Cacing Tanah Part 2


Makanan Cacing Tanah

Dalam kondisi tepat, cacing tanah dapat makan sebanyak berat tubuh mereka per harinya. Sebagai contoh, 1 kg cacing tanah dapat makan 1 kg makanan setiap hari. Namun disarankan untuk memberikan makanan setengah dari berat tubuh cacing di awal pemeliharaan untuk selanjutnya disesuaikan dengan kemampuan makan cacing. Jika makanan terlalu banyak, tempat pemeliharaan akan menjadi bau karena cacing tidak dapat memproses semua makanan sebelum makanan membusuk. Terlalu sedikit, cacing akan kelaparan.

Cacing tanah akan makan apa saja yang bersifat organik yang dapat diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak bisa makan makanan kering. Makanan dicerna dalam ampela, yang bertindak seperti gigi untuk menggiling makanan. Usus memecahnya lebih lanjut dan keluar sebagai kotoran (castings) yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Sistem Pencernaan Cacing Tanah

System pencernaan pada cacing tanah sudah sempurna. Alat pencernaannya seperti mulut terletak dalam rongga oris atau rongga buccale pada ruas 1-3, kemudian pharynx terdapat atau terletak pada segmen (ruas) ke 4 dan ke 5. Pharynx bersifat muscular dan berguna untuk mengisap partikel-partikel makanan. Esophagus terletak di ujung pharynx memanjang dari segmen ke 6 sampai segmen ke 14. Proventriculus merupakan bagian ujung esophagus yang membesar, dan dibagian ini makanan di simpan, dinding proventriculus sendiri tipis. Ventriculus terletak di dalam segmen ke 17-18 bersifat muscular dan berguna untuk mencerna makanan. Intestine  adalah merupakan lanjutan  ke ujung dari ventriculus . dinding intestine bagian dorsal melekuk ke dalam lumen intestine dan bagian ujung lekukan ini membesar, sehingga terbentuklah banguna seperti kantong. Banhunan ini disebut typhlosole. Typhlosole ini berguna untuk memperluas permukaan intestine sehingga dapat mengabsorbsi sari-sari makanan lebih banyak.

Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan atau tanaman (tanah humus). Cacing tanah mencari makanan di luar liang pada saat malam hari. Makanan diambil melalui mulutnya , kemudian masuk ke dalam esophagus dan kemudian  tercampur dengan cairan hasil kelenjar sekresi kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada dinding esophagus itu. Cairan ini bersifat alkalis akan tetapi fungsinya yang tepat belum diketahui. Ada pendapat yang mengatakan mungkin cairan ini berfungsi menetralkan makanan cacing tanah yang bersifat asam. Selanjutnya dari esophagus, makanan lalu masuk ke dalam proventriculus yang merupakan tempat penyimpanan makanan sementara. Kemudian makanan masuk ked lam ventriculus. Di sini makanan dicerna menjadi partikel-partikel yang halus. Dari ventriculus makanan lalu masuk ke dalam intestine. Di dalam intestine, partikel-partikel makanan tadi akan dicerna lebih lanjut, sehingga menjadi substansi-substansi yang lebih kecil, yang dapat di absorbs oleh dinding intestine tersebut. Dinding intestine mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim. Karena pengaruh enzim ini makanan tadi dicerna menjadi monosakarida, asam lemak, dam gliserol dan asam amino yang siap di absorbs.

Senyawa-senyawa monosakarida, asam  lemak dan gliserol serta asam amino diabrorbsi oleh dinding intestine dan selanjutnya bersama-sam dengan sirkulasi darah di angkut keseluruh bagian tubuh cacing tanah. Pada saat cacing tanah mengambil makanan melalui mulutnya, ikut juga termakan sejumlah partikel-partikel tanah. Kemudian sisa-sisa makanan beserta partikel-partikel tadi dikeluarkan melaui anus dan diletakkan di atas permukaan tanah di dekat lubang/liang tempat cacing tanah itu berada.

Sistem Pernapasan Cacing Tanah

Cacing tanah tidak memiliki alat pernafasan khusus maka ia menggunakan permukaan tubuh atau kulit-nya sebagai tempat pertukaran O2 atau CO2 . Tubuh cacing tertutup oleh selaput bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah. Karena permukaan kulit (epidermis, pori-pori dorsal) cacing tanah memiliki kelenjar yang berlendir, yang berfungsi membasahi kulitnya tersebut.

Melalui selaput inilah terjadi difusi antara oksigen dan karbondioksida yang kemudian diteruskan kedalam pembuluh darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi . Di bawah kulit cacing tanah terdapat kapiler-kapiler darah.. Melalui kapiler  lah ini, oksigen berdifusi masuk, lalu oksigen ditangkap atau diikat oleh  hemoglobin yang terkandung dalam darah cacing untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Gas hasil respirasi yaitu karbondioksida dikeluarkan dari tubuh juga melalui permukaan kulitnya. Karena respirasi cacing dilakukan melalui permukaan tubuhnya (integument), maka respirasi cacing disebut respirasi integumenter.

Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup". Pertukaran gas-gas pada cacing lebih mudah terjadi pada kulit yang lembab, sehingga cacing hidup di tempat yang lembab. Habitat yang lembab akan menjaga permukaan di tubuhnya tetap basah (lembab). Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke media yang lebih cocok dan diedarkan oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh.

Sistem Saraf Cacing Tanah

Sistem saraf pada cacing tanah memiliki sistem saraf yang sederhana namun sensitif. Walaupun sederhana tapi sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih maju yaitu telah terbentuknya ganglia segmental sepanjang tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali saraf ventral.

 Sistem saraf cacing tanah disebut susunan saraf tangga tali, yaitu berupa sederetan ganglion yang terdapat pada setiap ruas tubuhnya. Ganglion satu dengan ganglion yang lain dihubungkan oleh benang-benang saraf yang memanjang disepanjang poros tubuhnya. Ganglion cacing juga dibedakan atas ganglion kepala, ganglion bawah kerongkongan, dan ganglion ruas-ruas badan.

System saraf cacing tanah terletak disebelah dorsal pharynx di dalam segmen yang ke 3 dan terdiri atas :

  • Ganglion cerebrale yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan commisura.
  • Berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya. Ganglion cerebrale terletak di sebelah dorsal pharynx, di dalam segmen ke 3.
Dari tiap kelompok sel-sel tersebut terdapat:

  • Saraf-saraf yang menginervasi daerah mulut dan berpangkal pada ujung anterior tiap kelompok sel-sel tersebut

  • Cabang saraf yang menuju ke ventral dan melingkari pharynx. Saraf ini disebut commisura circum pharyngeal yang berhubungan dengan berkas saraf ventralis

Ganglion supraoesofagus (sub pharyngeal ) yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Otak terletak pada ruas ke-3 di bagian dorsal pharing, dan memiliki 3 pasang saraf lateral.  Ganglion tersebut dihubungkan dengan sepasang alat penghubung dengan sepasang ganglion sub pharyngeal yang terletak di bawah pharynx . dari situ akan menjadi batang saraf perifer yang terdiri atas saraf afferent dan saraf efferent. Affrennt timbul dari sel saraf motoris , sedangkan saraf yang bersala darinsel saraf pada epidermis berfungsi sebagai saraf sensoris.

Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.

Alat Indera

Cacing tanah tidak memiliki mata dan telinga , tetapi di tubuhnya terdapat prostomium. Prostomium ini merupakan organ syaraf perasa dan berbentuk seperti bibir. Organ ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut. Prostomium terdapat pada bagian depan tubuhnya. Adanya prostomium ini membuat cacing tanah peka terhadap cahaya dan benda-benda di sekelilingnya. Itulah sebabnya cacing tanah dapat menemukan bahan organik yang menjadi makanannya walaupun tidak memiliki mata.

Sumber :


Cari

Copyright Text