pasar lokal maupun pada tingkat international sangat perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas udang yang akan diproduksi karena mempengaruhi permintaan konsumen.

Produksi udang nasional relatif stabil. Kondisi ini menunjukkan usaha tambakudang memberikan nilai ekonomi yang layak dan menguntungkan. Sentra-sentraproduksi utama tambak udang adalah Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara,Lampung dan Jawa Barat. Perkembangan produksi udang nasional  pada tahun1997-2001 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 . Perkembangan produksi udang nasional pada tahun 1997-2001.

Tahun
Volume (Ton)
Pertumbuhan (%)
1997
368.190

1998
375.776
2,187
1999
416.000
9,669
2000
360.000
-15,555
2001
365.750
15,972
Jumlah
1.885.716


Sumber: Badan Pusat Statistik, Jakarta 2003

TEKNIK BUDIDAYA UDANG

1. Teknis Budidaya

Budidaya udang windu meliputi beberapa faktor, yaitu :
  • a.       Syarat Teknis

a.       Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah pecah.
b.      Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26 – 300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya.Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.
c.       Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain.
d.      Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai Generator sendiri.
  • b.      Tipe Budidaya

Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan menjadi :
a.       Tambak Ekstensif atau tradisional. Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur.
b.      Tambak Semintensif. Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah, penggunaan pakan buatan masih sedikit.
c.       Tambak Intensif.Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan pengawasan udang, padat tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik.
  •  c.    Benur


Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.
  • d.   Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan, meliputi :
  1. Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
  2. Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
  3. Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha.
  4. Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
  5. Perlakuan pupuk TON ( Tambak Organik Nusantara ). Untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha untuk tambak yang masih baik atau masih baru dan 10 botol TON untuk areal tambak yang sudah rusak. Caranya masukkan sejumlah TON ke dalam air, kemudian aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan tambak.

  • e.    Pemasukan Air


Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.
  • f.     Penebaran Benur

Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran benur adalah :
  1. Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
  2. Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15-30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
  3. Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
  4. Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak. Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

  • g.     Pemeliharaan


Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis. Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan dosis 1-2 botol TON/ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan bahan-bahan beracun dari luar tambak.

Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON.

Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.
  • h.     Panen

Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 – 50. Sedang panen emergency dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan habis/mati.

Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.

Persoalan dalam Proses Budidaya Udang

Selama hampir 3 (tiga) dekade (antara Tahun 1970 s/d 1998) bisnis perudangan Indonesia telah mampu menyihir minat para pelaku usaha untuk menggelontorkan investasi dengan nilai yang sangat besar untuk melakukan spekulasi bisnis pada usaha ini. Namun terjadi penurunan produksi udang pada tahun 2009 dan 2010 pada kenyataannya lebih disebabkan oleh kegagalan produksi sebagai akibat serangan virus, dimana sumbernya dapat berasal dari udang impor. Importasi udang dan produknya dari negara lain memberikan kemungkinan penyakit udang untuk masuk ke Indonesia, hal ini dapat mempengaruhi kesehatan dan berdampak terhadap kegagalan produksi udang nasional yang pada giliranya dapat mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat pembudidaya.

Permasalahan pada tambak udang yang paling sering kita jumpai adalah masalah penyakit. Diantara penyebab penyakit ini di pengaruhi beberapa factor antara lain:
  1. Pemilihan lokasi yang sesuai dengan komoditas udang meliputi system irigasi baik, kualitas tanah dasar tidak tanah masam, konstruksi tambak kedap (maksimum bocoran 10%/minggu).
  2. Musim tebar yang tepat dan serentak pada tambak dalam kawasan/cluster (Use an all-out, all-in, once-only stocking of participating ponds),
  3. Penerapan bioskurity secara maksimal dengan menggunakan benih sehat (negative tes PCR), tandon (resevoar) atau biofilter untuk mencegah carier dan untuk perbaikan mutu air.
  4. Menjaga kestabilan lingkungan tambak selama proses pemeliharaan yaitu pengelolaan air terutama Pengelolaan Oksigen terlarut pada dasar tambak dan pengelolaan pakan.
  5. Memaksimalkan produk udang yang aman pangan (food safety), berkualitas dan menguntungkan dengan tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya yang di larang.

Namun dari segi teknologi pembudidayaan udang terdiri atas beberapa tahapan teknologi budidaya, yaitu teknologi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Untuk mendukung budidaya pada berbagai tahapan diperlukan teknologi lain, misalnya, teknologi pakan dan nutrisi, pengendalian hama penyakit, pengelolaan kualitas air dan teknologi panen dan pasca panen serta pemasaran (Nastiti et. al, 2001).

Manajemen Produksi
Manajemen produksi mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi. Di dalamnya terdapat juga pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi jangka pendek, menengah, atau jangka panjang. Dengan demikian diharapkan bahwa pengusaha dapat berproduksi secara lebih efektif dan efisien.

Bisnis perikanan yang cukup kompleks sifatnya memerlukan pemikiran yang cermat agar terhindar dari resiko yang tidak diharapkan. Aspek produksi ini mencakup hal-hal mengenai persiapan dan proses produksi.
  • 1.      Persiapan Produksi


Hal hal yang harus menjadi perhatian dalam persiapan produksi perikanan meliputi:
  1. Perencanaan produk, jenis ikan apa yang hendak diproduksi? Apakah mempunyai pasaran yang baik? Apakah sesuai dengan lahan yang tersedia? Pertanyaan pertanyaan seperti ini perlu dipikirkan dalam mengambil keputusan.
  2. Perencanaan lokasi usaha, lokasi yang tepat akan mempunyai pengaruh positif bagi kelangsungan usaha.oleh karena itu, dalam penentuan lokasi juga di pertimbangkan hal hal yang berdampak positif ataupun negatif dan faktor faktor yang berpengaruh (aspek teknis ekonomis, aspek iklim, aspek agronomis)
  3. Perencanaan standar produksi, pengusaha yang berpikir maju tidak hanya sekedar mementingkan jumlah produksi saja, tetapi juga mengutamakan kualitas produksinya, hal ini sangat berperan dalam menentukan segmen pasar
  4. Pengadaan tenaga kerja, bisnis perikanan mencakup beberapa bidang pekerjaan, secara mudahmya dibagi menjadi bidang budi daya dan manajemen (administrasi). Kedua bidang ini terdiri dari bermacam macam pekerjaann dari yang sederhana sampai yang rumit. Banyak sedikitnya jumlah pekerja dan tinggi rendahnya suatu upah harus disesuaikan dengan kemampuan dan tanggung jawab yang diemban.

  • 2.      Budidaya perikanan


Tujuan budi daya perikanan yaitu untuk mendapatkan produksi perikanan yang lebih baik atau lebih banyak dibandingkan dengan hasil dari ikan yang hidup di alam secara liar. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya perikanan antara lain:
  1. Penyediaan benih, benih yang baik dan berkualitas unggul sangat penting untuk memperoleh produksi yang tinggi
  2. Pembuatan tempat pemeliharaan, luas tempat yang disediakanuntuk pembudidayaan harus sesuai dengan jumlah populasi yang ditebar, tidak kalah penting yang harus dilakukan adalah untuk memahami karakteristik dan tingkah laku ikan
  3. Pengairan, tanpa sistem pengairan yang baik tidak mungkin usaha perikanan bisa berhasil. Oleh karena itu kebersihan air dan debit yang cukup, penting demi kelancaran pemeliharaan. Pintu saluran air perlu selalu diperiksa untuk mengatur pengeluaran dan pemasukan air
  4. Pakan dan Pemupukan, peranan pakan sangat penting untuk meningkatkan produksi. Kandungan gizi pakan lebih berperan dibandingkan dengan jumlah yang deberikan. Usahakan memberi pakan sesuai dengan kebutuhan, jangan kebanyakan atau kekurangan. Baru baru ini banyak di galakkan menggunakan pakan alami, karena ramah lingkungan
  5. Pengendalian hama dan penyakit, untuk membasmi hama yang hidup di air, dapat digunakan bahan beracun organik, seperti tepung biji teh yang mengandung racun saponin, akar tuba yang mengandung racun rotenon, atau tembakau yang mengandung racun nikotin. Hal yang penting untuk pengendalian hama dan penyakit ini yaitu perawatan dan pemeliharaan kesehatan air serta kebersihan lingkungan disekitar kolam.

  • 3.      Pascapanen


Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut. Terkadang sangat melimpah, sedangkan pada suatu saat sangat rendah. Oleh karena itu untuk menjaga keseimbangan dan mencegah proses pembusukan perlu dikembangkan dengan berbagai cara pengawetan. Dalam hal ini mencakup:
  1. Penanganan ikan hidup, dalam penanganan ikan hidup ini yang terpenting yaitu cara mengusahakan agar ikan ikan tersebut sampai ke tangan konsumen masih dalam keadaan hidup, segar dan sehat. Hal hal yang harus diperhatikan antara lain adalah: kebutuhan oksigen, alat dan transportasi untuk mengangkut ikan, waktu pengangkutan, jumlah ikan dalam alat pengangkutan jangan terlalu padat
  2. Penanganan ikan segar, atau istilah lainnya adalah handling, merupakan salah satu bagian penting dalam mata rantai industri perikanan. Baik buruknya ikan segar akan mempengaruhi mutu ikan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan mentah untuk proses pengolahan lebih lanjut.
  3. Pengawetan, dasar pengawetan ikan adalah untuk mempertahankan ikan selama mungkin dengan menghambat atau menghentikan proses pembusukan, baik dengan cara tradisional (pengeringan, pengasapan, penggaraman, fermentasi), cara modern (pendinginan, pembekuan, pengalengan ikan, tepung ikan)
  4. Packing, dilakukan terutama untuk konsumsi ikan segar, cara packing harus disesuaikan dengan jarak lokasi usaha ke konsumen. Yang terpengting yaitu mempertahankan keawetan ikan segar sampai ke konsumen agar harganya tidak turun.

Daftar Pustaka.

(BPS) Badan Pusat Statistik. 2003. Perkembangan produksi udang nasional pada tahun 1997-2001. Badan Pusat Statistik : Jakarta

Nastiti, A.S, Krismono, Kartamihardja E.S. 2001. Dampak Budidaya Ikan dalamKaramba jaring Apung terhadap Peningkatan Unsur N dan P di PerairanWaduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Jurnal Penelitian PerikananIndonesia, 7(2) : 22-30.

Cari

Copyright Text