Rajungan


Negara Indonesia dikenal sebagai negara bahari dimana wilayah lautnya mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya mencapai 1,9 juta km2. Wilayah laut yang sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam perikanan yang sangat berlimpah, salah satunya adalah kepiting. Kepiting yang ada di Perairan Indo Pasifik lebih dari 234 jenis dan sebagian besar yaitu 124 jenis ada di Perairan Indonesia. Jenis kepiting yang populer sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal adalah Scylla serrat dan jenis lain yang tidak kalah penting di pasaran adalah Portunus pelagicus yang biasa disebut rajungan.

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan kepiting laut yang banyak terdapat di Perairan Indonesia yang biasa ditangkap di daerah Gilimanuk (pantai utara Bali), Pengambengan (pantai selatan Bali), Muncar (pantai selatan Jawa Timur), Pasuruan (pantai utara Jawa Timur), daerah Lampung, daerah Medan dan daerah Kalimantan Barat. Rajungan telah lama diminati oleh masyarakat baik di dalam negeri maupun luar negeri, oleh karena itu harganya relatif mahal. Rajungan (Portunus pelagicus) banyak ditemukan pada daerah dengan geografi yang sama seperti kepiting bakau (Scylla serrata). P. pelagicus dikenal dengan blue swimming crab atau kepiting pasir dan merupakan hasil samping dari tambak tradisional pasang-surut di Asia. Sejak tahun 1973 di negara tetangga, rajungan (Portunus pelagicus) merupakan hasil laut yang penting dalam sektor perikanan.

Rajungan di Indonesia sampai sekarang masih merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang diekspor terutama ke negara Amerika, yaitu mencapai 60% dari total hasil tangkapan rajungan. Rajungan juga diekspor ke berbagai negara dalam bentuk segar yaitu ke Singapura dan Jepang, sedangkan yang dalam bentuk olahan (dalam kaleng) diekspor ke Belanda. Komoditas ini merupakan komoditas ekspor urutan ketiga dalam arti jumlah setelah udang dan ikan. Sampai saat ini seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari hasil tangkapan di laut, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi di alam. Alternatif yang sangat bijaksana untuk menghindari kepunahan jenis kepiting ini melalui pengembangan budi daya.

Beberapa spesies rajungan yang memiliki nilai ekonomis adalah Portunus trituberculatus, P. gladiator, P. sanguinus, P. hastatoides dan P. pelagicus, sementara yang banyak diteliti saat ini adalah P. pelagicus dan P. trituberculatus.

Populasi rajungan di alam semakin terancam dengan rusaknya habitat dan juga eksploitasi oleh nelayan di beberapa daerah sehingga mengakibatkan rendahnya ketersediaan rajungan di alam. Penangkapan kepiting rajungan yang berlebih itu tak lepas dari besarnya permintaan untuk ekspor, antara lain ke Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan beberapa negara Eropa. Permintaan pasar terhadap rajungan yang sangat tinggi harus segera diatasi dengan melakukan budidaya/akuakultur terhadap spesies yang dimaksud. Prospek akuakultur rajungan cukup besar namun kendala-kendala teknis hingga saat ini masih menghambat kesuksesan dalam akuakultur.

Perilaku Rajungan

Rajungan lebih suka tinggal terkubur di bawah pasir atau lumpur , khususnya selama siang hari dan musim dingin, yang dapat menjelaskan toleransi yang tinggi mereka untuk NH4+ dan NH3. Binatang ini keluar untuk mencari makan selama pasang tinggi untuk mencari makanannya yaitu organisme seperti bivalvia, ikan dan alga. Rajungan merupakan perenang yang sangat baik, sebagian besar karena sepasang kaki pipih yang menyerupai dayung. Namun, berbeda dengan kepiting lain Scylla serrata, Rajungan tidak dapat bertahan untuk waktu yang lama jika keluar dari air.

Beda Rajungan dengan Kepiting

Perbedaan antara kepiting dan rajungan adalah hanya terletak pada kaki yang paling belakang; pada rajungan kaki yang terakhir itu merupakan sejenis anggota tubuh yang pipih tetapi lonjong (tidak runcing seperti kaki lainnya) yang umumnya digunakan untuk berenang, Rajungan juga lebih umum ditemukan di laut,Kalau kepiting bisa diternak, kalau rajungan itu hidup liar di laut. Cangkangnya bentol-bentol seperti macan tutul. Dagingnya juga jauh lebih manis dan lebih empuk serta gurih dari kepiting.

Sumber :


Cari

Copyright Text