Makanan
Cacing Tanah
Dalam kondisi tepat,
cacing tanah dapat makan sebanyak berat tubuh mereka per harinya. Sebagai
contoh, 1 kg cacing tanah dapat makan 1 kg makanan setiap hari. Namun
disarankan untuk memberikan makanan setengah dari berat tubuh cacing di awal
pemeliharaan untuk selanjutnya disesuaikan dengan kemampuan makan cacing. Jika
makanan terlalu banyak, tempat pemeliharaan akan menjadi bau karena cacing
tidak dapat memproses semua makanan sebelum makanan membusuk. Terlalu sedikit,
cacing akan kelaparan.
Cacing tanah akan makan
apa saja yang bersifat organik yang dapat diuraikan dan harus lembab. Cacing
tanah tidak bisa makan makanan kering. Makanan dicerna dalam ampela, yang
bertindak seperti gigi untuk menggiling makanan. Usus memecahnya lebih lanjut
dan keluar sebagai kotoran (castings) yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Sistem
Pencernaan Cacing Tanah
System pencernaan pada
cacing tanah sudah sempurna. Alat pencernaannya seperti mulut terletak dalam
rongga oris atau rongga buccale pada ruas 1-3, kemudian pharynx terdapat atau
terletak pada segmen (ruas) ke 4 dan ke 5. Pharynx bersifat muscular dan
berguna untuk mengisap partikel-partikel makanan. Esophagus terletak di ujung
pharynx memanjang dari segmen ke 6 sampai segmen ke 14. Proventriculus
merupakan bagian ujung esophagus yang membesar, dan dibagian ini makanan di
simpan, dinding proventriculus sendiri tipis. Ventriculus terletak di dalam
segmen ke 17-18 bersifat muscular dan berguna untuk mencerna makanan.
Intestine adalah merupakan lanjutan ke ujung dari ventriculus . dinding intestine
bagian dorsal melekuk ke dalam lumen intestine dan bagian ujung lekukan ini
membesar, sehingga terbentuklah banguna seperti kantong. Banhunan ini disebut
typhlosole. Typhlosole ini berguna untuk memperluas permukaan intestine
sehingga dapat mengabsorbsi sari-sari makanan lebih banyak.
Makanan cacing tanah
terdiri atas sisa-sisa hewan atau tanaman (tanah humus). Cacing tanah mencari
makanan di luar liang pada saat malam hari. Makanan diambil melalui mulutnya ,
kemudian masuk ke dalam esophagus dan kemudian
tercampur dengan cairan hasil kelenjar sekresi kelenjar kapur
(calciferous glands) yang terdapat pada dinding esophagus itu. Cairan ini
bersifat alkalis akan tetapi fungsinya yang tepat belum diketahui. Ada pendapat
yang mengatakan mungkin cairan ini berfungsi menetralkan makanan cacing tanah
yang bersifat asam. Selanjutnya dari esophagus, makanan lalu masuk ke dalam
proventriculus yang merupakan tempat penyimpanan makanan sementara. Kemudian
makanan masuk ked lam ventriculus. Di sini makanan dicerna menjadi
partikel-partikel yang halus. Dari ventriculus makanan lalu masuk ke dalam
intestine. Di dalam intestine, partikel-partikel makanan tadi akan dicerna
lebih lanjut, sehingga menjadi substansi-substansi yang lebih kecil, yang dapat
di absorbs oleh dinding intestine tersebut. Dinding intestine mengandung
kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim. Karena pengaruh enzim ini makanan
tadi dicerna menjadi monosakarida, asam lemak, dam gliserol dan asam amino yang
siap di absorbs.
Senyawa-senyawa
monosakarida, asam lemak dan gliserol
serta asam amino diabrorbsi oleh dinding intestine dan selanjutnya bersama-sam
dengan sirkulasi darah di angkut keseluruh bagian tubuh cacing tanah. Pada saat
cacing tanah mengambil makanan melalui mulutnya, ikut juga termakan sejumlah
partikel-partikel tanah. Kemudian sisa-sisa makanan beserta partikel-partikel
tadi dikeluarkan melaui anus dan diletakkan di atas permukaan tanah di dekat
lubang/liang tempat cacing tanah itu berada.
Sistem
Pernapasan Cacing Tanah
Cacing tanah tidak
memiliki alat pernafasan khusus maka ia menggunakan permukaan tubuh atau kulit-nya
sebagai tempat pertukaran O2 atau CO2 . Tubuh cacing
tertutup oleh selaput bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini
selalu lembap dan basah. Karena permukaan kulit (epidermis, pori-pori dorsal)
cacing tanah memiliki kelenjar yang berlendir, yang berfungsi membasahi
kulitnya tersebut.
Melalui selaput inilah
terjadi difusi antara oksigen dan karbondioksida yang kemudian diteruskan
kedalam pembuluh darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi . Di bawah
kulit cacing tanah terdapat kapiler-kapiler darah.. Melalui kapiler lah ini, oksigen berdifusi masuk, lalu
oksigen ditangkap atau diikat oleh
hemoglobin yang terkandung dalam darah cacing untuk selanjutnya
diedarkan ke seluruh tubuh. Gas hasil respirasi yaitu karbondioksida
dikeluarkan dari tubuh juga melalui permukaan kulitnya. Karena respirasi cacing
dilakukan melalui permukaan tubuhnya (integument), maka respirasi cacing
disebut respirasi integumenter.
Sistem integumen adalah
sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan
hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem
organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar
keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa
Latin "integumentum", yang berarti "penutup". Pertukaran
gas-gas pada cacing lebih mudah terjadi pada kulit yang lembab, sehingga cacing
hidup di tempat yang lembab. Habitat yang lembab akan menjaga permukaan di
tubuhnya tetap basah (lembab). Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah
berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap
lembab (kelembaban 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga
keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan
mencegah kehilangan air yang berlebihan. cacing yang terdehidrasi akan
kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70
- 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah
untuk bermigrasi ke media yang lebih cocok dan diedarkan oleh sistem peredaran
darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan dan
berdifusi keluar tubuh.
Sistem
Saraf Cacing Tanah
Sistem saraf pada
cacing tanah memiliki sistem saraf yang sederhana namun sensitif. Walaupun
sederhana tapi sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih maju yaitu
telah terbentuknya ganglia segmental sepanjang tubuhnya. Ganglia segmental
tersebut dihubungkan dengan tali saraf ventral.
Sistem saraf cacing tanah disebut susunan
saraf tangga tali, yaitu berupa sederetan ganglion yang terdapat pada setiap
ruas tubuhnya. Ganglion satu dengan ganglion yang lain dihubungkan oleh
benang-benang saraf yang memanjang disepanjang poros tubuhnya. Ganglion cacing
juga dibedakan atas ganglion kepala, ganglion bawah kerongkongan, dan ganglion
ruas-ruas badan.
System saraf cacing
tanah terletak disebelah dorsal pharynx di dalam segmen yang ke 3 dan terdiri
atas :
|
|
Dari tiap kelompok
sel-sel tersebut terdapat:
|
|
Ganglion supraoesofagus
(sub pharyngeal ) yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah
stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan
zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Otak terletak pada
ruas ke-3 di bagian dorsal pharing, dan memiliki 3 pasang saraf lateral. Ganglion tersebut dihubungkan dengan sepasang
alat penghubung dengan sepasang ganglion sub pharyngeal yang terletak di bawah
pharynx . dari situ akan menjadi batang saraf perifer yang terdiri atas saraf
afferent dan saraf efferent. Affrennt timbul dari sel saraf motoris , sedangkan
saraf yang bersala darinsel saraf pada epidermis berfungsi sebagai saraf
sensoris.
Tiap ganglion mempunyai
fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor
kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar
yang menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.
Alat
Indera
Cacing tanah tidak
memiliki mata dan telinga , tetapi di tubuhnya terdapat prostomium. Prostomium
ini merupakan organ syaraf perasa dan berbentuk seperti bibir. Organ ini
terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut. Prostomium
terdapat pada bagian depan tubuhnya. Adanya prostomium ini membuat cacing tanah
peka terhadap cahaya dan benda-benda di sekelilingnya. Itulah sebabnya cacing
tanah dapat menemukan bahan organik yang menjadi makanannya walaupun tidak
memiliki mata.
Sumber :