Soal:
Jelaskan tentang system
imun pada kelompok tumbuhan dan invertebrate!
Jawab:
SYSTEM IMUN PADA TUMBUHAN
Dalam pertumbuhannya,
tumbuhan seringkali mengalami gangguan dari berbagai patogen penyebab penyakit
baik dari kelompok jamur, bakteri, virus, nematoda, dan mikoplasma. Secara umum
tumbuhan dapat bertahan dari serangan patogen tersebut dengan kombinasi sifat
pertahanan diri yang dimilikinya, yaitu:
·
Sifat-sifat struktural yang berfungsi sebagai penghalang
fisik dan menghambat patogen yang akan masuk dan berkembang di dalam tumbuhan.
·
Reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel dan jaringan
tumbuhan yang menghasilkan zat beracun bagi patogen atau menciptakan kondisi
yang menghambat pertumbuhan patogen pada tumbuhan tersebut.
·
Kombinasi antara sifat struktural dan reaksi biokimia yang
digunakan untuk pertahanan bagi tumbuhan berbeda antara setiap sistem kombinasi
inang – patogen.
PERTAHANAN STRUKTURAL
a. Struktur Pertahanan
Sebelum Ada Serangan Patogen
Pertahanan pertama tumbuhan terhadap patogen adalah permukaan
tumbuhan, patogen mempenetrasi permukaan tumbuhan supaya dapat menyebabkan
infeksi. Pertahanan struktural terdapat pada tumbuhan bahkan sebelum patogen
datang dan berkontak dengan tumbuhan. Struktur-struktur tersebut meliputi
jumlah dan kualitas lilin dan kutikula yang menutupi sel epidermis, ukuran,
letak dan bentuk stomata dan lentisel, dan jaringan dinding sel yang tebal yang
menghambat gerak maju patogen.
Lilin pada permukaan daun dan buah membentuk permukaan yang
dapat mencegah terbentuknya lapisan air (water-reppelent)
sehingga patogen tidak dapat berkecambah atau memperbanyak diri. Selain itu
terdapatnya bulu-bulu halus dan tebal pada permukaan tumbuhan mungkin juga mempunyai
pengaruh yang sama dengan efek penolak air sehingga dapat menurunkan tingkat
infeksi.
Kutikula yang tebal dapat meningkatkan ketahanan tumbuhan
terhadap infeksi patogen yang masuk ke tumbuhan inang hanya melalui penetrasi
secara langsung. Akan tetapi ketebalan kutikula tidak selalu behubungan dengan
ketahanan tumbuhan karena ada beberapa varietas Tumbuhanyang memiliki lapisan
kutikula tebal tetapi mudah terserang oleh patogen.
Ketebalan dan kekuatan dinding bagian luar sel-sel epidermis
nampaknya merupakan faktor penting dalam ketahanan beberapa jenis tumbuhan
terhadap patogen-patogen tertentu. Sel-sel epidermis yang berdinding kuat dan
tebal akan membuat penetrasi secara langsung mengalami kesulitan atau bahkan
tidak mungkin dilakukan sama sekali.
b. Sruktur Pertahanan Sebagai
Tanggapan Terhadap Infeksi Patogen.
Setelah patogen dapat mempenetrasi pertahanan struktural yang
ada pada tumbuhan, tumbuhan akan mampu membentuk struktur yang berfungsi untuk
bertahan dari serangan patogen tersebut.
Beberapa jenis pertahanan struktural yang terbentuk
melibatkan jaringan disekitar jaringan Tumbuhan yang terserang (bagian dalam
tumbuhan) yang biasa disebut struktur pertahanan jaringan (histologycal defense structure), yang melibatkan dinding sel yang
terserang disebut struktur pertahanan sel (cellular defense structure), dan yang melibatkan sitoplasma sel
yang terserang prosesnya dinamakan reaksi pertahanan sitoplasma (cytoplasmic defense reaction). Dengan
demikian adanya kematian sel yang terserang oleh patogen dapat melindungi
tumbuhan dari serangan selanjutnya oleh patogen tersebut. Hal demikian biasa
disebut nekrotik atau reaksi pertahanan hipersensitif (hypersensitive defense reaction).
c. Struktur Pertahanan
Jaringan
·
Pembentukan Lapisan Gabus (Cork Layer).
Infeksi inang oleh patogen penyebab penyakit sering
menyebabkan tumbuhan membentuk beberapa lapisan yang terdiri dari sel-sel gabus
di depan titik infeksi sebagai akibat rangsangan terhadap sel-sel inang oleh
zat yang disekresikan patogen. Lapisan gabus menghambat serangan patogen dari
awal luka dan juga menghambat penyebaran zat beracun yang mungkin disekresikan
patogen. Lapisan gabus menghentikan hara dan air dari bagian yang sehat ke
bagian terinfeksi dan memisahkan patogen dari tempat hidupnya. Jaringan yang
mati termasuk patogennya selanjutnya dibatasi oleh lapisan gabus dan patogen
tetap berada pada tempat yang membentuk nekrosis atau ditekan keluar oleh
jaringan sehat dibawahnya dan membentuk kudis yang mungkin mengelupas sehingga
memisahkan patogen dari inangnya.
·
Pembentukan Lapisan Absisi (abscission layers).
Lapisan absisi terbentuk pada daun muda yang aktif setelah
infeksi oleh patogen. Lapisan absisi terdiri dari celah antara dua lapisan
sirkuler sel daun yang mengelilingi lokus infeksi. Pada infeksi lamela tengah
antara dua lapisan sel tersebut menjadi larut dari keseluruhan ketebalan daun
sehingga memotong areal pusat infeksi dari bagian sisa daun. Secara
bertingkat bagian tersebut mengerut/layu, mati dan mengelupas, dan patogen ikut
terbawa pada bagian tersebut.
·
Pembentukan Tilosa.
Tilosa terbentuk di dalam pembuluh kayu pada tumbuhan dalam
keadaan stres dan selama penyerangan oleh jenis patogen vaskular. Tilosa adalah
protoplasma yang tumbuh melebihi normal dari sel-sel parenkim yang menonjol dari
pembuluh kayu melalui lubang-lubang. Bisa saja tilosa terbentuk sangat banyak
dan cepat di depan patogen sehingga mampu menghambat perkembangan patogen
selanjutnya.
·
Pengendapan getah atau blendok (gums).
Berbagai jenis getah dapat dihasilkan oleh tumbuhan disekitar
luka oleh infeksi patogen. Dengan adanya getah tersebut terbentuk penghalang
yang tidak dapat dipenetrasi oleh patogen sehingga patogen menjadi terisolasi
dan tidak bisa memperoleh nutrisi dan lama kelamaan akan mati.
d. Struktur Pertahanan Seluler
Melibatkan perubahan morfologi di dalam dinding sel atau
perubahann yang berasal dari dinding sel yang diserang oleh patogen. Namun
mekanisme pertahanan ini memiliki kemampuan yang terbatas. Ada tiga
jenis utama struktur pertahanan seluler yaitu:
·
terjadi pembengkakan pada lapisan terluar dinding sel yang
disertai dengan zat berserat (amorphous) yang dapat mencegah bakteri
memperbanyak diri.
·
dinding sel yang menebal sebagai respon terhadap beberapa
jenis virus dan jamur patogen.
·
kalosa palpila yang terdeposit pada sisi bagian dalam dinding
sel sebagai respon terhadap serangan jamur patogen.
e. Reaksi Pertahanan
Sitoplasmik
Pada beberapa jenis sel yang terserang oleh jamur patogen
sitoplasma dan intinya membesar. Sitoplasma menjadi granular dan keras dan muncul
berbagai partikel atau berbagai bentuk didalamnya akhirnya miselium patogen
terurai dan infeksi berhenti.
PERTAHANAN METABOLIK (BIOKIMIA)
Pada beberapa jenis
tumbuhan terdapat zat yang dihasilkan oleh sel sebelum atau sesudah terjadi
infeksi. Terbukti dengan adanya jenis tumbuhan yang tidak terdapat sistem
pertahanan struktural namun tidak terdapat infeksi dari patogen penyebab
penyakit.
a. Pertahanan Kimia Sebelum
ada Serangan Patogen
Inhibitor yang Dilepaskan oleh Tumbuhan ke
Lingkungannya. Tumbuhan mengeluarkan berbagai zat baik dari bagian
tumbuhan di atas tanah maupun melalui permukaan akarnya. Beberapa zat yang
dikeluarkan oleh tumbuhan memiliki daya hambat terhadap patogen-patogen
tertentu.
b. Pertahanan dengan Tidak
Terdapatnya Faktor-faktor Esensial
·
Tidak ada Pengenalan antara Inang dan
Patogen. Spesies atau varietas tumbuhan tertentu mungkin tidak dapat
diinfeksi oleh patogen jika permukaan selnya tidak mempunyai faktor
pengenal-spesifik (specific recognition factor) yang dapat dikenali oleh patogen.
Jika patogen tidak mengenal tumbuhan sebagai salah satu tumbuhan inangnya, maka
patogen mungkin tidak jadi menyerang tumbuhan tersebut atau mungkin patogen
tidak menghasilkan zat-zat infeksi.
·
Kekurangan Reseptor dan Bagian yang Sensitif Inang terhadap
Toksin. Pada kombinasi inang – patogen, patogen biasanya menghasilkan
toksik spesifik – inang, toksik tersebut bertanggung jawab terhadap gejala yang
akan dihasilkan dan bereaksi terhadap dengan bagian sensitif atau bagian
reseptor tertentu di dalam sel. Hanya tumbuhan yang mempunyai reseptor atau
bagian sensitif yang menjadi sakit.
·
Tidak ada Hara-hara Esensial bagi Patogen. Varietas
tumbuhan karena beberapa sebab manghasilkan suatu zat esensial untuk bertahan
hidup bagi parasit obligat sehingga varietas tersebut tahan terhadap serangan
patogen.
·
Inhibitor yang Terdapat dalam Sel Tumbuhan Sebelum
Infeksi. Beberapa senyawa fenolik dan tanin terdapat dalam konsentrasi
tinggi dalam sel daun atau buah yang masih mudadan diperkirakan bertanggung
jawab dalam ketahanan jaringan yang masih muda tersebut terhadap mikroorganisme
patogenik.
c. Ketahanan Metabolik yang
Disebabkan oleh Serangan Patogen
·
Inhibitor Biokimia yang Dihasilkan Tumbuhan Dalam Responnya
terhadap Kerusakan Patogen. Sel dan jaringan tumbuhan bereaksi terhadap
kerusakan, baik yang disebabkan oleh patogen atau agensia mekanik dan kimia,
melalui serangkaian reaksi biokimia yang ditujukan untuk mengisolasi gangguan
dan menyembuhkan luka. Reaksi tersebut sering berhubungan dengan reaksi
fungitoksis di sekeliling tempat pelukaan sepertihalnya pembentukan lapisan
jaringan perlindungan seperti kalus dan gabus.
·
Pertahanan melalui peningkatan kadar senyawa fenolik. Senyawa
fenolik terdapat pada tumbuhan sehat maupun sakit. Peningkatan kadar senyawa
fenolik seringkali terjadi lebih cepat setelah terjadi infeksi pada varietas
tahan. Senyawa fenolik yang terdapat pada tumbuhan tidak sehat tetapi
dihasilkan setelah terjadi infeksi ialah fitoaleksin. Fitoaleksin dihasilkan
oleh sel sehat yang berdekatan dengan sel-sel rusak dan nekrotik untuk mencegah
patogen berkembang.
·
Pertahanan melalui Pembentukan Substrat yang Menolak Enzim
Patogen. Ketahanan tumbuhan terhadap beberapa jenis patogen ialah akibat
dari adanya senyawa-senyawa yang tidak mudah diuraikan oleh enzim-enzim
patogen. Senyawa-senyawa tersebut merupakan bentuk komplek antara pektin,
protein dan kation polivalen seperti kalsium atau magnesium. Senyawa-senyawa
tersebut dapat menghambat pertumbuhan patogen sehingga mengakibatkan luka yang
terbatas.
·
Pertahanan Melalui Inaktivasi Enzim Patogen. Beberapa
jenis senyawa fenolik dan hasil oksidasinya dapat menghasilkan ketahahnan
terhadap penyakit melalui reaksi penghambatan enzim pektolitik dan enzim
patogen yang lain.
·
Pertahanan melalui Pelepasan Sianida Fungitoksis dari
Kompleks Non-Toksis. Beberapa jenis tumbuhan sianogenik glikosida atau
ester sianogenik yang bersifat tidak beracun di dalam sel selama senyawa
tersebut terpisah dari enzim-enzim hidrolitik tertentu. Akan tetapi apabila sel
tersebut dirusak secara fisik sehingga membrannya terganggu dan kandungan
selnya bercampur, maka enzim hidrolitik bercampur dengan kompleks sianogenik
dan dapat menghasilkan senyawa toksin sianida yang beracun bagi sebagian besar
organisme dan mikroorganisme.
CONTOH BERBAGAI MACAM PERTAHANAN
TUMBUHAN
a.
Sel idioblas, adanya zat kimia beracun ini, dapat merobek
mulut serangga herbivor dan hewan herbivor. Sel idioblas terbagi atas 4 jenis
yaitu :
·
Sel berpigmen yang mengandung tannin (pahit).
·
Sel sclereid yang memiliki struktur yang keras yang sulit
dikunyah oleh serangga dan hewan herbivore
·
Sel crystalliferous yang mengandung kristal kalsium oksalat
yang dapat merobek mulut herbivor dan dapat menjadi racun jika tertelan.
·
Sel silika yang memberi kekuatan dan sifat kaku pada rumput
teki sehingga serangga sulit memakannya.
b.
Lapisan kutikula epidermis (zat lilin), dengan adanya lapisan
lilin pada epidermis tumbuhan, akan mencegah kurangnya air pada Tumbuhandan
mencegah jamur hidup (dikarenakan jamur dapat tumbuh di daerah lembab dan
banyak air) dan mencegah spora jamur berkecambah.
·
Adanya stomata yang menutup jika ada patogen yang berkaitan
pula dengan mekanisme kerja MAMPs.
·
Adanya trikoma, dapat mencegah serangga bertelur pada
permukaan daun Tumbuhankedelai dan mencegah patogen masuk ke epidermis
c.
Terdapat kulit kayu, kulit terluar dari Tumbuhanberupa
phellem yang kedap air serta strukturnya keras karena ada suberin dan mencegah
patogen masuk sampai ke sel-sel hidup yang berada di lapisan bawahnya, terdapat
pula kandungan lignin yang strukturnya keras dan kaku.
d.
Resitensi basal atau innate immune, terjadi jika sel-sel
tumbuhan mengenali mikroba dengan adanya molekul MAMPs (microbe-associated molecular patterns) termasuk protein spesifik,
LPS, dan komponen dinding sel yang ditemukan pada mikroba sehingga sel
Tumbuhandapat bertahan yang disebut dengan resistensi basal atau innate immune.
Bila patogen berhasil masuk menginfeksi tumbuhan, terdapat 2 respon yang
terjadi yaitu :
·
Compatible respon : tumbuhan akan sakit karena terinfeksi
·
Incompatible respon : tumbuhan tetap sehat karena mampu
mengenali patogen dan meniadakan patogen dengan sistem imun resisten/innate.
DIHASILKAN SENYAWA METABOLIT PADA
TUMBUHAN :
1. Metabolit primer yang
digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Misal : glukosa,
asam amino, asam nukleat, dan protein
2. Metabolit sekunder yang
digunakan untuk pertahanan. Seperti:
·
Terpenoid
·
Tumbuhan mint hasilkan menthol
·
Krisan -->pyrethrins (neurotoksin pada serangga)
·
Kapas --> gossypol (antijamur dan antibakteri)
·
Bayam --> phytoectysones (mengganggu perkembangan larva)
·
Jeruk --> limonoid
·
Nimba --> azadirachtin
·
Sereh --> citronella
·
Digitalis purpurea --> digitoxin dan
digoxin
·
Phenolics
·
Flavonoid berupa antocyanin (mencegah bahaya sinar UV)
·
Flavonoid (tannin) --> menginaktifkan enzim di saliva
serangga
3. Merusak struktur sel
patogen dan metabolismenya :
·
Alfalfa --> medicarpin
·
Tomat --> rishitin
·
Arabidopsis thaliana --> camalexin
·
Alkaloid (turunan asam amino)
·
Kopi --> cafein
·
Tembakau --> nicotine
·
Lombok --> capsaicin
·
Coklat --> theobromin
·
Kubis --> glucosinolate (cyanogenicglycosides) memproduksi
asam sianida (HCN) yang dapat menghentikan respirasi seluler serangga.
REAKSI PERTAHANAN NEKROTIK
(HIPERSENSITIF)
Lebih merupakan mekanisme pertahanan
biokimia bukan mekanisme pertahanan struktural. Dianggap sebagai pertahanan
struktural karena respons sejumlah sel yang terlihat jelas. Pertahanan ini
dapat mencegah menyebar luasnya serangan patogen (parasit obligat). Seperti
Virus, Cendawan, Bakteri, dan Nematoda.
Pada proses infeksi
patogen, patogen mempenetrasi dinding sel, setelah patogen berkontak dengan
protoplasma sel inti bergerak kearah serangan patogen dan segera
terdisintegrasi/pecah dan berbentuk bulat berwarna coklat di dalam sitoplasma. Pertama-tama
keadaan tersebut mengelilingi patogen patogen dan kemudian keseluruhan
sitoplasma. Pada saat sitoplasma berubah warna menjadi coklat dan akhirnya mati
hifa yang menyerang mulai mengalami degenerasi. Hifa tidak dapat tumbuh ke luar
sel yang terserang dan serangan selanjutnya akan terhenti. Jaringan yang
mengalami nekrotik akan mengisolasi parasit obligat dari substasnsi hidup
disekitarnya sehingga dapat menyebabkan patogen mati.
Respons hipersensitif (HR)
merupakan suatu induksi kematian sel-sel secara lokal pada titik infeksi
patogen. Gejala hipersensitif dapat dilihat bila terjadi pada banyak sel dan
tidak dapat dilihat bila hanya terjadi pada satu atau beberapa sel. Peningkatan
ketahanan dinding sel dengan memperkuat molekul-molekul. Dinding sel tumbuhan
yang kontak dengan patogen (cendawan) dapat memproduksi beberapa senyawa
pertahanan yang terakumulasi dan meningkatkan kekuatan dinding sel terhadap
invasi cendawan.
Protein-protein yang
berhubungan dengan Patogenisitas adalah kelompok protein struktural yang
toksik terhadap patogen. Terdistribusi dalam jaringan tumbuhan dalam jumlah
sangat sedikit. Diproduksi dalam konsentrasi tinggi bila terjadi serangan
patogen atau stres lingkungan. Terdapat secara inter dan intraselulair. Senyawa-senyawa
tersebut misalnya Fitoaleksin.
SYSTEM IMUN PADA INVERTEBRATA
System imun pada invertebrata merupakan mekanisme pendahulu
dari sistem imun vertebrata. Sistem pertahanan tubuh invertebrata yang berperan
adalah mekanisme pertahanan tubuh oleh haemosit. Di mana penyebaran dan
peningkatan jumlah haemosit diasumsikan sebagai bentuk dari respon imun seluler
dari tubuh invertebrata. Untuk melakukan aktivitas fagositosis, enkapsulasi,
nodulasi, pengaktifan sistem prophenoloksidase, anti mikroba maupun senyawa
toksik, diperlukan pelepasan beberapa protein untuk mengatasi benda asing atau
agen yang masuk tersebut.
Haemosit adalah sel darah pada invertebrata (udang) yang
fungsinya sama dengan sel darah putih pada vertebrata. Hemosit berperan untuk
mensitesis beberapa produk penting, yaitu bahan sklerotisasi, tirosin dan
lain-lain. Ada sekitar 9 macam hemosit sesuai penulis atau ahlinya, yaitu:
1. Sel induk
atau pre-hemosit, bergerak aktif namun ada yang diam di tempat. Berbentuk
bulat dengan nukleus besar
2. Plasmatosit, memiliki
ujung seperti jari, berukuran agak besar, sebagai agen kekebalan seluler, dapat
bersifat fagositik pada benda asing yang berukuran kecil, namun jika berukuran
besar maka akan diselubungi oleh konektiva yang dibentuk oleh plasmatosit.
Proses ini disebut dengan enkapsulasi.
3. Hemosit granuler, banyak
dijumpai pada serangga-serangga tua.
4. Koagulosit, akan
dihasilkan pada serangga yang terluka untuk membentuk gel darah. Merupakan
bahan sekresi seperti serabut atau fibril.
5. Adipohemosit adalah untuk
menyimpan lemak dalam bahan makan.
6. Oenositoid dan sel
slefura, fungsi belum jelas.
Pattern Recognition Receptor adalah protein untuk
mengidentifikasi molekul yang berasosiasi dengan patogen pada semua organisme.
Sistem komplemen adalah bagian arus biokimia dari sitem imun yang dapat
membantu membarsihkan patogen dari tubuh yang terdapat pada seluruh organisme.
Beberapa dari invertebrata, serangga dan kepiting memiliki repon komplemen yang
telah termodifikasi, dengan nama sistem Prophenoloksidase. Yang mewakili bentuk
dari sistem imun invertebrata adalah peptida antimikrobial. Peptida
antimikrobial merupakan komponen yang telah berkembang dan masih bertahan pada
respon imun turunan yang ditemukan pada organisme. Pada beberapa jenis serangga
memiliki peptida antimikrobial yang dikenal sebagai defensin dan
cecropin.